KAJIAN TINGKAT PENCEMARAN AIR DI KAWASAN PERAIRAN DANAU TOBA DESA SILIMA LOMBU KECAMATAN ONANRUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

3. METODE PENELITIAN

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Maret 2016 di Telaga Bromo dapat dilihat di Tabel 1.

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra) ABSTRACT

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

Lokasi pengarnbilan sampel selama penelitian. Tabel 3. Letak Astronomi BT. Stasiun

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI FITOPLANKTON SECARA DIURNAL DI WADUK IR. H. JUANDA, JATILUHUR

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS DAN POLA DISTRIBUSI VERTIKAL FITOPLANKTON DI RANU KLAKAH DESA TEGALRANDU KABUPATEN LUMAJANG

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BANGER PEKALONGAN BERDASARKAN INDIKATOR BIOLOGIS

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

KAJIAN TINGKAT PENCEMARAN AIR DI KAWASAN PERAIRAN DANAU TOBA DESA SILIMA LOMBU KECAMATAN ONANRUNGGU KABUPATEN SAMOSIR Dedy Harianja 1, Muhammad Ridha Syafii Damanik 1, Restu 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia Email: mridhadamanik@unimed.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Kualitas perairan Danau Toba ditinjau dari parameter fisika (suhu, kekeruhan, warna, bau dan rasa), kimia (ph, DO, BOD, COD, Amonia, Nitrat dan fosfat) dan biologi (kelimpahan fitoplankton dan indeks keseragaman) di Desa Silima Lombu Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir berdasarkan baku mutu air bersih, (2) Tingkat pencemaran perairan ditinjau dari parameter fisika dan kimia di Danau Toba Desa Silima Lombu dengan menggunakan metode Storet, (3) kualitas perairan Danau Toba ditinjau dari parameter biologi (kelimpahan fitoplankton dan indeks keseragaman) di Danau Toba Desa Silima Lombu. Lokasi penelitian berada di kawasan perairan Danau Toba Desa Silima Lombu. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017. Populasi penelitian adalah perairan Danau Toba. Penentuan lokasi sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan menentukan 3 stasiun pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik pengukuran, teknik observasi dan teknik dokumenter, kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : hasil pengukuran kualitas perairan Danau Toba di kawasan Desa Silima Lombu yang tergolong normal adalah suhu berkisar 24 0 C-26 0 C, kekeruhan 0,77 NTU-1,90 NTU, warna perairan semakin dekat keramba semakin berubah, semakin dekat dengan keramba bau dan rasa perairan terasa pekat dan bau pakan campur amis ikan, ph 8,4-8,12, DO 8,010 mg/l-8,650 mg/l, amonia 0,08 mg/l 0,24 mg/l dan nitrat 1,2 mg/l 5,4 mg/l, dan yang tergolong tinggi BOD 0,990 mg/l-90,76 mg/l, COD 3,093 mg/l-283 mg/l dan fosfat 0,01 mg/l- 0,21 mg/l, dan jika ditinjau dengan menggunakan metode Storet, perairan dikategorikan dikelas C (cemar sedang). Tingkat kesuburan perairan menurut kriteria Soegianto adalah eutrofik (subur) dan pengukuran tingkat pencemaran menggunakan indeks keseragaman fitoplankton adalah 1,125-2,471 termasuk dalam kategori tercemar sedang. Kata kunci : Kualitas perairan, Keramba jaring apung PENDAHULUAN Secara fungsi, Danau Toba memiliki peran yang cukup penting baik dari aspek ekologi dan ekonomi. Secara ekologi, danau toba merupakan habitat bagi banyak organisme air tawar. Secara ekonomis, perairan Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum, penunjang perekonomian masyarakat melalui budidaya perikanan dengan kerambah jaring apung (KJA), industri pariswisata, kegiatan transportasi air, dan penunjang berbagai jenis industri seperti kebutuhan air untuk industri Sigura-gura Asahan (Tampubolon, 2013). Tingginya aktivitas ini mengakibatkan potensi terjadinya penurunan kualitas perairan. Khusus pada budidaya perikanan dengan cara Keramba Jaring Apung (KJA), dinilai sangat potensi mengakibatkan penurunan kualitas melalui adanya limbah pakan dan kotoran ikan. Apalagi aktivitas KJA ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat lokal, namun juga perusahaan perikanan budidaya. Salah satu perusahaan yang melakukan aktivitas budidaya KJA terdapat di Desa 176 Vol 10 No. 2 2018 Jurnal Geografi Vol 10 No.2 (176-183)

Silima Lombu Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. Kawasan keramba jaring apung yang terletak di Desa Silima Lombu memiliki luas sekitar 1 hektar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pekerja keramba jaring apung, pakan ikan yang dimasukkan ke perairan Danau Toba sekitar 2 ton per hari. Pemberian pakan ikan akan menghasilkan limbah organik dan feses tentunya akan menumpuk di dasar perairan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa tingkat sedimentasi perairan yang terkandung dalam perairan tergolong tinggi (Siregar, 2010). Air Danau Toba yang tercemar menyebabkan penduduk Desa Silima Lombu yang berada dekat dengan lokasi keramba tersebut tidak dapat lagi menggunakan air Danau Toba sebagai air minum, bahkan jika digunakan untuk mandi dapat mengakibatkan terkena penyakit gatal-gatal (Sirait, 2015). METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di perairan Danau Toba yang dibagi atas 3 stasiun penelitian. Pembagian stasiun ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria jarak titik dengan lokasi KJA (Gambar 1). Sampel perairan diambil pada setiap 3 stasiun dengan 3 kali pengambilan dengan waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan sore sebanyak 2 liter (APHA, 1989). Pengambilan sampel hanya dilakukan untuk pengukuran (Kekeruhan, DO, BOD, COD, Nitrat, Fosfat, Amonia dan Nitrat). Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan menggunakan plankton net dan disimpan dalam tabung berukuran 100 ml serta diberi larutan lugol dimasukkan sebanyak 3-4 tetes. Untuk menjaga kualitasnya, sampel disimpan dalam coolbox. Teknik pengukuran dilakukan secara insitu (pengukuran langsung) dan eksitu (pengukuran laboratorium). Pengukuran secara langsung yaitu suhu, warna, ph, bau dan rasa. Untuk pengidentifikasian fitoplankton dilakukan menggunakan mikroskop yang dilaksanakan di laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan. Teknik analisis data dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode Storet pada parameter fisika dan kimia. Kriteria status mutu air berdasarkan Metode Storet dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penentuan Status Mutu Air Berdasarkan Metode Storet NO KELAS KONDISI SKOR KETERANGAN 1 Kelas A Baik sekali 0 Memenuhi baku mutu 2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Cemar ringan 3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Cemar sedang 4 Kelas D Buruk -31 Cemar berat Sumber: Siregar, 2010 Untuk analisis Biologi (kelimpahan fitoplankton) menggunakan rumus APHA (1989) yaitu : N = T L x P p x V v x 1 W Keterangan : N = Jumlah plankton per liter T = Luas total petak Sedgwick rafter (1000 mm 2 ) L = Luas lapang pandang mikroskop (mm 2 ) P = Jumlah plankton tercacah p = Jumlah lapang pandang yang diamati V = Volume sampel plankton yang tersaring (ml) v = Volume sampel plankton dalam Sedgwick rafter (ml) W = Volume sampel air yang tersaring (L) Hasil perhitungan kelimpahan dikelompokkan berdasarkan kriteria kelimpahan menurut Soegianto (1994). Kajian Tingkat.. 177

Tabel 2. Kriteria kelimpahan Fitoplankton Kriteria Kelimpahan (individu/liter) Kelas Kelimpahan < 1000 Rendah 1000-4000 Sedang >4000 Tinggi Sumber: Soegianto (1994) Gambar 1. Peta Titik Sampling Pengukuran Sampel Air Penentuan tingkat pencemaran perairan berdasarkan parameter biologi menggunakan rumus Indeks keseragaman Shannon Winner dalam Rudiyanti, 2009, yaitu: s H = n=f pi Ln pi Dimana : H = Indeks keseragaman jenis S = Banyaknya jenis Pi = Nilai dominansi spesies dari total keseluruhan jumlah spesies (ni/n) ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu Mengacu pada kriteria Wilhm (1975) yang menyatakan bahwa jika H <1 (termasuk pada kriteria tercemar berat), 1<H <3 (termasuk ke dalam kriteria tercemar sedang, dan H >3 (termasuk pada krteria tercemar ringan). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa parameter yang melewati baku mutu perairan adalah BOD dengan kisaran 0,990-90,76 mg/l, COD dengan kisaran 3,093-283 mg/l dan fosfat dengan kisaran 0,01-0,21 mg/l. Ditinjau dari warna dan baunya, perairan yang semakin dekat dengan keramba akan berwarna semakin hijau disertai bau pakan bercampur amis ikan, serta terasa pekat. Hasil pengukuran perairan pada setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 3. 178 Vol 10 No. 2 2018

Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas perairan Desa Silima Lombu Para Satua Pagi Siang Sore meter n 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Fisika Suhu C 24 25 25 26 25 25 25 25 25 Keker uhan NTU 1,82 1,90 1,64 1,12 0,77 0,54 1,37 1,20 1,15 Warn a Bau Berwarn a Hijau Hijau Bau Amis Berbau Berbau dan Pakan Berasa Berasa Berwan a Hijau Hijau Tua Bau Amis Berbau Berbau dan Pakan Berasa Pekat Pekat Berwarn a Hijau Hijau Tua Bau Amis Berbau Berbau dan Pakan Berasa Pekat Pekat Rasa Pekat Kimia ph mg/l 8,04 8,04 8,12 8,04 8,08 8,12 8,04 8,04 8,11 DO mg/l 8,280 8,010 8,210 8,380 8,410 8,650 8,440 8,610 8,540 BOD mg/l 1,450 3,300 0,990 1,330 1,180 90,76 86,26 57,76 1,180 COD mg/l 4,531 10,31 3,093 4,156 3,687 283,6 269,5 180,5 3,687 Amo nia mg/l 0,17 0,15 0,17 0,10 0,19 0,10 0,08 0,21 0,24 Nitrat mg/l 3,4 5,4 1,2 4,0 4,5 4,3 4,3 1,4 2,0 Fosfat mg/l 0,01 0,1 0,15 0,17 0,19 0,10 0,08 0,21 0,21 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 2017 Suhu pada perairan berkisar antara 24-26 o C, suhu pada kondisi ini masih tergolong normal dibandingkan pada baku mutu perairan. Barus (2004) menyatakan bahwa naik dan turunnya suhu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas air dengan udara disekelilingnya, dan faktor tutupan lahan (Lumbangaol, 2015). Nilai kekeruhan perairan berkisar 0,54 NTU-1,90 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi berada pada stasiun 2 dan 3 pada waktu pagi hari, hal ini disebabkan oleh, banyaknya aktifitas masyarakat pada pagi hari dan adanya pengikisan oleh air di tepi danau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrisno (2006) yang menyatakan bahwa air yang keruh mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna berupa lumpur dan warna yang kotor. Warna perairan berubah dari stasiun 1 hingga Stasiun 3. Hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari dan banyaknya partikel-partikel yang terkandung dalam perairan. Pada stasiun 1 yang lebih jauh dari kerambah, perairan masih terlihat bening. Namun pada stasiun 2 sudah berubah menjadi hijau, dan pada stasiun 3 menjadi hijau tua. Air yang baik untuk perairan adalah air yang tidak berbau dan tidak berasa. Pada stasiun 1 perairan tidak berbau dan tidak berasa, masih sesuai dengan baku mutu. Namun, perubahan terjadi pada stasiun 2 dan 3. Perubahan pada stasiun 2 adalah rasa air terasa pekat, dan pada stasiun 3 perubahan juga terjadi pada rasa dan bau perairan yaitu, terasa pekat dan berbau pakan bercampur amis ikan. Hasil pengukuran ph pada perairan berkisar antara 8,04-8,12. Nilai ini masih tergolong normal pada perairan menurut baku mutu. DO perairan juga tergolong normal dengan kisaran antara 8,010 mg/l- 8,610 mg/l. Tingginya kandungan DO ini akibat banyaknya aktifitas fotosintesis pada perairan (Simanjuntak dalam Lumbangaol, 2015). Nilai BOD perairan pada sampel pagi hari masih normal, namun permasalahan terjadi pada siang hari pada stasiun 3 nilai BOD menjadi 90,76 mg/l. Namun pada pengukuran sore hari kandungan tertinggi berada pada stasiun 1 Kajian Tingkat.. 179

dan 2 yaitu 86,26 mg/l dan 57,76 mg/l, tetapi pada stasiun 3 kembali turun menjadi 1,180 mg/l. Tingginya nilai BOD ini diakibatkan oleh tingginya bahan organik yang terkandung pada perairan, Brower berpendapat bahwa biasanya limbah air diatas 100 mg/l (Yazwar, 2008). Nilai BOD tidak pernah lebih rendah dibandingkan nilai COD. Kandungan COD berkisar antara 3,093 mg/l-269,5 mg/l. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi aorganik pada perairan. Hal ini tidak sependapat denga Effendi (2003) yang menyatakan bahwa nilai COD dibawah 10 mg/l baik untuk kehidupan biota air. Berdasarkan hasil pengukuran kandungan amonia berkisar antara 0,08 mg/l 0,24 mg/l. Hal ini masih berada pada batas baku mutu perairan yaitu 0,5 mg/l. Tingginya amonia disebakan oleh banyaknya bahan pencemar yang masuk ke perairan dan mengalami dekomposisi. Effendi (2003) menyatakan bahwa tinja biota akuatik juga banyak mengandung amonia. Hasil pengukuran nitrat pada perairan berkisar antara 1,2 mg/l-5,4 mg/l. Hal ini masih berada pada batas baku mutu perairan yaitu 10 mg/l. Hasil pengukuran fosfat berkisar antara 0,01 mg/l- 0,21 mg/l. Pada pengukuran sore hari perairan berada diatas baku mutu, hal ini disebabkan oleh banyaknya kandungan senyawa organik dan anorganik pada perairan. Pada kandungan nitrat antara 1,130 mg/l -11,250 mg/l tergolong pada perairan eutrofik (mengandung unsur hara yang tinggi, hal ini menunjukkan tingginya kadar nitrat dan fosfat (Volenweider dalam Haro, 2013). Hasil analisis fitoplankton menunjukkan bahwa perairan danau terdapat lima kelas fitoplankton yaitu chrysophyta, chlorophyta, phyrophyta, rodophyta dan cyanophyta. Terdiri dari 8 jenis chrysophyta, 18 jenis chlorophyta, 2 jenis phyrophyta, 1 jenis rodophyta, dan 9 jenis cyanophyta (Tabel 2). Dari ke lima divisi ini, yang mendominasi perairan danau adalah divisi chlorophyta yaitu Oocystis Sp. Sedangkan jenis yang mendominasi adalah jenis fitoplankton Oocystis sp dan Anabaena Sp. Kedua jenis ini memiliki peran yang berbeda pada perairan tawar. Jenis Oocystis sp memiliki peranan penting dalam perairan tawar sebagai penghasil oksigen dan sumber pakan alami. Namun jenis Anabaena Sp merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa perairan dalam kondisi eutrofik. Beberapa jenis fitoplankton yang umumnya melimpah pada perairan eutrofik adalah Anabaena Sp, Microcystis, dan chrococcus (Abrantes, dalam Rahman, 2016). Anabaena dan microcystis merupakan jenis fitoplankton yang beracun dan masalah yang terkait dengan hipoksia serta perubahan struktur komunitas biologis (Charmicael dalam Rahman, 2016). Jika ditinjau dari kelimpahan fitoplanktonnya. maka dapat dilihat kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 1 pada waktu pagi, stasiun 3 pada waktu sore dan waktu siang (Gambar 2). Kelimpahan fitoplankton pada setiap stasiun berkisar antara 3200-36000 ind/l. Berdasarkan kriteria Soegianto (1994), perairan digolongkan pada tingkat kesuburan antara sedang dan tinggi dengan kelimpahan antara 1.000 4.000 ind/l. Hasil analisis dengan metode Storet menunjukkan bahwa perairan ini termasuk pada kelas C, dengan skor 16 pada stasiun 1 dan skor 17 pada stasiun 2 dan 3. Tingginya total skor ini sangat dipengaruhi oleh tingginya nilai BOD, COD dan fosfat pada perairan. Dalam kretria Storet, kelas C digolongkan pada kategori tercemar sedang. 180 Vol 10 No. 2 2018

Jumlah Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo Tabel 2. Jumlah fitoplankton dalam setiap divisi No Kelas Jenis Jumlah Total 1 Chrysophyta (Alga Emas) Synedra Sp 2 11 Diatoma 1 Nitzschia 2 Navicula 1 Asterionella 1 Aulacoseira 1 Chaetocheros 1 Tribonema 2 2 Chlorophyta Rhizoclonium 5 159 Actinastrum 1 Ulothrix 2 Chlorococcum 2 Oocystis 119 Mougeotia 1 Palmela 7 Agmenellum 1 Botryococcus 1 Tetraedon 2 Chlamidomonas 1 Ulothrix zonata 10 Cosmarium 1 Gonium 1 Pandolina 2 Shpaerocystis 1 Spyrogira 1 Zygnema 1 3 Pyrophyta Gymnodinium 6 7 Nocticula 1 4 Rhodophyta Hildenbrandia 6 6 5 Cyanophyta Microcoleus 1 74 Cuspidothrix 1 Anacystis 7 Anabaena 36 Microcystis 1 Oscilatoria 11 Planktothrix Isotrix 2 Phormidium 2 Cylindospermum 13 Sumber : Hasil uji laboratorium, 2017 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 5000 0 Pagi Siang Sore Waktu pengambilan sampel Gambar 2. Diagram kelimpahan fitoplankton perairan Kajian Tingkat.. 181

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian laboratorium maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Kualitas perairan Danau Toba di Desa Silama Lombu yang tergolong tidak baik yaitu pada pengukuran warna, bau dan rasa, BOD, COD dan Fosfat pada perairan. Yang tergolong baik yaitu suhu, kekeruhan, ph, Amonia dan Nitrat. 2. Kualitas Perairan Danau Toba di Desa Silima Lombu, ditinjau dari baku mutu perairan dengan menggunakan metode Storet termasuk ke dalam kategori C (Cemar sedang), hal ini karena memiliki skor antara 16-17 pada setiap stasiun. 3. Tingkat kesuburan perairan Danau Toba ditinjau dari kelimpahan fitoplankton termasuk ke dalam kategori subur. Jika dikategorikan pada tingkat pencemaran melalui indeks keanekaragaman, maka perairan termasuk dalam kategori tercemar sedang. Berdasarkan kasil penelitian maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlu adanya penerapan aturan yang trgas untuk menjaga kualitas perairan Danau Toba agar tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan domestik. 2. Perlunya peran masyarakat untuk berpartisipasi menjaga kualitas perairan danau Toba, agar kualitas perairan tetap terjaga. 3. Industri KJA harus memperhatikan dampak keramba jaring apung terhadap perairan, agar kualitas perairan dapat terjaga. 4. Perlu dilakukannya penelitian ulang pada daerah ini, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal pada kualitas perairan. 5. Perlu dilakukannya pengukuran untuk kandungan zat lainnya yang berhubungan dengan kualitas perairan agar mendapatkan hasil yang lebih jelas. DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Association). (1989). Standar Methods for The Examination of Water and Wastewater. American Public Control Federation. 20th edition, Washington DC. American Public Health Asosiation. Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan kualitas Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius Haro, D. D. (2013). Dampak Kegiatan Budidaya Keramba Jaring Apung Terhadap Kualitas Air Danau Toba Di Kecamatan Haranggol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Skripsi ( diterbitkan). Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Lumbangaol, P. T. (2015). Studi Komparasi Kelimpahan Fitoplankton dan Laju Produktifitas Primer di Perairan Haranggaol Danau Toba. Skripsi (tidak di terbitkan). Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Rahman, A. (2016). Struktur komunitas Fitoplankton di Danau Toba Sumatera Utara. Jurnal ilmu pertanian Indonesia vol 21 (2) 120-127. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Rudiyanti, S. (2009). Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan Indokator Biologis. Jurnal Saintek Vol 4 No 2 Hal 46-52.Semarang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Sirait. (2015). Toba Menjerit Butuh Air Bersih. Jakarta Observer, (Online), (http://www.jakartaobserver.com/ 182 Vol 10 No. 2 2018

2015/09protes-aqua-farmmasyarakat-danau-toba.html, diakses maret 2017) Siregar, P. M. (2010). Penentuan Kadar Logam Fe, Zn, Cu, Pb dan N-Total Di Dalam Sedimen Yang Terdapat Di Sepanjang Pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu Dan Tambun Sukkean Di Danau Toba. Thesis. Medan. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Suprihatin dan Suparno. (2013). Teknologi Proses Pengolahan Air. Bogor: IPB Press. Sutrisno, T. (2006). Teknologi Penyyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Tampubolon, H. S. (2013). Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Di Perairan Danau Toba. Thesis. Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Yazwar. (2008). Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Thesis. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Wilhm, J. F. (1975). Biological Indicator of Pollution. London: Blackwell Scientific Publications. Kajian Tingkat.. 183