KERAGAAN HASIL GALUR-GALUR PADI DI LAHAN LEBAK KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN Sumanto, Khairuddin dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan di lahan rawa lebak kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan pada musim tanam MK 2010. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan informasi keragaan galur padi dengan produksi tinggi serta adaptif di lahan lebak. Pengolahan tanah dilaksanakan secara sempurna, dengan ukuran petak berukuran 4 x 5 m 2. Penanaman dilaksanakan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan jumlah bibit 2-3 batang/lubang. Tanaman dipupuk dengan 250 kg urea/ha, 150 kg SP-36/ha, 100 kg KCl/ha. Pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT. Adapun galur yang dikaji yaitu (1) B11844-MR-29-7-1, (2} BP1031F-PN-25-24-6; (3) B10553E- KN-6-1; (4) B11377F-MR-34-2; (5) B10217F-TB-38-1-1; (6) B11016D-KN-2-1; (7) B10868F- MR-15-1; (8) B10551E-KN-62-2; (9) IR42; (10) Inpara 2. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Panen dilaksanakan jika telah masak fisiologis, 90% malai pada petakan telah berwarna kuning. Panen dengan cara diarit menggunakan sabit bergerigi. Gabah segera dirontok dan dijemur dengan panas matahari hingga kadar air gabah mencapai 14%. Data yang diamati meliputi komponen hasil dan hasil padi. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT. Galur padi lebak yang dikaji memiliki kergaan hasil berkisar antara 3,69 5,45 t/ha GKG, sementara varietas kontrol IR-42 dan Inpara-2 masing-masing 4,73 t/ha dan 5,10 t/ha GKG. Galur yang menghasilkan gabah lebih tinggi dari Inpara-2 adalah B10868F-MR-15-1 (5,45 t/ha GkG) dan B10551E-KN-62-2 (5,17 t/ha GKG). Kata kunci: galur-galur padi, lahan lebak PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas utama tanaman pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di Kalimantan Selatan. Luas tanam padi di Kalimantan Selatan adalah 519.286 ha dengan produktivitas 3,86 t/ha, (Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan 2008). Usahatani padi di lahan rawa Kalimantan Selatan sebagian besar masih menggunakan varietas lokal, dengan produktivitas rendah (1,5 2,5 t/ha). Rendahnya produktivitas tersebut akibat rendahnya kesuburan tanah dan ph tanah, kandungan Al tinggi, tingginya serangan hama dan penyakit, serta kurang tersedianya varietas unggul dengan karakter produksi tinggi, toleran rendaman dan Al, yang adaptif di lahan rawa. Preferensi terhadap varietas lokal terutama karena kemudahan dalam pemeliharaan sehingga petani dapat memanfaatkan waktu untuk pekerjaan yang lain, 220
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 rasa nasi yang disukai konsumen setempat sehingga harga jualnya lebih tinggi dan varietas unggul yang belum signifikan peningkatan hasilnya. Beberapa varietas unggul padi lahan rawa telah dihasilkan (Suprihatno et al. 2009) dengan potensi hasil berkisar antara 4,5 6,5 t/ha. Selain itu, percepatan pelepasan varietas unggul yang memiliki potensi hasil yang jauh lebih tinggi (40-50%) dari varietas yang telah ada toleran rendaman, Al dan adaptif di lahan rawa juga perlu dilakukan. BB Padi yang memiliki galur-galur harapan padi lahan rawa dengan potensi hasil tinggi, sebelum dilepas galur-galur tersebut perlu dikaji untuk mengetahui keragaannya terlebih dahulu. Kalimantan Selatan patut menjadi lokasi kegiatan tersebut, karena selain daerah sentra produksi padi juga merupakan daerah yang membudidayakan padi lahan rawa. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui keragaan hasil galur-galur padi serta adaptif di agroekosistem lebak Kabupaten Tapin. METODOLOGI Kegiatan pengkajian menggunakan 8 galur harapan dan 2 varietas pembanding yaitu IR42 dan Inpara-2. Kegiatan ini dilaksanakan di Tangkawang, Kecamatan Bakarangan, Kabupaten Tapin. Adapun galur-galur yang dikaji adalah; (1) B11844-MR- 29-7-1, (2} BP1031F-PN-25-24-6; (3) B10553E-KN-6-1; (4) B11377F-MR-34-2; (5) B10217F-TB-38-1-1; (6) B11016D-KN-2-1; (7) B10868F-MR-15-1; (8) B10551E-KN-62-2; (9) IR42; (10) Inpara 2. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan dengan satuan percobaan berupa petak berukuran 4 x 5 m 2. Penanaman dilaksanakan pada MK 2010. Tanam dilakukan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan jumlah benih 2-3 batang/lubang. Pemupukan yang diberikan adalah 250 kg urea/ha, 150 kg SP-36/ha, 100 kg KCl/ha. Pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT. Panen dilaksanakan jika telah masak fisiologis, 90% malai pada petakan telah berwarna kuning. Panen dengan cara diarit menggunakan sabit bergerigi. Gabah segera dirontok dan dijemur dengan panas matahari hingga kadar air gabah mencapai 14%. Karakter yang diamati untuk kegiatan ini terdiri dari komponen pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman dan jumlah anakan, serta komponen hasil yaitu umur berbunga, banyaknya anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa per malai, hasil panen (ubinan), preferensi petani dan konsumen. 221
HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Pengkajian Hasil analisis tanah di Desa Tangkawang, Kecamatan Bakarangan, kabupaten Tapin diketahui bahwa lahan memiliki kandungan Mg (me/100 g) dengan kriteria sangat tinggi (1,872 me/100 g). Kejenuhan Al dengan kriteria tinggi yaitu mencapai 44,46%. Sementara itu, kandungan C organik, P2O5 (Bray) (ppm), KTK (me/100 g), dan Al-dd (me/100 g) memiliki kriteria sedang. Kandungan C organik mencapai 2,10%, P2O5 (Bray) 15,263 ppm, KTK 17,80 me/100 g, dan Al-dd 4,80 me/100 g (Tabel 1). Tabel 1. Data Hasil Analisis di Tanah Lahan Lebak Kabupaten Tapin, MK. 2010 No. Sifat fisik dan kimia Desa Tengkawang, Kecamatan Bakarangan Nilai Kriteria 1. C (%) 2,10 sedang 2. N tot (%) 1,168 rendah 3. C/N 1,80 sangat rendah 4. P2O5 (Bray) (ppm) 15,263 sedang 5. P2O5 (HCl 25%) (mg/100 g) 18,656 rendah 6. K2O (HCl 25%) (mg/100 g) 14,57 rendah 7. KTK (me/100 g) 17,80 sedang 8. Al-dd (me/100 g) 4,80 sedang H-dd 1,20 Kejenuhan Al (%) 44,46 tinggi Basa-basa tukar 9. K (me/100 g) 0,253 rendah 10. Na (me/100 g) 0,162 rendah 11. Mg (me/100 g) 1,872 sangat tinggi 12. Ca (me/100 g) 2,509 rendah 13. ph (H2O) 4,11 masam Kandungan N tot (%), P2O5 (HCl 25%) (mg/100 g), K2O (HCl 25%) (mg/100 g) K (me/100 g), K (me/100 g), Na (me/100 g), Ca (me/100 g) memiliki kriteria rendah. Kandungan N tot 1,168%, P2O5 (HCl 25%) 18,658 mg/100 g, K2O (HCl 25%) 14,57 mg/100 g, K 0,253 me/100 g, Na 0,162 me/100 g, dan Ca 2,509 me/100 g. Lahan memiliki kandungan C/N rasio sangat rendah yaitu 1,80. Lahan termasuk memiliki kriteria masam dengan ph (H2O) sebesar 4,11 (Tabel 1). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara fisik di lapangan menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman galur padi saat berumur 30 hari setelah tanam (HST) tidak merata, seperti bergelombang. Hasil analisis secara statistik menunjukkan galur 222
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 padi yang diuji memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata. Galur padi no 7 yaitu B10868F-MR-15-1 memiliki tinggi tanaman paling tinggi (72,78 cm) dan berbeda nyata dengan galur no 1. B11844-MR-29-7-1. Galur padi no 1. B11844-MR-29-7-1 memiliki tinggi tanaman paling rendah yaitu 58,43 cm (Tabel 2). Tabel 2. Tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 hari setelah tanam (HST) dan umur berbunga galur padi di Kabupaten Tapin, MK. 2010. No Galur Tinggi tanaman Jumlah anakan Umur berbunga (hari) 1. B11844-MR-29-7-1 58,43 a 13,30 tn 57,00 a 2. BP1031F-PN-25-24-6 65,05 abc 12,70 58,50 a 3. B10553E-KN-6-1 70,90 bc 15,15 69,75 d 4. B11377F-MR-34-2 67,38 abc 14,30 65,75 bc 5. B10217F-TB-38-1-1 65,10 abc 11,45 64,75 bc 6. B11016D-KN-2-1 59,95 ab 14,80 70,00 d 7. B10868F-MR-15-1 72,78 c 13,55 62,50 b 8. B10551E-KN-62-2 67,88 abc 15,40 62,75 b 9. IR42 61,65 abc 17,70 77,50 e 10. INPARA 2 65,10 abc 16,85 68,50 cd Angka sekolom yang diikuti huruf sama tidak beda pada taraf 5% berdasarkan DMRT. Tabel 2 terlihat bahwa galur padi yang dikaji pada umur 30 HST menghasilkan jumlah anakan secara statistik tidak berbeda nyata. Secara keseluruhan jumlah anakan cukup banyak, berkisar 11,45 17,70 batang. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi lahan pertanaman menjelang kering, sehingga pembentukan anakan tidak terhambat. Varietas padi IR-42 sebagai pembanding memiliki kemampuan beranak paling tinggi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa galur padi yang dikaji memiliki umur berbunga dibawah 80 hari setelah semai (HSS) dan seluruhnya berbeda nyata dengan varietas pembanding IR42. Umur berbunga padi IR42 paling panjang yaitu 77,50 HSS, hal ini karena IR42 memiliki umur tanaman paling panjang, antara 135-145 HSS (Suprihatno et al. 2002). Tinggi tanaman galur padi yang dikaji berkisar antara 85,45 cm sampai 107,05 cm, galur dengan tinggi tanaman terendah adalah galur no 1 (B11844-MR-29-7-1) dan galur dengan tinggi tanaman tertinggi adalah galur no 7 (B10868F-MR-15-1). Jika dilihat dari jumlah anakan, galur padi memiliki jumlah anakan produktif berkisar antara 11,68 batang (B10553E-KN-6-1) sampai 17,30 batang (IR-42). Menurut Suprihatno et 223
al. (2009) anakan produktif IR-42 berkisar 20 batang sampai 25 batang dan Inpara 2 (16 batang). Jumlah anakan produktif galur padi yang dikaji masih dibawah varietas kontrol IR-42. Sedang panjang malai berkisar antara 23,81 cm 27,59 cm, malai terpendek adalah galur no 2 yaitu BP1031F-PN-25-24-6 dan malai terpanjang galur no 8 yaitu B10551E-KN-62-2 (Tabel 3). Tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan panjang malai galur padi saat panen di Kabupaten Tapin, MK. 2010. No Galur Tinggi tanaman saat panen (cm) Jumlah anakan produktif Panjang malai (cm) 1. B11844-MR-29-7-1 85,45 a 11,88 a 26,43 cd 2. BP1031F-PN-25-24-6 101,53 ab 12,08 a 23,81 a 3. B10553E-KN-6-1 100,53 ab 11,68 a 27,42 d 4. B11377F-MR-34-2 100,73 ab 12,40 a 24,23 ab 5. B10217F-TB-38-1-1 105,88 b 12,93 a 26,37 cd 6. B11016D-KN-2-1 98,45 ab 13,13 a 26,63 cd 7. B10868F-MR-15-1 107,05 b 11,95 a 26,00 cd 8. B10551E-KN-62-2 96,95 ab 13,50 a 27,59 d 9. IR42 93,70 ab 17,30 b 25,64 bc 10. INPARA 2 97,78 ab 12,90 a 25,40 bc Angka sekolom yang diikuti huruf sama tidak beda pada taraf 5% berdasarkan DMRT. Gabah kering giling yang dihasilkan dari galur yang dikaji ada yang dapat mencapai target 5 t/ha GKG. Padi IR-42 dan Inpara 2 sebagai varietas pembanding dengan potensi hasil masing-masing 7,0 t/ha dan 6,08 t/ha GKG dan adaptif di lahan rawa (Suprihatno, dkk., 2009), mampu menghasilkan 4,73 t/ha GKG (IR-42) dan 5,10 t/ha GKG (Inpara 2). Galur padi no 7 (B10868F-MR-15-1) dan no 8 (B10551E-KN-62-2) memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di lahan rawa, karena memiliki potensi hasil gabah lebih tinggi dari varietas kontrol. Gabah isi per malai berkisar antara 121,50 bulir sampai 158,80 bulir/malai. Gabah isi per malai terendah IR-42 dan tertinggi galur no 5 yaitu B10217F-TB-38-1-1. Sementara varietas IR 42 juga menghasilkan jumlah gabah hampa per malai terendah. Galur yang menghasilkan gabah hampa tertinggi adalah no 5 yaitu B10217F-TB-38-1-1. 224
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 No Tabel 4. Hasil gabah kering (GKG), Jumlah gabah isi dan gabah hampa galur padi di Kabupaten Tapin, MK. 2010. Galur Hasil gabah (t/ha) Gabah isi per malai Gabah hampa per malai 1. B11844-MR-29-7-1 3,69 a 129,90 ab 22,70 de 2. BP1031F-PN-25-24-6 3,79 ab 130,80 ab 26,10 ef 3. B10553E-KN-6-1 3,98 ab 143,70 abc 20,80 cd 4. B11377F-MR-34-2 3,75 a 132,20 abc 17,40 bc 5. B10217F-TB-38-1-1 3,97 ab 158,80 c 27,80 f 6. B11016D-KN-2-1 4,47 bc 141,80 abc 13,30 ab 7. B10868F-MR-15-1 5,45 d 129,30 ab 21,90 cde 8. B10551E-KN-62-2 5,17 cd 148,55 abc 20,30 cd 9. IR42 4,73 c 121,50 a 12,30 a 10. INPARA 2 5,10 cd 156,35 bc 22,20 cde Angka sekolom yang diikuti huruf sama tidak beda pada taraf 5% berdasarkan DMRT. Hasil Analisis Persepsi Petani terhadap Galur Padi yang Dikaji Sebanyak 7 orang responden yang diminta untuk menilai galur padi yang dikaji di Kab. Tapin, ada 4 orang yang menyatakan suka dengan galur padi no 7 (B10868F- MR-15-1), 2 responden menyatakan suka dengan varietas padi no 10 (Inpara 2). Galur padi no 2, 5 dan 6 dinyatakan suka oleh masing-masing 1 responden. Alasan petani responden menyukai galur-galur padi tersebut antara lain karena, daun bendera tegak, tahan masam, buah lebat, malai panjang, anakan banyak, masak serempak, bentuk buah kecil, mudah dirontok, susunan gabah rapat, tidak terserang penyakit, gabah panjang ramping, gabah tidak berekor, tinggi tanaman sedang, timbangan berat, mudah dijual dan hasil tinggi. Sementara galur padi yang tidak disukai adalah no 1 dan 6 dinyatakan masing-masing oleh 1 responden. Adapun alasan petani tidak menyukai galur padi tersebut antara lain, mudah diserang hama dan penyakit (wereng, walang sangit dan belalang), gabah berekor, susah dirontok dan umur panjang. KESIMPULAN Galur padi lebak yang dikaji memiliki keragaan hasil berkisar antara 3,69 5,45 t/ha GKG, sementara varietas kontrol IR-42 dan Inpara-2 masing-masing 4,73 t/ha dan 5,10 t/ha GKG. Galur yang menghasilkan gabah lebih tinggi dari IR-42 dan Inpara-2 adalah galur no 7. yaitu B10868F-MR-15-1 (5,45 t/ha GkG) dan galur no 8 yaitu B10551E-KN-62-2 (5,17). 225
Galur padi yang banyak disukai petani responden adalah galur padi no 7 (B10868F-MR-15-1), DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanah Laut, 2006. Tanah Laut dalam angka. Pelaihari. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2008. Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Buku Panduan PPN III 2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Sukamandi. Dinas Pertanian, 2004. Laporan Tahunan Dinas Pertanian. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pertanian. Banjarbaru. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2006. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2005. Pemetaan Daerah Serangan Organisme Pengganggu pada Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2007. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Noor, A. et al, 2006. Penyusunan Peta Potensi Waktu Tanam Melalui Analisis Neraca Air. Laporan Hasil Pengkajian. BPTP Kalimantan Selatan (tidak dipublikasi). Sabran,M., R.D.Ningsih dan Khairudin. 2007. Adaptasi Varietas Padi di Lahan Pasang Surut. Laporan Hasil Penelitian, BPTP Kalimantan Selatan (tidak dipublikasi). Sriyono, 2009. Laporan Tahunan. Dinas Petanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Hal 108. Suprihatno, B., Aan A.Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., N.Widiarta, A.Setyono, S.D. Indrasari, Ooy S.lesmana, dan H.Sembiring. 2009. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 226