BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan parenkim hati tersebut menyebabkan terjadinya gangguan faal hati dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. hati difus dan disertai pembentukan nodul (Sorensen dkk., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan kegawatdarutan pediatrik dimana jantung tidak mampu

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura menjadi problem di dunia bahkan di Amerika Serikat sekitar 1,5 juta orang menderita efusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

HUBUNGAN POSITIF ANTARA DERAJAT PENYAKIT SIROSIS HATI DENGAN N TERMINAL PRO BRAIN NATRIURETIC PEPTIDE (NT-proBNP) PADA SIROSIS HATI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :39 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :21 EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat. abnormalitas fungsi dan atau struktur jantung yang ditandai dengan

Manajemen Kardiak Pre-Operatif pada Pasien Pembedahan Non-Kardiak : Pendekatan Berbasis Individu dan Bukti Ringkasan

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi karena merupakan salah satu penyebab utama terjadinya morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

Nilai Diagnostik Rerata Tekanan Darah Pre dan Post Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Kronik

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis Hati (SH) merupakan penyakit hati menahun yang ditandai oleh adanya kerusakan parenkim hati berupa fibrosis dan pembentukan nodul pada parenkim hati. Kerusakan parenkim hati tersebut menyebabkan terjadinya gangguan faal hati dan hipertensi portal. Derajat penyakit SH ditentukan menggunakan modifikasi kriteria Child-Turcotte-Pugh (CTP), berdasarkan pemeriksaan terhadap lima komponen seperti Ensefalopati Hepatikum (EH), asites, pemeriksaan albumin, serum bilirubin, waktu protrombin atau International Normalized Ratio (INR) dimana setiap komponen dari kriteria CTP diberikan penilaian 1,2 atau 3 berdasarkan ringan dan beratnya tiap komponen. SH diklasifikasikan menjadi CTP A, B, dan C dengan menjumlahkan total nilai dari setiap komponen kriteria CTP Komplikasi SH dapat berbagai macam, salah satunya adalah Kardiomiopati Sirosis (KS). KS merupakan suatu gangguan jantung yang disebabkan oleh penyakit hati menahun. KS ditandai oleh peningkatan hemodinamik, disfungsi diastolik dan / atau disfungsi sistolik, gangguan elektrofisiologi, penurunan sensitivitas reseptor beta adrenergik, dan peningkatan peptida natriuretik dengan menyingkirkan gangguan jantung lainnya (Liu dkk., 2002). Pada SH terjadi peningkatan denyut jantung, cardiac output, dan terjadi penurunan systemic vascular resistance sehingga meningkatkan hemodinamik (Schrier dkk.,1998; Moller dan Henriksen,2005).

Kerusakan parenkim hati menyebabkan terjadinya penumpulan respons reseptor beta di otot jantung, peningkatan endokanabioid, Nitric Oxide (NO), karbon monoksida (CO), dan kekakuan dinding miokardium yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistolik, diastolik, dan gangguan elektrofisiologi pada SH. (Moller dan Henriksen, 2010). Kriteria CTP menggambarkan beratnya kerusakan parenkim hati sehingga semakin berat derajat penyakit SH berhubungan dengan semakin beratnya gangguan jantung pada SH. Kriteria diagnosis KS berdasarkan kongres gastroenterologi dunia di Montreal tahun 2005 adalah ditemukan lebih dari satu kelainan berupa Disfungsi Diastolik (DD) atau Disfungsi Sistolik (DS) pada SH, perubahan struktur ruang jantung (pembesaran atrium kiri), gangguan elektrofisiologi (pemanjangan interval QT), dan peningkatan peptida natriuretik seperti N Terminal - probrain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) (Waleed dan Lee,2006). Berdasarkan studi Ziada, dkk (2011), peningkatan NT-proBNP diatas 265 pg/ml akurat dalam penapisan KS dengan sensitivitas 91.7% dan spesifisitas 86.6%, Area Under Curve (AUC) 0.984, p<0.001. Komplikasi KS pada SH yang akan dilakukan transplantasi hati mencapai 70% dan sebagian besar tidak memberikan gejala (Della dkk.,2008; Therapondos dkk.,2004). Pada KS terjadi volume dan pressure overload yang menyebabkan peregangan dinding ventrikel kiri yang akan meningkatkan sekresi NT-proBNP. NT-proBNP adalah suatu neurohormon yang merupakan bentuk aktif dari Brain Natriuretic Peptide (BNP) tersusun atas 76 asam amino, dan dapat dideteksi dalam darah dengan menggunakan immunoassay. NT-proBNP dikeluarkan oleh ventrikel

kiri jantung sebagai akibat peregangan dari miokardium ventrikel kiri oleh karena adanya retensi air dan garam. NT probnp meningkat pada gangguan jantung seperti gagal jantung kongestif dan gangguan lain seperti SH sebagai penanda KS, Penyakit Ginjal Kronik (PGK), Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), Diabetes Melitus (DM), hipertiroid, anemia, sepsis, dan syok sepsis (Clerico dan Emdin,2006; Mcgrath dan Bold, 2005). NT-proBNP dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan beberapa obat seperti penyekat beta, penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), Angiotensin Receptor Blocker (ARB), antagonis kalsium, anti agregasi trombosit, digitalis, statin, nitrat, dan diuretika dimana pada pemberian obat obat tersebut terjadi perbaikan pada fungsi jantung sehingga terjadi penurunan NT-proBNP (Toma dkk., 2007). Pada KS terdapat peningkatan serum penanda jantung seperti Troponin I, Atrial Natriuretic Peptide (ANP), dan NT-proBNP. Menurut Henriksen dkk.(2003) terjadi peningkatan NT-proBNP secara bermakna pada SH dan NT-proBNP tersebut dijadikan penanda gangguan jantung yang terkait dengan SH. Penelitian Yildiz dkk.(2005) melaporkan peningkatan NT-proBNP plasma secara bermakna pada SH dibandingkan dengan kontrol dan peningkatanya lebih besar secara bermakna pada CTP C dibandingkan dengan CTP A dan B. Derajat penyakit SH berhubungan dengan beratnya KS dan KS berhubungan dengan peningkatan NT-proBNP sehingga, derajat penyakit SH dapat berhubungan dengan peningkatan NT-proBNP. Studi oleh Papasterigiou dkk.(2011) dan Salari dkk.(2013), derajat SH berbanding lurus dengan derajat DD pada KS. Selain itu,

derajat penyakit SH berhubungan dengan pembesaran atrium kiri (Eldeeb dkk.,2012), dan pemanjangan interval QTc (Mozos dkk.,2010). NT-proBNP berhubungan dengan KS berupa derajat DD dan pemanjangan interval QTc (Suwanugsorn dkk.,2009) dan DS (Lercher dkk.,2004). Hubungan derajat SH dengan peningkatan NT-proBNP disebabkan oleh karena pada SH dapat terjadi disfungsi sistolik dan diastolik yang merupakan bagian dari KS. Gangguan kontraksi ventrikel kiri pada DS menyebabkan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang dapat menyebabkan peningkatan volume darah di ventrikel kiri (volume overload) sehingga dapat menyebabkan peregangan dinding ventrikel kiri dan meningkatkan sekresi NT-proBNP sedangkan gangguan diastolik disebabkan adanya hipertrofi dan penumpukan kolagen intertisial sel otot jantung sehingga terjadi gangguan elastisitas dan gangguan pengisian ventrikel kiri (Bau dkk., 2007). Pada DD terjadi pressure overload yang menyebabkan peregangan dinding ventrikel kiri sehingga meningkatkan sekresi NT-proBNP. Gangguan diastolik terjadi pada tahap awal KS lalu diikuti gangguan sistolik pada tahap lanjut yang memberikan gejala gagal jantung. Peningkatan NT-proBNP berbanding lurus dengan beratnya penyakit SH dan merupakan penanda KS. Berdasarkan studi Ziada dkk.(2011) NT-proBNP berkorelasi positif terhadap derajat penyakit SH (kriteria CTP) (r = 0.485, p=0.019). Hal serupa juga dilaporkan oleh Henriksen dkk.(2003) dengan r = 0.89, p<0.001, Kim dkk.(2011) (r = 0.36, p<0.001), dan Eldeeb dkk.(2012) (r = 0.4, p = 0.0001).

Beberapa studi tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara peningkatan NT-proBNP dengan beratnya penyakit SH sepeti studi yang dilakukan oleh Woo dkk. (2008), Merli dkk.(2012), dan Ljubicic dkk.(2012). Bervariasinya korelasi derajat penyakit SH dengan peningkatan NTproBNP dan belum adanya data tentang hubungan derajat penyakit SH dengan NTproBNP di Indonesia khususnya di Bali maka penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Apakah derajat penyakit SH berhubungan positif dengan NT - probnp? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui derajat penyakit SH berhubungan positif dengan NTproBNP 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Penelitian Peningkatan NT-proBNP berkorelasi positif dengan derajat SH, dan secara kuat menjadi prediktor terjadinya KS, peningkatan mortalitas dan morbiditas SH sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan antara derajat penyakit SH dengan peningkatan NT-proBNP sehingga dapat mencegah progresivitas penyakit yang dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien SH.

1.4.2 Manfaat Akademis Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran data deskriptif gangguan jantung pada SH dan hubungan antara derajat SH dengan peningkatan NTproBNP sehingga dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya.