BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai barang barang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Bab 2 LANDASAN TEORI

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

Pengelolaan Persediaan

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri baik industri manufaktur maupun jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan jenis operasi perusahaan, persediaan dapat diklasifikasikan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH : YUSNA QURROTA A YUNI NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen operasi (Operations managements) adalah serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian persediaan Menurut Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai barang barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi di simpan sebelum digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan di simpan sebelum dijual atau dipasarkan. Menurut Heizer dan Render (2011), persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah menyadari bahwa manajemen persediaan sangatlah penting. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia. Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. 2.1.2. Jenis jenis persediaan Dalam bukunya, Daft (2006) membagi jenis persediaan menjadi tiga yaitu barang jadi sebelum pengiriman, barang setengah jadi, dan bahan baku. Persediaan 5

6 barang jadi (finished-goods inventory) adalah barang barang yang telah melewati proses produksi tetapi belum dijual. Ini merupakan persediaan yang sangat kelihatan. Persediaan barang jadi bersifat mahal karena perusahaan telah menginvestasikan tenaga kerja dan biaya biaya lainnya untuk membuat produk jadi. Persediaan barang setengah jadi (work-in-process inventory) adalah bahan bahan yang melewati tingkat proses produksi tetapi belum merupakan produk jadi. Persediaan bahan baku (raw material inventory) adalah bahan bahan dasar untuk proses produksi perusahaan. Persediaan ini adalah yang paling murah karena organisasi belum menginvestasikan tenaga kerja ke dalamnya. Menurut Heizer dan Render (2005) persediaan dapat dikelompokkan kedalam empat jenis, yaitu persediaan bahan baku (raw material inventory), Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory), Persediaan MRO (maintenance / repair / operating inventory), dan Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Persediaan bahan baku (raw material inventory) adalah material yang pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses pabrikasi, sedangkan persediaan barang setengah jadi (working in process inventory) adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai atau menjadi produk jadi. Persediaan MRO (maintenance / repair / operating inventory) yaitu persediaan yang khusus diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan, perbaikan, dan operasi untuk menjaga agar proses produksi tetap produktif, dan persediaan barang jadi (finished goods inventory) adalah persediaan yang telah selesai diproses atau produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman.

7 2.1.3. Fungsi persediaan Menurut Heizer dan Render (2011), persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang menambal fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Pertama, fungsi persediaan sebagai Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi contohnya jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok. Kedua, melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan, persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran. Ketiga, mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. Keempat, melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga. Menurut Assauri (2008), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, mempunyai fungsi yaitu menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan, menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran, mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi, mencapai penggunaan mesin yang optimal, memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersediaanya barang jadi tersebut, serta membuat

8 pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya. Sedangkan Rangkuti (2007), membagi jenis-jenis persediaan berdasarkan fungsinya menjadi Batch stock/ lot size inventory, Fluctuation stock, dan Anticipation stock. Batch stock/ lot size inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya adalah potongan harga pada harga pembelian, efisiensi produksi dan penghematan biaya angkutan. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat. 2.1.4. Biaya Biaya Persediaan Menurut Heizer dan Render (2011) biaya persediaan meliputi biaya penyimpanan (holding cost), biaya pemesanan (ordering cost), dan biaya penyetelan (setup cost). Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang terkait dengan menyimpan atau membawa persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang

9 diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik. Sedangkan, menurut Ristono (2009), biaya persediaan dapat dibedakan atas ongkos pembelian (purchase cost), ongkos pemesanan atau Biaya persiapan (order cost/set up cost), Ongkos simpan (carrying cost / holding cost / storage cost), dan Biaya kekurangan persediaan (stockout cost). Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan atau dapat dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang digunakan untuk membeli suku cadang. Penetapan dari biaya pembelian ini tergantung dari pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli hanya bisa mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan oleh pihak penjual. Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat tergantung pada frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya. Biaya pemesanan secara terperinci meliputi biaya persiapan pesanan (biaya telepon atau ongkos menghubungi supplier, pengeluaran surat menyurat), biaya penerimaan barang, seperti (biaya pembongkaran

10 dan pemasukan ke gudang, biaya laporan penerimaan barang, biaya pemeriksaan barang atau biaya pengecekan), biaya pengiriman pesanan ke gudang, dan biayabiaya proses pembayaran (biaya pembuatan cek, pengiriman cek, atau biaya transfer ke bank supplier, dan sebagainya). Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan, atau dapat pula dikatakan biaya yang timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan (diantaranya: fasilitas penyimpanan, sewa gudang, keusangan, asuransi, pajak dan lain-lain). Yang termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa atau penggunaan gudang, biaya pemeliharaan barang, biaya pemanasan atau pendinginan, bila untuk menjaga ketahanan barang dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin dan biaya menghitung dan menimbang barang. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) adalah biaya yang ditimbulkan akibat hilang kesempatan penjualan sebagai dampak dari kekurangan persediaan. Biaya yang timbul adalah kehilangan pendapatan, selisih harga komponen, terganggunya operasi. 2.2. Pengendalian Persediaan 2.2.1. Pengertian pengendalian persediaan Pengendalian adalah proses managemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya (Indrayati, 2007). Pengendalian persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah

11 persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya (Herjanto, 2008). Robert J. Mockler menyatakan bahwa pengendalian merupakan suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang lebih dahulu ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan yang mengukur identifikasi penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan perbaikan yang perlu dilakukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan yang digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan (Mariyam, 2008). 2.2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan Menurut Assauri (2008), tujuan dari adanya pengendalian persediaan dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah menjaga agar proses produksi tidak terhenti akibat habisnya persedian bahan baku, menjaga agar biaya biaya yang ditimbulkan dari persediaan bahan baku sekecil mungkin dengan menjaga jumlah persediaan yang tidak terlalu berlebihan, dan menghindari pembelian dalam jumlah kecil yang dapat mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar. Sedangkan menurut Baroto (2002) fungsi dari pengendalian persediaan adalah untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses,

12 komponen dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal. 2.3. Metode Pengendalian Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah (Rangkuti, 2007). Menurut Heizer dan Render (2011) EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi yaitu tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan, Lead Time diketahui dan bersifat konstan, persediaan diterima dengan segera, tidak mungkin diberikan diskon, biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan dan biaya peyimpanan persediaan sepanjang waktu, keadaan kehabisan stock (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya biaya total. Dari total biaya biaya yang muncul, terdapat dua biaya yang penting untuk diperhatikan yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, sedangkan biaya biaya lain seperti persediaan itu sendiri adalah konstan. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang terkait dengan

13 menyimpan atau membawa persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga (Heizer dan Render, 2011). Model EOQ adalah merupakan model yang tangguh. Tangguh (Robust) berarti ia memberikan jawaban yang memuaskan meskipun terdapat beragam variasi dan parameternya. Seperti yang telah banyak diamati, sering kali sulit menentukan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang akurat. Sebagai konsekuensinya, sebuah model tangguh merupakan sebuah keberuntungan. Biaya total EOQ berubah sedikit secara minimal. Hal ini berarti bahwa variasi biaya setup, biaya penyimpanan, permintaan, atau bahkan EOQ relatif sedikit dalam biaya total (Heizer dan Render, 2011). Gambar 2.1 Biaya Total sebagai Fungsi Kuantitas Pesanan (Heizer dan Render 2011)

14 Biaya pesan menunjukkan kurva menurun dengan tingkat yang semakin rendah. Walaupun demikian, kurva ini tidak akan pernah memotong sumbu mendatar, yaitu sumbu jumlah pesanan. Hal ini disebabkan karena apabila jumlah yang dipesan sedikit, maka dalam satu tahun berarti melakukan pesanan yang berulang kali (frekuensi pesanan tinggi) dengan demikian biaya pesannya juga tinggi. Sedangkan apabila jumlah yang dipesan besar berarti frekuensi pesanan rendah dan hal tersebut menyebabkan biaya pesannya rendah. Sebaliknya dengan biaya simpan merupakan garis yang selalu meningkat dengan semakin besarnya jumlah barang yang dipesan. Dan garis ini berbentuk lurus, karena biaya simpan dianggap proporsional kenaikannya. Semakin besar barang yang dipesan, semakin besar pula biaya simpannya. Dengan demikian garisnya akan berasal dari titik nol, kemudian meningkat sesuai dengan jumlah barang yang dipesan. (Heizer dan Render 2011) a. Jumlah pemesanan ekonomis EOQ Q = 2 O D......(1) C (Heizer dan Render 2011) Keterangan: Q* = Pembelian optimal berdasarkan metode EOQ O = Biaya pemesanan setiap kali pesan D = Jumlah kebutuhan bahan baku C = Biaya penyimpanan per unit

15 b. Total biaya persediaan Keterangan: Q* = Pembelian optimal berdasarkan metode EOQ O = Biaya pemesanan setiap kali pesan D = Jumlah kebutuhan bahan baku C = Biaya penyimpanan per unit T* = Total biaya bahan baku berdasarkan metode EOQ c. Besarnya persediaan pengaman (Safety Stock)... T...(2) = CQ 2 + OD Q (Heizer dan Render 2011)......(3) (x x) 2 SD = n (Heizer dan Render 2011) Keterangan : SD = Standart Deviasi x = jumlah pemakaian bahan baku x = jumlah rata-rata pemakaian bahan baku n = periode pemakaian bahan baku d. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ROP = (lead... time...(4) penggunaan rata rata) + safety stock (Heizer dan Render 2011) Keterangan: Lead time Safety stock = waktu tunggu = persediaan pengaman

16 2.3.1. Keunggulan dan kelemahan metode Economic Order Quantity (EOQ) Keunggulan metode EOQ adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus dipesan dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan, dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock), mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal, umum digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat (Heizer dan Render, 2011). Adapun kelemahan yang terdapat pada metode EOQ adalah menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan oleh mereka, sehingga penggunaan model ini menyebabkan berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi akibat relasi perusahaan dengan pemasok yang tidak berdasar pada hubungan kerjasama yang erat(heizer dan Render, 2011). 2.4. Metode Gabungan EOQ dengan JIT (JIT/EOQ) Berdasarkan rumus EOQ, serangkaian rumus JIT dan EOQ digunakan untuk membantu menjembatani transisi dari EOQ ke JIT. Rumus-rumus JIT/EOQ ini didasarkan pada kenyataan bahwa JIT mengurangi lot pengiriman, sebagai arti dari pelaksanaan JIT dalam lingkup lot besar EOQ. Asumsi-asumsi yang harus digunakan pada kombinasi metode JIT/EOQ menurut Schniederjan (Dalam Sulistyowati, 2006) yaitu biaya unit tidak dipengaruhi oleh jumlah pesanan, biaya pengiriman tidak dipengaruhi oleh jumlah pesanan, dan biaya pemesanan adalah konstan, tidak masalah berapa banyak pengiriman yang dijadwalkan.

17 Asumsi-asumsi ini sama dengan asumsi dari model dasar EOQ dan beralasan dari sudut pandang pemberian kontrol pembeli dalam negosiasi kontrak jangka panjang JIT. Model JIT/EOQ merupakan kombinasi antara model EOQ dan sistem JIT. Berikut beberapa macam persamaan yang digunakan dalam perhitungan model JIT/EOQ (Schniederjans dalam Sulistyowati, 2006). a. JIT/EOQ Order Quantity Qn = n Q......(5) (Schniederjans dalam Sulistyowati, 2006) b. JIT/EOQ Total Annual Cost...(6) Tjit/eoq = CQn 2n + OD Qn (Schniederjans dalam Sulistyowati, 2006) c. JIT/EOQ Optimal Number delivery 2...(7) na = Q 2a (Schniederjans dalam Sulistyowati, 2006) d. Kuantitas pemesanan yang optimal untuk setiap kali pengiriman q = Qn...(8) na (Schniederjans dalam Sulistyowati, 2006)

18 Keterangan: Qn = Kuantitas pesanan JIT dalam unit setiap n pengiriman n = Jumlah pengiriman optimal selama satu tahun Q* = Kuantitas pesanan dalam unit untuk sistem EOQ TJIT = Total biaya tahunan yang minimum untuk sistem JIT T* = Total biaya tahunan yang minimum untuk sistem EOQ C = Biaya penyimpanan per unit O = Biaya pemesanan setiap kali pesan D = Jumlah kebutuhan bahan baku na = Jumlah pengiriman optimal dengan tingkat target a dari persediaan rata-rata ditangan dalam unit a = Rata-rata target spesifik persediaan dalam unit q = Kuantitas pemesanan yang optimal untuk setiap kali pengiriman 2.5 Profil Perusahaan Perusahaan Kosmetika merupakan produsen produk spa alami di Kota Denpasar yang pada awalnya didirikan pada tahun 2002. Adapun pendiri sekaligus pemilik dari Perusahaan Kosmetika adalah pasangan suami istri I Wayan Sukhana dan Yuliani Sukhana. Awal mula didirikannya perusahaan tersebut adalah pada tahun 1998 terjadi kekacauan ekonomi yang menyebabkan dihentikannya hubungan kerja Bapak I Wayan Sukhana di Jakarta sedangkan saat itu dirinya sudah berumur 54 tahun dan memiliki tiga tanggungan anak yang masih sekolah. Akibat hilangnya sumber penghasilan dari pekerjaan sebelumnya, diputuskanlah bahwa I Wayan Sukhana beserta istri pulang ke Denpasar dengan rumah sederhana yang dikontrak untuk tempat tinggal. Awalnya usaha pasangan ini bermula dari berjualan aksesoris yang cukup diminati konsumen. Dari sana, mereka mencari peluang usaha yang lebih baik yaitu pembuatan buah tangan dengan kombinasi biji bijian dan buah buahan kering serta aroma dan rempah.

19 Selama perjalanan usaha mereka, akhirnya pada tahun 2002 usaha milik I Wayan Sukhana dan istrinya dilirik oleh Pemerintah Kota Denpasar untuk diikut sertakan dalam pameran di Pesta Kesenian Bali (PKB) dan dibantu untuk mengurus kelengkapan perijinan yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat peserta PKB. Melalui diskusi dan berbagai pilihan nama untuk usaha mereka, akhirnya dipilihlah nama Bali Tangi dimana bagi mereka artinya adalah keinginan bangun dan bangkit dari keterpurukan walaupun umur sudah di atas 50 tahun. Dari PKB tahun 2002 inilah pesanan lulur, masker, dan massage oil mulai dikerjakan dan mulai menekuni pembuatan dan belajar pengetahun tentang produk spa. Visi dari Perusahaan Kosmetika adalah Menjadi Produsen Kosmetika Herbal Terkemuka yang Aman, Bermutu, serta Bermanfaat. Adapun misi dari Perusahaan Kosmetika dituangkan dalam delapan poin. Pertama, menerapkan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) disetiap tahapan dalam proses produksi kosmetika. Kedua, melakukan notifikasi terhadap produk produk kosmetika hasil produksi Perusahaan Kosmetika yang belum dinotifikasi. Ketiga, mengembangkan produk baru yang dengan bahan alami atau herbal menjadi produk kosmetika yang baik, unggul serta bermanfaat, namun tetap aman bagi kesehatan konsumen. Keempat, melakukan promosi dengan mengajak masyarakat untuk senantiasa memanfaatkan dan mencintai produk produk kosmetika yang berasal dari herbal dengan semboyan Back to Nature. Kelima, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan dan khususnya karyawan bidang produksi tentang CPKB melalui pelatihan secara berkala dan berkesinambungan. Keenam, secara bertahap meningkatkan kemampuan

20 laboratorium untuk melakukan pengujian mutu produk sehingga dapat melakukan pengawasan mutu secara mandiri dan efisien. Ketujuh, meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan memprioritaskan kepuasan pelanggan, menerima keluhan pelanggan, dan menindaklanjuti dengan cepat. Terakhir, mengembangkan komunikasi yang asertif, baik kepada pelanggan maupun diantara sesama karyawan. Adapun struktur organisasi dari Perusahaan Kosmetika adalah seperti di bawah ini: Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Bali T.

21 Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dan perkembangan usaha yang telah dijalankan, maka dibentuk organisasi perusahaan dengan pendelegasian tugas kepada masing masing unit yang dapat dikoordinir dengan baik sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik. Adapun wewenang dan tanggung jawab tiap tiap unit organisasi yang ada PT Bali T. adalah sebagai berikut: 1. Direktur Utama Dimana tugas dan tanggung jawab dari Direktur utama adalah: a. Mengkoordinir dan mengarahkan tugas tugas kepada Direktur Operasional, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran. b. Mengawasi hasil hasil yakni tugas yang telah ditetapkan kepada Direktur Operasional, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran, baik secara berkala maupun insidensial. c. Mempertimbangkan atau menerima saran saran atau usulan yang disampaikan oleh Direktur Operasional, Direktur Produksi, Direktur Pemasaran, dan Apoteker. 2. Bagian Operasional Bagian Operasional dipimpin oleh seorang Direktur Operasional yang membawahi HRD, Akunting, Maintenance, Bahan Baku, Barang Jadi, dan Distribusi Order. Adapun tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah: a. Mengkoordinir dan mengarahkan tugas tugas kepada bagian HRD, Akunting, Maintenance, Bahan Baku, Barang Jadi, dan Distribusi Order.

22 b. Mengawasi hasil hasil yakni tugas yang telah ditetapkan kepada bagian HRD, Akunting, Maintenance, Bahan Baku, Barang Jadi, dan Distribusi Order. c. Mempertimbangkan atau menerima saran saran atau usulan yang disampaikan bagian HRD, Akunting, Maintenance, Bahan Baku, Barang Jadi, dan Distribusi Order dan meneruskannya kepada Direktur Utama. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian HRD (Human Resource and Development) adalah: a. Mengkoordinir tugas tugas dalam bidang personalia dan umum antara lain disiplin kerja, lebur, gaji, perlengkapan, dan kendaraan dinas. b. Menetapkan kebutuhan tenaga kerja atas usul yang disampaikan oleh manajer lainnya. c. Memberhentikan dan mengusulkan pemberentian pegawai atau tenaga kerja yang ada. d. Menyampaikan usul usul yang menyangkut kepegawaian kepada Direktur Operasional Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Akunting adalah: a. Mengelola hal hal yang berhubungan dengan keuangan dan sistem akuntasi keuangan. b. Memberikan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan sistem pencatatan akuntansi perusahaan kepada Direktur Operasional. c. Membagi dan mengkoordinir tugas yang diberikan kepada bagian Kasir. Tugas dari bagian Kasir adalah:

23 1. Melakukan pengupahan terhadap karyawan 2. Menerima pembayaran dari konsumen dan melakukan pembayaran kepada supplier. d. Menyampaikan usulan usulan mengenai keuangan dan akuntansi perusahaan kepada Direktur Operasional. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Maintenance adalah: a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pabrik sehari hari terutama pemeliharaan mesin mesin peralatan produksi dan penunjang produksi harus selalu dalam kondisi siap pakai. b. Mengawasi jalannya mesin mesin produksi sesuai jadwal. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Bahan Baku adalah: a. Merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku untuk kebutuhan produksi. b. Mengkoordinir pembelian barang barang yang diusulkan oleh bagian lainnya. c. Memeriksa mutu barang, harga barang, serta pembayaran bahan baku yang dibeli. d. Bertanggung jawab atas pengadaan barang barang untuk keperluan produksi. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Barang Jadi adalah: a. Bertanggung jawab atas stok barang jadi hasil produksi bagian produksi yang disimpan di gudang barang jadi. b. Berkoordinasi dengan bagian lain mengenai jumlah kebutuhan barang jadi yang harus disediakan.

24 Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Distribusi Order adalah: a. Melakukan pendistribusian dari setiap orderan barang jadi yang masuk kepada konsumen. 3. Bagian Produksi Bagian Produksi dipimpin oleh seorang Direktur Produksi yang membawahi bagian Quality Control (QC). Adapun tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah: a. Mengkoordinir dan mengarahkan tugas tugas kepada bagian produksi. b. Mengawasi hasil hasil yakni tugas yang telah ditetapkan kepada bagian Produksi c. Mempertimbangkan atau menerima saran saran atau usulan yang disampaikan bagian produksi dan meneruskannya kepada Direktur Utama. Adapun tugas dan tanggung jawab bagian Quality Control (QC) adalah: a. Melakukan proses kontrol kualitas dari setiap proses giling, pencampuran, produksi sabun, produksi berbagai jenis minyak, dan pengemasan dari sabun, minyak, serta serbuk jadi. b. Menjamin produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas produk perusahaan secara konsisten. 4. Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran dipimpin oleh seorang Direktur Pemasaran yang membawahi bagian Sales dan Prepare Order. Adapun tugas dan tanggung jawab dari Direktur Pemasaran adalah:

25 a. Mengkoordinir tugas tugas yang dilaksanakan oleh bagian Sales dan Prepare Order. b.memonitor kegiatan pemasaran yang dilakukan bagian Sales dan Prepare Order. c. Melaksanakan riset dan strategi pemasaran. d.memberikan usulan usulan kepada Direktur Utama khususnya yang menyangkut kebijaksanaan harga, promosi, target penjualan, strategi dan pasar atas produk yang dijual. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Sales adalah: a. Membuat laporan penjualan produk yang harus dilaporkan kepada Direktur Pemasaran. b.melakukan Sales kepada konsumen tetap maupun konsumen baru. Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian Prepare Order adalah: a. Melakukan segala penyiapan penyiapan berkaitan yang berhubungan dengan produk pesanan konsumen yang telah masuk. (Perusahaan Kosmetika, 2015)