4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Ikan kuniran (Upeneus moluccensis) merupakan jenis ikan yang memiliki bentuk badan memanjang, pipih dengan penampang melintang bagian depan punggung, serta panjang tubuhnya dapat mencapai 20 cm (Gambar 2). Klasifikasi ikan kuniran menurut buku Fishbase (2011) adalah sebagai berikut: Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Mullidae Genus : Upeneus Spesies : Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Nama FAO : Goldband goatfish Nama Lokal : Biji Nangka (Labuan), Kuniran (Demak) Gambar 2. Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis) 2.2 Karakteristik Biologi dan Distribusi Ikan Kuniran merupakan ikan perairan laut tropis yang berasal dari famili Mullidae. Terkadang ikan ini juga ditemukan di air payau. Ikan Kuniran merupakan ikan demersal dan ikan ini umumnya berasosiasi dengan karang di daerah Atlantik, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Deskripsi morfologi ikan kuniran antara lain badannya memanjang, tinggi badan hampir sama dengan panjang kepala, dan lengkung kepala bagian atas agak
5 cembung. Sungut dengan ujung tidak melewati atau mencapai bagian belakang keping tulang penutup insang bagian depan. Maxilla (rahang atas) mencapai atau hampir mencapai garis tegak bagian depan mata. Panjang sirip perut (ventral) adalah 2/3 dari panjang sirip dada (pectoral). Kepala dan badan bagian atas berwarna merah terang sampai keunguan, bagian bawah putih keperakan dengan strip memanjang mulai dari belakang mata sampai dasar ekor bagian atas. Sungut berwarna putih keunguan. Ujung bagian atas sirip ekor mempunyai 6-7 garis melintang. Ujung tepi sirip ekor (caudal) bagian bawah berwarna keputihan. Ikan kuniran hidup di perairan dengan dasar berlumpur, panjang ikan dapat mencapai ukuran 20 cm, serta tersebar luas di Indo-Pasifik Barat (Peristiwady 2006). Umumnya ikan-ikan demersal jarang sekali mengadakan migrasi ke daerah yang jauh. Hal ini terjadi karena ikan demersal mencari makan di dasar perairan sehingga kebanyakan dari mereka hidup pada perairan yang dangkal. Ikan Kuniran jarang sekali mengadakan ruaya melewati laut dalam dan cenderung untuk menyusuri tepi pantai (Widodo 1980 in Siregar SH 1990). Kedalaman optimum ikan famili Mullidae ialah antara 40 60 m (Widodo 1990 in Sjafei dan Susilawati 2001). Tipe substrat juga mempengaruhi kondisi kehidupan ikan famili Mullidae untuk dapat berkembang dengan baik. Ikan kuniran hidup di perairan dengan substrat berlumpur atau lumpur bercampur dengan pasir, namun ada juga ikan kuniran yang mencari makanan hingga ke daerah karang (Burhanuddin et al 1984 in Sjafei dan Susilawati 2001). 2.3 Alat Tangkap Ikan Kuniran Ikan Kuniran termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi spesies target pada kegiatan perikanan demersal dengan alat tangkap cantrang. Sifat alat tangkap ini menyapu dasar perairan sehingga dapat menyebabkan ikan yang tertangkap terdiri dari berbagai ukuran sehingga dapat mempengaruhi kelestarian stok yang terdapat di alam. Apabila hasil tangkapan didominasi ikan yang berukuran terlalu kecil maka akan mengakibatkan growth overfishing, sedangkan apabila ikan yang tertangkap sebagian besar merupakan ikan yang matang gonad maka akan terjadi recruitment overfishing (Saputra et al. 2009)
6 Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan kuniran. Pada umumnya nelayan lebih sering menggunakan alat tangkap ini dibandingkan dengan menggunakan alat tangkap dogol untuk menangkap ikan kuniran. Alat ini terdiri dari sayap kanan dan sayap kiri, tali selambar, tali ris atas, tali ris bawah, badan, pelampung, pemberat, kantong, dan dilengkapi dengan alat bantu yaitu roller (Sudirman 2008). Berikut merupakan gambar ilustrasi alat tangkap cantrang dan jaring yang digunakan. Gambar 3. Alat tangkap Cantrang. Sumber: www.perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com Gambar 4. Jaring cantrang
7 2.4 Kebiasaan Makan Ikan Kuniran Makanan adalah organisme, bahan, maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya. Kebiasaan makan (feeding habit) adalah tingkah laku ikan saat mengambil dan mencari makanan. Tipe-tipe makanan ikan yang umum ditemukan adalah plankton, nekton, bentos dan detritus. Berdasarkan jenis kelompok makanannya ikan dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Ikan kuniran merupakan ikan karnivora yang memiliki panjang usus lebih pendek daripada ukuran tubuhnya. Ikan kuniran memiliki sungut di rahang bagian bawah (Prabha dan Manjulatha 2008). Ikan karnivora umumnya mempunyai gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa dan jari jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan menggilas mangsa. Selain itu ikan karnivora juga mempunyai lambung, dan usus pendek, tebal dan elastis (Effendie 2002). Kebiasaan makanan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan hidup. Besarnya populasi ikan di dalam suatu perairan salah satunya ditentukan oleh makanan yang tersedia. Piscivora ialah ikan yang memakan ikan lain. Menurut Gerking 1994 in Kamal et al. 2009 menyatakan bahwa ciri-ciri piscivora adalah memakan ikan secara utuh. Kemudian dikatakan bahwa strategi memakan piscivora terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang aktif memburu mangsanya seperti yang ditemukan pada Xyphia sp. dan Thunnus spp. Kelompok kedua, yaitu dengan cara menunggu dan menyerang mangsanya secara tiba-tiba (sitandwait piscivore) atau dikenal dengan istilah ambush. Dari makanan ada faktor yang berhubungan dengan populasi, yaitu kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia, dan lamanya waktu yang digunakan oleh ikan dalam memanfaatkan makanan. Makanan yang dimanfaatkan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan gonad, serta keberhasilan hidup (survival). Populasi, pertumbuhan, reproduksi, dan dinamika populasi ikan juga ditentukan oleh ketersediaan makanan ikan di suatu perairan (Effendie 2002). Informasi mengenai kebiasaan makanan ikan juga dapat digunakan untuk mengetahui hubungan rantai makanan dalam ekosistem laut (Bachok et al. 2004).
8 Ikan-ikan cenderung mencari makanan pada daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya. Bila ikan-ikan pendatang ini lebih dominan dibandingkan ikan-ikan yang telah lama hidup pada daerah itu maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup popuasi ikan asli tersebut. Persaingan antara ikan-ikan pendatang dan ikan asli tersebut akan mempengaruhi besarnya jumlah dan jenis persediaan makanan yang ada (Nikolsky 1963 in Robiyani 2000). Makanan merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup ikan. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal diperlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan yang cukup serta seimbang sesuai dengan kondisi perairan. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ organ tubuh yang rusak, sedangkan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan (Effendie 2002). Ikan kuniran adalah ikan pemakan bentos (benthic feeders). Dari kelompok makanan, ikan kuniran termasuk dalam ikan karnivora. Ikan ini memakan hampir 98% zoobenthos (14,3% krustasea, 3,53% moluska, 80,08% polychaeta) dan 2,09% zooplankton (Boraey 1987). Menurut Sjafei dan Susilawati (2001) jenis organisme yang terdapat pada lambung ikan kuniran ialah udang-udangan, ikan kecil, detritus, polychaeta, moluska, Nitschia sp, Ceratium sp dan copepoda. 2.5 Faktor Kondisi Faktor kondisi didefinisikan sebagai keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk hidup maupun untuk reproduksi (Effendie 2002). Penentuan faktor kondisi memiliki berbagai tujuan, misalnya faktor kondisi atau yang dilambangkan dengan K(t), apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu, situasi demikian memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya kurang baik dapat diindikasikan bahwa populasi terlalu padat, atau sebaliknya jika kondisi baik hal tersebut memungkinkan
9 terjadi pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak. Nilai faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. Faktor kondisi berfluktuasi berdasarkan ukuran ikan. Ikan kecil mempunyai kondisi yang relatif tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah besar. Hal ini berhubungan dengan perubahan makanan ikan dari ikan pemakan plankton ke ikan pemakan ikan atau sebagai karnivora (Effendie 2002). Perubahan makanan ikan ini menyesuaikan dengan ketersediaan makanan di alam, maka faktor kondisi juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecocokan suatu spesies terhadap lingkungan. Peningkatan faktor kondisi dapat berhubungan dengan perubahan makanan ikan tersebut yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan karnivor. Selain itu nilai faktor kondisi yang tinggi juga dapat disebabkan oleh kondisi ikan itu sendiri, misalnya faktor kondisi tinggi dapat dicapai waktu ikan mengisi gonadnya dengan cell sex dan mencapai puncak sebelum pemijahan (Effendie 2002).