Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) SD Negeri 01 Kedunguter Brebes, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui mengetahui apakah penggunaan metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan ( observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa soal-soal tes dan lembar observasi. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kedunguter 01 Brebes, Kabupaten Brebes pada semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi pada siklus II. Penerapan pembelajaran CIRC dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kata Kunci: Kemampuan; Membaca; CIRC 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN Membaca merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, maupun sekedar memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dalam rangka menguasai informasi dan perkembangan teknologi. Kemampuan membaca merupakan bekal dan kunci keberhasilan seseorang siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca, dalam hal ini membaca pemahaman (Burhan, 2001 ). Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan siswa sehari-hari. Oleh karena itu, kemauan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi prasyarat penting bagi penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan para siswa. Rendahnya minat dan keterampilan siswa dalam membaca khususnya membaca pemahaman disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Maka dari itu perlu adanya bimbingan bagi siswa untuk dapat belajar meningkatkan keterampilannya dalam membaca. Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang penting untuk membina siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Mengajarkan membaca pemahaman kepada siswa bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru perlu memiliki suatu keterampilan atau kompetensi yang baik untuk memajukan keterampilan 58 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
membaca pemahaman siswa-siswanya. Dengan keterampilan membaca pemahaman yang memadai, mereka akan lebih mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Pada pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman, biasanya guru menggunakan metode pembelajaran tradisional. Guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk membaca teks. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru berceramah tentang informasi yang dianggap penting berkaitan dengan apa yang harus dilakukan siswa. Kegiatan membaca dilakukan dari awal sampai akhir teks, yang selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang sudah disiapkan guru. Heru Wijaya (1997) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa metode membaca tradisional kurang efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman di SD. Selanjutnya dikatakan bahwa siswa yang mengalami kesukaran dalam membaca bacaan dengan pemahaman yang memadai disebabkan oleh metode membaca yang kurang tepat ketika mereka membaca. Walaupun metode tradisional dianggap kurang efektif, kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa metode ini masih sering digunakan. Suatu hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode membaca. Hal inilah yang menyebabkan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman rendah. Hal yang sama juga terjadi di SD Negeri Kedunguter 01. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III masih menggunakan metode konvensional dimana proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif. Berdasarkan pengamatan, menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas III dalam membaca, khususnya membaca pemahaman masih rendah. Terbukti dengan rendahnya nilai tes pratindakan membaca pemahaman yang dilakukan oleh peneliti. Belum mampunya siswa dalam membaca pemahaman ditandai dengan kurangnya siswa dalam memahami isi bacaan, menentukan tema bacaan, dan memperoleh informasi dari teks yang telah dibaca. Ketika siswa diberi pertanyaan mengenai isi bacaan yang dibaca siswa tidak dapat menjawab dengan cepat dan harus membuka kembali bahan bacaan. Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera dicarikan solusinya, karena sangat mempengaruhi banyak sedikitnya informasi dan pengetahuan yang diterima siswa dari berbagai sumber tertulis. Dengan kata lain permasalahan yang paling utama untuk segera diatasi adalah permasalahan rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas III. Pada kenyataannya pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Kedunguter 01 belum melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dilakukan masih menggunakan metode konvensional yaitu dengan memberikan teks bacaan kepada siswa, kemudian siswa menjawab pertanyaan mengenai bacaan tersebut. Pembelajaran seperti itu membuat siswa menjadi kurang antusisas dalam mengikuti pelajaran sehingga menyebabkan pembelajaran kurang maksimal dan keterampilan siswa dalam memahami bacaan menjadi kurang optimal. Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu digunakan metode lain dalam pembelajaran membaca pemahaman. Seiring dengan perkembangan di dunia pendidikan, terciptalah beberapa macam model dan metode pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran. Bermacam-macam model dan metode dapat menjadi solusi dari permasalahan yang tengah dihadapi guru dan untuk menjadikan siswa aktif dan kreatif selama kegiatan pembelajaran. Beberapa model dan metode pembelajaran yang dapat dijadikan solusi diantaranya, model pembelajaran kooperative tipe Jingsaw, STAD, think-pairshare (berpasangan), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), dan lain -lain. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperative untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca pemahaman yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203). Metode ini memang bersifat kooperatif sehingga dapat meningkatkan kerjasama antar siswa, semua siswa dibimbing dan diarahkan untuk aktif dan kreatif sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan efisien. METODE OOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) 59
Metode CIRC terdiri atas tiga unsur penting yakni kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni bahasa menulis terpadu (Slavin, 2008 ). Dalam metode CIRC, siswacbekerjasama dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk mencari ide pokok, pikiran utama, karakter tokoh dan hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan. Sehingga metode ini dirasa tepat untuk digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahamanpada siswa kelas III SD Negeri Kedunguter 01 Brebes. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: apakah apakah penggunaan metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: mengetahui apakah penggunaan metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kedunguter 01 Brebes, Kabupaten Brebes. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Kedunguter 01 Brebes yang berjumlah 29 siswa. Penelitian dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes tertulis siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Sedangkan teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru pada masing-masing siklus. Data hasil tes dan hasil observasi tersebut dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil tes dan hasil observasi pra siklus, siklus I, dan siklus II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun RPP, pedoman observasi, instrumen tes, dan mempersiapkan materi. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu dengan menerapkan langkah pelaksanaan metode CIRC. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: Kegiatan Pembuka. Guru membuka pelajaran, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran. Melakukan apersepsi dan memberi motivasi. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode CIRC. Kegiatan Inti. Guru meyajikan materi berupa cara menentukan ide pokok suatu paragraf, memberikan tanggapan terhadap isi bacaan, dan menceritakan kembali isi bacaan. Selain itu, guru menjelaskan metode CIRC yang akan digunakan dan memberikan arahan kepada siswa tentang cara bekerjasama dalam kelompok. Pertemuan kedua siklus I, pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan metode CIRC. Pada pertemuan ini diawali dengan guru membagikan kartu nama untuk seluruh siswa dengan tujuan untuk mempermudah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan observer. Kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan kemampuan yang 60 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
berbeda-beda. Setelah itu tiap kelompok dibagikan bacaan. Sedangkan penerapan metode CIRC nya adalah sebagai berikut: Langkah pertama, guru meminta siswa untuk membaca teks secara bergantian dalam kelompok, bergiliran untuk tiap paragraf. Pendengar mengoreksi tiap kesalahan yang dibuat oleh pembaca. Guru memberikan penilaian kepada kinerja siswa dengan cara berkeliling dan mendengarkan saat siswa saling membaca satu sama lain. Setelah membaca siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan guru yaitu, menentukan ide pokok tiap-tiap paragraf bacaan, menanggapi bacaan dan menceritakan kembali isi bacaan. Langkah selanjutnya, guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi. Langkah terakhir, setelah pembahasan hasil diskusi selesai, guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi kelompok siswa. Kelompok yang mendapatkan nilai terbaik akan mendapatkan hadiah dari peneliti. Tujuannya adalah untuk melatih kekompakan dan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru serta memacu siswa untuk memperhatikan materi pembelajaran. Pada pertemuan ketiga Guru melakukan tanya jawab terkait dengan pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan jumat kemarin. Selanjutnya guru membagikan soal tes siklus I dan semua siswa mengerjakan soal secara individu. Kegiatan Penutup. Guru memberikan tes formatif kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi aspek-aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui metode CIRC. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dari jumlah 29 siswa, yang berkategori aktif adalah 8 siswa atau 27,5%, 9 siswa atau 31.03% berkategori cukup, 10 siswa atau 34,4% berkategori kurang, dan 2 siswa atau 6,8% berkategori tidak aktif. Skor rata-rata kelas adalah 30, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I berkategori cukup. 4. Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta megevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Peneliti dan observer melakukan refleksi dengan mengevaluasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Adapun kekurangan pada pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: Beberapa siswa belum sepenuhnya paham dengan tahapan-tahapan metode CIRC masih ada beberapa siswa yang belum ikut aktif dalam kegiatan diskusi kelompok Waktu yang diberikan guru kepada siswa untuk mengerjakantugas terlalu singkat, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan penerapan metode CIRC dapat berhasil sesuai rencana. Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti juga harus cermat karena jika permasalahan yang pertama sulit diatasi maka akan menghambat pelaksanaan tindakan selanjutnya. Meskipun demikian, METODE OOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) 61
secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar membaca pemahaman dengan penerapan metode CIRC berjalan dengan lancar. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus II adalah menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun RPP, pedoman observasi, instrumen tes, dan mempersiapkan materi. Tindakan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 4 September 2016. Tindakan siklus II merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap siklus sebelumnya. Semua tahapan yang dilakukan sama, hanya saja pada pembelajaran siklus II ada beberapa hal yang perlu ditekankan dan ditambahkan sesuai dengan perbaikan pada hasil refleksi siklus I. 2. Pelaksanaan Melaksanakan tindakan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: Kegiatan Awal. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru membuka pelajaran, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran. Melakukan apersepsi dan memberi motivasi. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode CIRC. Kegiatan Inti. Tahap kedua penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan tindakan. Berikut uraian pelaksanaan tindakan dalam siklus 2. Pertemuan pertama siklus 2 guru menjelaskan ulang tahap-tahap metode CIRC dan lebih detail menjelaskan cara menentukan ide pokok. Guru mengkondisikan siswa agar berkumpul bersama kelompoknya masing-masing. Siswa mengelompok sesuai instruksi yang diberikan oleh guru. Guru meminta siswa untuk memasang kartu nama yang pernah dikenakan pada siklus I di saku sebelah kiri atas. Guru membagikan teks bacaan yang berjudul Libur Telah Tiba. Guru melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan metode CIRC, penerapan metode CIRC pada siklus 2 tidak berbeda dengan siklus I, hanya saja dalam siklus 2 tiap-tiap tahapan ditambah waktunyadan sebelum siswa melaksanakan presentasi, guru membimbing siswa untuk melakukan peninjauan ulang tehadap hasil diskusi kelompoknya. Hal-hal yang dianggap sulit dan belum dimengerti bisa dibicarakan dengan teman satu kelompoknya. Dalam pelaksanaan siklus dengan pendekatan kooperatif, terlihat kerja sama dalam satu kelompok bisa dikatakan cukup bagus, siswa yang sudah paham membantu siswa yang belum bisa, begitu juga sebaliknya siswa yang belum bisa juga tidak malu bertanya pada siswa yang sudah bisa. Dalam kegiatan diskusi, suasana kelas begitu semarak. Siswa sangat terpacu untuk mendapatkan nilai terbaik dalam mengerjakan tugas kelompok. Tidak terlihat didominasi oleh salah satu siswa. Kegiatan Penutup. Guru memberikan tes formatif kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dari 29 siswa, yang berkategori aktif adalah 19 siswa atau 65,5%, 9 siswa atau 31,03% berkategori cukup, 1 siswa atau 3,44% berkategori kurang, dan 62 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
tidak ada siswa yang berkategori tidak aktif. Skor rata-rata kelas adalah 33, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II berkategori aktif. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus II. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II dan hasilnya siswa lebih aktif dan dapat bekerjasama dengan baik dan diikuti pula dengan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Adapun hasil refleksi setelah tindakan siklus II adalah sebagai berikut: Aktivitas siswa secara keseluruhan sudah tergolong dalam kategori aktif, namun guru perlu memberi pengawasan dan bimbingan pada siswa yang terlihat bergurau ketika berdiskusi maupun ketika siswa mencari pasangan kartunya. Hasil tes formatif telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan. Dengan dilakukannya perbaikan pembelajaran maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Hasil Tes Formatif Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 100 Nilai Terendah 40 50 60 Rata-rata 64,83 73,45 81,72 Ketuntasan klasikal (%) 62 79 93 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan Nilai Tes Formatif Pra Siklus Siklus I Siklus II 80 100 90 40 50 60 81,72 73,45 64,83 62 79 93 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Tuntas (%) Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Tes Formatif Berdasarkan Tabel 1 dan gambar 1 dapat diketahui pada kondisi awal nilai tertinggi adalah 80, pada siklus I meningkat menjadi 90, dan setelah tindakan siklus II meningkat lagi menjadi 100. Nilai terendah pra siklus adalah 40, pada siklus I adalah 50, dan pada siklus II adalah 60. Nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan adalah 64,83 setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 73,45 dan setelah tindakan siklus II kembali mengalami peningkatan menjadi 81,72. Ketuntasan klasikal pra METODE OOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) 63
siklus adalah 62%, meningkat pada siklus I menjadi 79%, dan kembali mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 93%. Untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2: Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kategori Frekuensi siswa Siklus I (%) Siklus II (%) Aktif 8 27,5% 19 65,51% Cukup Aktif 9 31.03% 9 31,03% Kurang Aktif 10 34,4% 1 3,44% Tidak Aktif 2 6,8% 0 0% Jumlah 29 100% 29 100% Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Aktif 19 Cukup Aktif Siklus I 9 8 9 10 Kurang Aktif Siklus II 1 0 2 Tidak Aktif Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dari tabel 2 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas belajar berkategori aktif ada 5 siswa, dan pada siklus II ada 16 siswa. Aktivitas belajar berkategori cukup aktif pada siklus I ada 9 siswa, dan pada siklus II ada 6 siswa. Aktivitas belajar dengan kategori kurang aktif pada siklus I ada 7 siswa, dan pada siklus II ada 1 siswa. Aktivitas belajar yang berkategori tidak aktif hanya terdapat pada siklus I yaitu 2 siswa. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Penerapan metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 3 SD Negeri Kedunguter 01 Kabupaten Brebes dalam memahami isi suatu bacaan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif siswa yang meningkat dan telah memenuhi indikator kinerja, 2) Penerapan metode CIRC dapat mendorong siswa lebih senang membaca. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meningkat dan telah mencapai kategori aktif. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memaksimalkan atau mengembangkan penggunaan model pembelajaran CIRC atau dengan menggunakan model pembelajaran lain sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dapat lebih mengoptimalkan hasil penelitian berikutnya. 64 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
DAFTAR PUSTAKA Burhan Nurgiyntoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.N Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Heru Wijaya Santoso. 1997. Eksperimen Penggunaan Metode Konvensional dan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kemampuan pada Siswa Kelas Satu SLTP di Kutoarjo. Tesis: IKIP Yogyakarta. Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning Terjemahan. Bandung: Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. METODE OOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) 65