BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan bukanlah hal baru bagi Negara Indonesia dan negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini menganalisis partisipasi masyarakat melalui implementasi. penanggulangan kemiskinan di perkotaan melalui Program Nasional

ADVETORIAL PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

Kemiskinan di Indonesa

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan. intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN KARANG BEROMBAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemiskinan bukanlah hal baru bagi Negara Indonesia dan negara berkembang pada umumnya. Kemiskinan seolah-olah identik dengan negara berkembang, yang umumnya tertinggal dalam hal perekonomian. Kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan yang tidak terpecahkan. Kemiskinan sebagai masalah besar yang dihadapi dalam pembangunan negara berkembang dewasa ini, terkait dalam dimensi politik, sosial maupun ekonomi yang menjadikan masyarakat miskin sulit untuk keluar dari kemiskinan. Dimensi politik terlihat dari tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin guna pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka sendiri. Dimensi sosial muncul dengan tidak terintegrasikannya masyarakat miskin dalam institusi sosial yang ada, sedangkan dimensi ekonomi terlihat dari rendahnya penghasilan yang mengakibatkan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup sangat terbatas (Situmeang, 2010:3) Hal inilah yang kemudian menyebabkan negara-negara berkembang berusaha untuk mengatasi permasalahan kemiskinan dengan menerapkan kebijakan-kebijakan dan program-program yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan. Demikian halnya dengan Negara Indonesia,

pemerintah terus-menerus berupaya menerapkan kebijakan-kebijakan dan program-program yang bertujuan untuk memerangi kemiskinan. Program dan kebijakan tersebut secara terus-menerus mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan bergantinya pemerintahan. Pada masa orde baru, program-program pengentasan kemiskinan diprioritaskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti. pemenuhan sembilan bahan pokok, upaya peningkatan kemampuan para petani di pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kemudahan para petani dalam menggarap sawah ladangnya, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih merata dengan program inpres kesehatan, dokter dan tenaga para medisnya, sekolah, guru dan perlengkapan lainnya, serta mengusahakan adanya listrik masuk desa dan perbaikan sarana pedesaannya lainnya. Program-program tersebut bisa dikatakan berhasil dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai seperti, kemudahan yang diperoleh petani dalam menggarap sawah ladangnya, semakin banyaknya masyarakat yang dapat menikmati fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak dan terwujudnya listrik masuk desa yang sangat bermanfaat bagi masyarakat baik untuk beraktivitas maupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah program-program tersebut menimbulkan dampak baru dalam menanggulangi kemiskinan pada masyarakat, yaitu hilangnya daya kreasi dan inovasi dari masyarakat dan menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap program-program yang diluncurkan pemerintah, dan yang terburuk adalah program ini tidak menciptakan kemandirian dan berkelanjutan bagi pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

Kenyataan tersebut membawa perubahan terhadap pola pengentasan kemiskinan oleh pemerintah. Pemerintah kemudian mewujudkan program pengentasan kemiskinan melalui pola bantuan langsung dan pola pemberdayaan masyarakat. Berbagai program seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT), program Jaring Pengaman Sosial (JPS), program kredit lunak bagi masyarakat miskin, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) fase I dan fase II, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) serta berbagai program pengentasan kemiskinan melalui pemberian subsidi dan pemberdayaan masyarakat telah dilakukan oleh pemerintah. Langkah pemerintah menerapkan pola pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat adalah bahwa melalui pemberdayaan, masyarakat diharapkan dapat mendefinisikan dan menangani masalah yang mereka hadapi, serta terbuka untuk menyatakan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut dikarenakan paradigma pemberdayaan memandang bahwa masyarakat harus menjadi pusat pembangunan sekaligus pelaku utama pembangunan (people centered development), berbeda dengan kecenderungan dalam pelaksanaan program pemerintah sebelumnya, yang sifatnya sentralistik, dimana program-program yang ditujukan untuk masyarakat direncanakan, dilaksanakan serta dievaluasi oleh pemerintah sendiri. Pola perencanaan pembangunan seperti ini menyebabkan keterlibatan masyarakat yang sangat kecil, padahal masyrakat sendirilah yang merasakan dampak dari program-program tersebut. Selain itu, pola perencanaan pembangunan yang bersifat sentralistik mengakibatkan kurangnya kemampuan masyarakat untuk

mengendalikan maupun memberi masukan dalam proses pembangunan serta terjadi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Melalui pemberdayaan diharapkan masyarakat miskin menjadi berdaya dan mengurangi ketergantungan yang terus menerus terhadap pemerintah, sehingga mereka dapat terlepas dari kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah kemudian meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pada tahun 1999, sebagai program pembangunan berbasis masyarakat. Di dalam program tersebut, ada upaya pemberdayaan masyarakat sebagai strategi untuk mencapai tujuan meningkatnya kesejahteraan masyarakat terutama keluarga miskin. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri memiliki konsep melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan peningkatan perekonomian mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pemantauan dan evaluasi. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan layanan umum, dan peningkatan kapasitas lembaga lokal yang berbasis masyarakat. Pada program ini masyarakat bukan lagi sebagai objek melainkan subjek dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Masyarakat menjadi mandiri dan memiliki kesadaran akan pentingnya partisipasi mereka terhadap pembangunan. Bahkan masyarakat akan memiliki kesempatan lapangan pekerjaan dalam pelaksanaan program ini. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah program berbasis pemberdayaan masyarakat yakni basisnya adalah bagaimana upaya

meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memecahkan persoalan terkait peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Proses pemberdayaan masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, terdiri dari tahap pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan. Salah satu bagian dari (PNPM) Mandiri adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah program pengembangan dari program pemberdayaan masyarakat perkotaan yang sebelumnya telah dilaksanakan pemerintah yaitu Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang telah dilaksanakan sejak tahun 1999. Tujuan dan latar belakang (PNPM) Mandiri Perkotaan yaitu memberdayaan masyarakat miskin perkotaan agar dapat terlepas dari kemiskinan, secara mandiri dan berkelanjutan. Ciri-ciri kemiskinan pada masyarakat perkotaan dapat dilihat dari keadaan seperti, tingginya jumlah pengangguran dan jumlah pencari kerja, tingginya jumlah penduduk yang tidak bersekolah pada usia sekolah, ketidakmampuan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak adanya akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama kebutuhan pangan. Dengan melihat fakta yang terjadi pada mastyarakat perkotaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan yang terjadi pada masyarakat perkotaan terjadi pada tiga bidang yaitu bidang ekonomi, bidang sosial serta bidang lingkungan.

Oleh karena itu melalui (PNPM) Mandiri Perkotaan, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan melalui program-program pemberdayaan yang dikenal dengan istilah tridaya yaitu pemberdayaan di bidang ekonomi, bidang sosial serta bidang lingkungan. Di bidang ekonomi pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan pemberian pinjaman kepada masyarakat miskin yang memiliki usaha, maupun untuk membuka peluang terciptanya usaha baru yang efektif. Di bidang sosial pemberdayaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial seperti memberikan bantuan kepada masyarakat lanjut usia, perbaikan kualitas gizi ibu hamil melalui pemberian makanan bergizi, dan lain-lain. Sedangkan di bidang lingkungan, pemberdayaan dilakukan melalui perbaikan sarana dan prasarana lingkungan seperti pengaspalan jalan, perkerasan jalan, pembuatan parit dan lain sebagainya. Dari tiga masalah utama kemiskinan yang dialami masyarakat, terlihat jelas bahwa permasalahan sesungguhnya yang dihadapi masyarakat adalah rendahnya tingkat perekonomian masyarakat, sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jika masyarakat miskin memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik, tentu saja permasalahan lainnya dapat diatasi. Sebagai contoh jika masyarakat memiliki kemampuan perekonomian yang baik, tentu saja masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti, dapat menikmati fasilitas kesehatan yang layak, memiliki tempat tinggal yang memadai, serta mampu menikmati fasilitas pendidikan hingga tingkat menengah umum bahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Dengan demikian maka sudah layak dan sepantasnya pemerintah membantu peningkatan perekonomian masyarakat

menuju ke arah yang lebih baik, melalui program-program pemberdayaan seperti (PNPM) Mandiri Perkotaan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa penyebab utama kemiskinan adalah karena rendahnya tingkat perekonomian masyarakat, maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi adalah dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat miskin yang memiliki usaha berskala mikro maupun untuk menciptakan peluang usaha. Program ini diberi nama Program Pinjaman Bergulir, yang merupakan bagian dari (PNPM) Mandiri Perkotaan. Pada Program Pinjaman Bergulir, masyarakat diberikan kepercayaan untuk mengelola sejumlah dana pinjaman yang dikucurkan oleh pemerintah, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha berskala mikro yang dimiliki oleh masyarakat. Sehingga diharapkan melalui peningkatan usaha berskala mikro tersebut, perekonomian masyarakat yang menerima dana pinjaman bergulir dapat semakin membaik. Kenyataan bahwa + 40% masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki usaha berskala mikro, maka pemerintah merasa perlu untuk meluncurkan program pinjaman bergulir tersebut (pedoman pelaksanaan program pinjaman bergulir, 2008:22). Program pinjaman bergulir pada dasarnya ditujukan untuk masyrakat miskin yang berada pada wilayah desa/kelurahan, dengan kriteria masyarakat miskin yang ditentukan sendiri oleh masyarakat yang akan melaksanakan program pinjaman bergulir. Adapun pengelolaan dana pinjaman bergulir tidak dapat

dikelola secara langsung kepada masyarakat yang bersifat perorangan (individu). Dana pinjaman tersebut harus dikelola oleh unit pengelola keuangan (UPK), untuk kemudian menyalurkannya kepada kelompok swadaya masyarakat (KSM). Pemberian dana pinjaman bergulir kepada masyarakat harus melalui tahapan/prosedur yang dilakukan oleh (UPK), untuk menentukan layak tidaknya kelompok masyarakat yang mengajukan permohonan pinjaman untuk memperoleh dana pinjaman tersebut. Unit pengelola keuangan (UPK) dibentuk dan diawasi oleh badan keswadayaan masyarakat (BKM), selain dua unit pengelola lainnya yaitu unit pengelola lingkungan (UPL) dan unit pengelola sosial (UPS). Kelurahan Karang Berombak adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Barat Kota Medan, yang menerima dana pinjaman bergulir. Dikatakan bergulir karena pinjaman yang diperoleh masyarakat tidak dapat dinikmati seluruh kelompok masyarakat secara bersamaan. Peminjaman dilakukan secara bergantian dari kelompok masyarakat yang telah memperoleh pinjaman, kemudian dilanjutkan dengan kelompok masyarakat lain yang belum memperoleh pinjaman, dengan catatan pinjaman yang diperoleh kelompok masyarakat yang melaksanakannya terlebih dahulu harus dikembalikan secara utuh, barulah kemudian dapat digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya yang belum memperoleh pinjaman. Dengan demikian diharapkan tercipta rasa tanggung jawab, kepedulian dan kerjasama antara kelompok peminjam, terutama bagi kelompok masyarakat yang sedang melaksanakan pinjaman, agar dana pinjaman tersebut tidak hilang melainkan dapat dikembalikan secara utuh, sehingga dapat

dimanfaatkan kembali oleh kelompok masyarakat lainnya yang belum memperoleh pinjaman. Pinjaman yang diperoleh masyarakat tidak hanya dapat dilakukan melalui satu tahap saja, tetapi dapat dilakukan hingga empat tahap, jika pengembalian pinjaman pada setiap tahapan dilakukan dengan baik. Jumlah maksimal pinjaman yang bisa diperoleh setiap anggota kelompok peminjam adalah Rp. 5.500.000, yang diperoleh secara bertahap, mulai dari tahap pertama hingga tahap ke-iv. Tahapan pemberian pinjaman pada pelaksanaan program pinjaman bergulir dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Tahapan Pemberian Dana Pinjaman Bergulir Tahapan Pemberian Besarnya Dana Kategori Pinjaman Bergulir Pinjaman Bergulir Pengembalian Pinjaman Tahap I Rp. 500.000 Selesai (masuk tahap II) Tahap II Rp. 1.000.000 (2 x Selesai (masuk tahap III) Tahap III jumlah pinjaman tahap I) Rp. 2.000.000 (2 x jumlah pinjaman tahap II) Tahap IV Rp. 2.000.000 (sama seperti jumlah pinjaman tahap III) Sumber: Pedoman Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir Selesai (masuk tahap IV) Program pinjaman bergulir mulai dilaksanakan di Kelurahan Karang Berombak pada bulan Februari tahun 2010. Salah satu pertimbangan korkot (koordinator kota) dalam memilih Kelurahan Karang Berombak untuk melaksanakan program pinjaman bergulir dikarenakan kurang lebih 30% penduduk Kelurahan Karang berombak merupakan pengusaha berskala mikro, sehingga perlu untuk mendapatkan perhatian, khususnya pada penambahan modal usaha melalui pemberian pinjaman. Keterbatasan masyarakat untuk mendapatkan

akses pinjaman kepada lembaga keuangan formal baik itu lembaga pemerintah maupun non pemerintah, menyebabkan sulitnya masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Ketidakmampuan untuk mengembangkan usaha menyebabkan usaha yang dikelola masyarakat tidak mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Hal inilah menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat Kelurahan Karang Berombak yang rata-rata pengusaha berskala mikro tetap berada dalam kemiskinan. Kenyataan ini ditunjukkan dengan jumlah rumah tangga miskin yang mencapai 1.469 rumah tangga dari 4.324 rumah tangga di Kelurahan Karang Berombak (sumber: konsultan manajemen wilayah IV Sumatera Utara). Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diluncurkanlah program pinjaman bergulir bagi masyarakat Kelurahan Karang Berombak. Jumlah dana yang diberikan adalah sebesar Rp. 49.000.000,-. Dana pinjaman tersebut disalurkan kepada 13 KSM pada tahap awal dan kemudian digulirkan kepada 21 KSM, pada tahap berikutnya. Pada tahap awal jumlah pinjaman yang diberikan adalah sebesar Rp. 500.000, pada tahap kedua jumlah pinjaman yang diberikan adalah sebesar Rp.1.000.000. Pembatasan pemberian pinjaman dibatasi hingga tahap kedua, disebabkan keterbatasan dana pinjaman yang disediakan dan masih banyaknya masyarakat yang belum memperoleh dana pinjaman. Masing-masing anggota KSM yang memperoleh dana pinjaman bergulir telah memenuhi persyaratan diantaranya seperti, memiliki usaha berskala mikro ataupun memiliki potensi untuk memulai usaha, memiliki kemampuan untuk mengembalikan dana pinjaman yang diperoleh, telah memenuhi kriteria

masyarakat miskin yang telah ditetapkan serta yang terpenting adalah merupakan bagian dari masyarakat yang berdomisili pada daerah yang menerima dana pinjaman bergulir. Adapun kriteria masyarakat miskin yang ditentukan berkaitan dengan pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak adalah sebagai berikut: 1. Berpenghasilan maksimal Rp.20.000/hari 2. Jumlah tanggungan dalam keluarga minimal 5 (lima) orang atau lebih 3. Pendidikan rata-rata anak dalam satu keluarga adalah setingkat SLTP, karena ketidakmampuan orang tua 4. Masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak tetap, terutama pengangguran 5. Umur jompo miskin di atas 60 tahun, kecuali untuk kondisi tertentu seperti menderita penyakit akut dan cacat 6. Memilik balita dalam keluarga yang mengalami kurang asupan gizi 7. Tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari secara layak 8. Janda miskin Salah satu syarat agar pinjaman bergulir dapat disalurkan kepada masyarakat adalah terbentuknya BKM dan UPK, yang merupakan pengelola program pinjaman bergulir serta KSM, yang menerima dana pinjaman bergulir. Semua anggota kelompok pengelola maupun pelaksana program pinjaman bergulir merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Badan keswadayaan masyarakat (BKM) Kelurahan Karang Berombak yang bertugas mengelola pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah BKM Rose. BKM Rose dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh 10 unit pengelola, yang terdiri dari 4 (empat) unit pengelola ekonomi, 4 (empat) unit pengelola sosial dan 2 (dua) unit pengelola lingkungan. UPK sendiri berada di dalam unit pengelola ekonomi dan diangkat serta bertanggung jawab terhadap BKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program pinjaman bergulir ini, bukanlah hanya sebatas program yang mengupayakan peningkatan perekonomian masyarakat saja, tetapi juga menciptakan lembaga sosial masyarakat sehingga masyarakat mampu berorganisasi, dimana melalui organisasi tersebut diharapkan tercipta rasa kepercayaan, tanggung jawab serta gotong royong antara masyarakat yang melaksanakannya. Dengan demikian harapan untuk mewujudkan lahirnya kembali modal sosial di tengah masyarakat diharapkan dapat terwujud. Melihat kenyataan-kenyataan yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan. 1.2. Perumusan Masalah Beranjak dari uraian latar belakang masalah, maka masalah utama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas pelaksanaan program dana pinjaman bergulir dilihat dari aspek kelembagaan, aspek sasaran penerima dana pinjaman bergulir, aspek keberlanjutan usaha dan keberlanjutan program pinjaman, aspek kemandirian dan keberdayaan masyarakat serta aspek pengaruh

program pinjaman bergulir bagi masyarakat di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Tujuan umum ini kemudian di rinci kedalam 5 tujuan khusus, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana aspek kelembagaan BKM dan UPK sebagai pelaksana dan pengawas program pinjaman bergulir, terutama KSM sebagai penerima program 2. Untuk mengkaji aspek sasaran penerima dana pinjaman bergulir 3. Untuk mengetahui bagaimana kemandirian dan keberdayaan yang terjadi pada masyarakat, melalui pelaksanaan program pinjaman bergulir 4. Untuk mengetahui bagaimana keberlanjutan usaha dan keberlanjutan progam pinjaman khususnya program pinjaman bergulir di masa yang akan datang 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang dihasilkan bagi masyarakat melalui pelaksanaan program pinjaman bergulir 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat miskin di perkotaan khususnya program pinjaman bergulir, serta memberi sumbangan pengetahuan bagi

para pembaca mengenai efektifitas program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak di Kecamatan Medan Barat Kota Medan.