J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n

dokumen-dokumen yang mirip
Inal Siregar Tanggal No 32, Padangsidimpuan ABSTRAK

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM DAN LARUTAN AB MIX DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI TANAMAN SELADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran bayam merupakan salah satu jenis makanan yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran1. Dosis. Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2

L102. Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang. mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam Studi Pendidikan Biologi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

Hidroponik Untuk Pemula. Feri Ferdinan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap jenis sayuran memiliki karakteristik dan manfaat kandungan gizinya

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Volume 11 Nomor 2 September 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk Indonesia bermatapencaharian dari hasil alam yang. berupa pertanian maupun perkebunan. (L.

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

Nur Rahmah Fithriyah

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB 2. KERANGKA TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

EFEKTIVITAS AIR KELAPA DAN LERI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN HIAS BROMELIA (Neoregelia carolinae) PADA MEDIA YANG BERBEDA

Transkripsi:

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 61 INTERAKSI SISTEM PERTANAMAN HIDROPONIK DENGAN PEMBERIAN NUTRISI AB MIX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L) Qorry Hilmiyah Harahap 1, Taufik Hidayat Email: qorryhrp@gmail.com 1 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanui Selatan Jl Raja Inal Siregar Tanggal No 32, Padangsidimpuan 22716 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan sistem pertanaman dan mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica Juncea L) dengan sistem Hidroponik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan menggunakan 2 faktor, yaitu perlakuan nutrisi (P) terdiri dari 3 taraf yang diteliti yaitu : P0 = Kontrol, P1 = Nutrisi AB Mix, P2 = Urea. Perlakuan media tanam (M) dengan 3 taraf yang diteliti yaitu : M1 = Rockwool, M2 = Serbuk Kayu, M3 = Sekam Padi. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi AB Mix memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pengamatan tinggi tanaman, luas daun, warna daun, jumlah daun, berat per sampel dan berat per plot pada umur 1 minggu setelah tanam sampai dengan 4 minggu setelah tanam. Hasil tertinggi berat sawi per plot dijumpai pada perlakuan P1 yaitu Nutrisi AB Mix sebanyak 185,56 gram. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam rockwool memberikan pengaruh nyata pada parameter pengamatan tinggi tanaman, luas daun, warna daun, jumlah daun, berat per sampel dan berat per plot pada umur 2 minggu setelah tanam sampai 4 minggu setelah tanam. Hasil tertinggi jumlah daun pada perlakuan M1 yaitu media tanam rockwool sebanyak 11.70 helai daun. Berdasarkan hasil analisis statistik interaksi dari kedua perlakuan jenis nutrisi P1 (Nutrisi AB Mix) dan media tanam M1 (Rockwool) menunjukkan pengaruh nyata pada semua pengamatan yaitu tinggi tanaman, luas daun, warna daun, jumlah daun, berat per sampel dan berat per plot. Kata kunci: Rockwool, serbuk kayu, sekam padi, media tanam, daun PENDAHULUAN Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Kondisi saat ini produksi sawi di Sumatera Utara mengalami penurunan selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Sebagimana yang dinyatakan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2011), yang menyatakan bahwa produksi sawi mulai tahun 2005 sampai 2009 mengalami penurunan, yaitu 79.850 ton (2005) dan 63.911 ton (2009). Adapun penyebab terjadinya penurunan produksi sawi sebagaimana yang dinyatakan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara diatas antara lain sebagai berikut : 1). Semakin rendahnya minat petani menanam sayuran karena dianggap tidak menguntungkan dan banyak lahan beralih fungsinya serta banyaknya sayuran impor saat ini. 2). Kondisi lahan pertanian

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 62 yang kian hari semakin berkurang, sementara disisi lain pemenuhan kebutuhan pangan dari hasil pertanian semakin meningkat. Jika kondisi diatas terus dibiarkan bukan tidak mungkin, 20 atau 40 tahun tidak ada lagi sayuran yang dihasilkan daerah ini. Padahal, sayuran termasuk sumber gizi yang sangat dibutuhkan masyarakat (Hendra & Andoko 2015). Maka untuk mengatasi kendala penurunan produksi tersebut, usaha budidaya pertanian di lahan sempit. Merupakan salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan menerapkan teknologi budidaya secara hidropoik sebagaimana yang dikemukakan (Lestari 2009). Yang mengemukakan bahwa hidroponik adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen tanpa menggunakan tanah. Nutrisi atau unsur mineral yang dibutuhkan tanaman ada yang dalam jumlah banyak atau unsur makro, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur(s). Sementara itu nutrisi yang dibutuhkan jumlah sedikit atau unusur mikro diantaranya besi (Fe), seng (Zn), cuprum (Cu), dan molibdenum (Mo). (Hendra & Andoko 2015) Larutan pertama dari penelitian ini adalah larutan hara AB Mix. Budidaya sayuran daun secara hidroponik umumnya menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik standar (AB mix). AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok A yang berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro. (Nugraha 2014). Adapun beberapa media tanam sistem hidroponik antara lain sebagai berikut : (1). Arang sekam umum digunakan untuk media tanam hidroponik dibandingkan dengan sabut kelapa. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa sabut kelapa mempunyai daya simpan air yang sangat baik. (Muhit & Qodriyah 2006). (2). Rockwoll merupakan salah satu media hidroponik yang paling bayak digunakan oleh petani hidroponik khususnya di Indonesia. (Rukmana 2017). (3). Zeolit merupakan meneral yang terdiri dari kristal alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga demensi. (Yuanita 2009). (4). Cocopeat yaitu unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman diantaranya adalah kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan natrium.. (Rukmana 2017). (5). Serbuk gergaji adalah serbuk kayu yang berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat adektif kayu. (Rukmana 2017). (6). Penggunaan media pasir untuk budidaya tanaman secara hidroponik lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (Rukmana 2017). METODE PENELITIAN Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan menggunakan 2 faktor, yaitu perlakuan nutrisi (P) terdiri dari 3 taraf yang diteliti yaitu : P0 = Kontrol, P1 = Nutrisi AB Mix, P2 = Urea. Perlakuan media tanam (M) dengan 3 taraf yang diteliti yaitu : M1 = Rockwool, M2 = Serbuk Kayu, M3 = Sekam Padi. HASIL Parameter Tinggi Tanaman (cm) ANOVA dengan taraf 5% pada paramater tinggi tanaman dari umur pengamatan 1 mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst dengan perlakuan jenis nutrisi menunjukkan pengaruh nyata.

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 63 Tabel 1 Interaksi kedua perlakuan terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst (cm) Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST P0M1 4.99bc 11.10ab 9.49ab 28.34a P0M2 4.12c 9.47abc 5.73abc 20.32ab P0M3 3.90c 12.32ab 8.78ab 21.22ab P1M1 9.97a 12.91ab 13.33a 25.97ab P1M2 4.93bc 10.74ab 6.42abc 18.01abc P1M3 5.38b 13.41a 8.97ab 20.12ab P2M1 6.12b 12.53ab 9.41ab 28.69a P2M2 3.48c 10.26ab 6.71ab 18.48abc P2M3 6.10b 12.37ab 8.66ab 20.70ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata Berdasarkan Tabel di atas pengaruh perlakuan jenis nutrisi dan media tanam terdapat tinggi tanaman tertinggi 1 sampai 4 mst rata- rata tertinggi terdapat pada perlakuan P1M1 (9.97, 12.91, 13.33, 25.97) dan tinggi tanaman terendah terdapat pada umur 1 mst perlakuan P2M2 (3.48), umur 2 dan 3 mst P0M2 (9.74, 5.73), umur 4 mst perlakuan P1M2 (18.01). Jumlah Daun (Helai) pada paramater jumlah daun sawi dengan perlakuan jenis nutrisi menunjukkan pengaruh nyata. Hasil rataan parameter jumlah daun dengan interaksi kedua perlakuan dapat pada Tabel 2. Tabel 2 Interaksi kedua perlakuan terhadap parameter jumlah daun pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst (cm) Perlakuan 1 MST 2 MST 3MST 4 MST P0M1 2.56abc 4.22ab 5.78ab 11.00ab P0M2 3.33ab 3.67abc 4.78ab 12.22ab P0M3 3.44ab 4.56ab 6.11abc 10.44ab P1M1 5.67a 5.67a 7.89a 12.00ab P1M2 4.00ab 4.00ab 4.56ab 10.33abc P1M3 4.33ab 4.56ab 4.67ab 10.89ab P2M1 2.89ab 4.56ab 4.89ab 12.11ab P2M2 2.78abc 3.56abc 5.11abc 8.00abc P2M3 5.00ab 4.67ab 5.00ab 12.33a Berdasarkan Tabel di atas pengaruh interaksi dari perlakuan jenis nutrisi dan media tanam terdapat jumlah daun tertiggi pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst pada perlakuan P1M1 (5.67, 5.67, 7.89) dan umur 4 mst pada pelakuan P2M3 (12.33). Sedangkan untuk jumlah daun terendah terdapat pada umur 1 mst pada perlakuan P0M1 (2.56), umur 2 mst pada perlakuan P2M2 (3.56), umur 3 mst pada perlakuan P 1 M 2 (4.56), umur 4 mst pada perlakuan P 2 M 2 (8.00). Luas Daun (cm) pada paramater luas daun dari umur pengamatan 1mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst dengan perlakuan jenis nutrisi menunjukkan pengaruh nyata. Hasil rataan parameter luas daun pada umur

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 64 pengamatan 4mst dengan interaksi kedua perlakuan dapat pada Tabel 3. Tabel 3 Interaksi kedua perlakuan terhadap parameter luas daun pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst (cm) Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST P0M1 0.79ab 30.61ab 21.70b 177.03ab P0M2 0.59ab 22.49abc 10.86abc 189.45ab P0M3 0.61abc 27.09ab 18.59ab 185.42ab P1M1 9.14a 42.36a 42.71a 194.61a P1M2 1.93ab 24.62ab 13.82abc 136.011abc P1M3 2.99ab 35.33ab 18.93ab 174.23ab P2M1 2.14ab 38.07ab 21.79b 190.41ab P2M2 0.88abc 21.76abc 13.92abc 99.16abc P2M3 3.40ab 34.01ab 18.80ab 168.45ab Berdasarkan Tabel di atas untuk perlakuan jenis nutrisi terdapat luas daun tertinggi 1 sampai 4 minggu setelah tanam rata- rata tertinggi terdapat pada perlakuan P1M1 (9.14, 42.36, 42.71, 194.61). Sedangkan umur 1 mst pada perlakuan P0M2 (0.59), umur 2 mst pada perlakuan P2M2 (21.76), umur 3 mst pada perlakuan P0M2 (10.86) dan pada umur 4 mst pada perlakuan P2M2 (99.16) menunjukkan luas daun terendah. Warna Daun Tabel 4 Parameter warna daun pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst, 4 mst Perlakuan Jenis Nutrisi 1 Mst Perlakuan Media Tanam M1 M2 M3 P0 Hijau Hijau Hijau P1 Hijau Hijau Hijau P2 Hijau Hijau Hijau 2 mst M1 M2 M3 P0 Hijau Hijau Kekuningan P1 Hijau Gelap Hijau Gelap Hijau Gelap P2 Hijau Gelap Hijau Muda Kekuningan 3 mst M1 M2 M3 P0 Hijau Kekuningan Kekuningan P1 Hijau Gelap Hijau Muda Hijau Muda P 2 Hijau Hijau Gelap Hijau Muda 4 mst M1 M2 M3 P0 Hijau Kekuningan Kekuningan

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 65 P1 Hijau Gelap Hijau Hijau P2 Hijau Hijau Gelap Hijau Berdasarkan Tabel di atas untuk perlakuan jenis nutrisi terdapat warna daun terbaik 1 sampai 4 minggu setelah tanam setelah dilihat dengan uji ANOVA dengan taraf 5% terdapat warna yang baik pada perlakuan P1 (Hijau Gelap) dan kurang baik terdapat pada perlakuan P0 (Kekuningan). Sedangkan untuk perlakuan media tanam terdapat warna daun terbaik pada perlakuan M1 (Hijau Gelap) dan warna daun kurang nutrisi terdapat pada perlakuan M2 (Kekuningan), sedangkan interaksi dari kedua perlakuan terdapat warna daun terbaik 1 sampai 4 minggu setelah tanam pada perlakuan P1M1 (Hijau Gelap) kemudian untuk warna daun kurang baik terdapat pada perlakuan P0M2 (Kekuningan). Berat Sawi Per Sampel (gr) pada parameter berat sawi per sampel dengan interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh sangat nyata. Daftar sidik ragam pada pengamatan paramater berat sawi per sampel dengan perlakuan jenis nutrisi dan media tanam. Hasil rataan parameter berat sawi per sampel dengan interaksi kedua perlakuan dapat pada Tabel 5. Tabel 5 Interaksi kedua perlakuan terhadap parameter berat sawi per sampel (gr) Perlakuan Rataan P0M1 47.78ab P0M2 32.22abc P0M3 30.00abc P1M1 81.11a P1M2 44.44ab P1M3 54.44ab P2M1 77.78ab P2M2 46.67ab P2M3 56.67ab Berdasarkan Tabel di atas pengaruh interaksi dari kedua perlakuan terdapat berat sawi per sampel tertinggi pada perlakuan P1M1 (81.11) dan berat sawi per sampel terendah terdapat pada perlakuan P0M3 (30.00). Berat Sawi Per Plot (gr) pada paramater berat sawi per plot dengan perlakuan jenis nutrisi menunjukkan pengaruh nyata. Hasil rataan parameter berat sawi per plot dengan interaksi kedua perlakuan dapat pada Tabel 6. Tabel 6 Interaksi kedua perlakuan terhadap parameter berat sawi per plot (gr) Perlakuan Rataan P0M1 143.33ab P0M2 90.00abc P0M3 96.67abc P1M1 246.67a P 1 M 2 133.33ab 160.00ab P1M3

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 66 P2M1 223.33ab P2M2 140.00ab P2M3 170.00ab Berdasarkan Tabel di atas interaksi dari kedua perlakuan terdapat tinggi berat sawi per plot tertinggi pada perlakuan P1M1 (246.67) dan berat sawi per plot terendah terdapat pada perlakuan P0M2 (90.00). PEMBAHASAN Menurut hasil analisis ragam pada paramater tinggi tanaman dari umur pengamatan 1 mst, 2 mst 3 mst, dan 4 mst dengan interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh sangat siknifikan. Pengaruh interaksi antara perlakuan media tanam dan jenis nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman sangat siknifikan terhadap tinggi tanaman disebabkan oleh perlakuan P1M1 (AB Mix dan rockwool) sebesar 25.97 cm, sedangkan tinggi tanaman terndah pada perlakuan P1M2 (AB Mix dan serbuk kayu), yang dilakukan dalam penelitian ini saling mendukung terhadap pertumbuhan parameter tinggi tanaman. Jumlah daun pada umur 1 mst, 2 mst, 3 mst dan 4 mst dengan interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh sangat siknifikan. Jumlah daun terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan P2M3 (pupuk Urea dan sekam padi) sebesar 12.33 helai dan tanaman terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P2M2 (pupuk Urea dan sekam padi) sebesar 8.00 helai. Jumlah daun dipengaruhi oleh ketersediaan air, nutrisi dan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Dari kombinasi perlakuan tersebut yang paling berpengaruh terhadap jumlah daun adalah kombinasi pupuk AB Mix dan rockwool sedangkan kombinasi perlakuan yang tidak berpengaruh terhadap jumlah daun adalah kombinasi pupuk Urea dan serbuk kayu. pada paramater luas daun dari umur pengamatan 1 mst, 2 mst 3 mst, dan 4 mst dengan interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh sangat siknifikan. Pengaruh interaksi antara perlakuan media tanam dan jenis nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman sangat siknifikan terhadap luas daun disebabkan oleh perlakuan P0M3 (kontrol dan sekam padi) sebesar 194.61 cm, sedangkan luas daun terendah pada perlakuan P2M2 (pupuk Urea dan serbuk kayu). Hal ini didukung oleh Siswadi & Teguh (2013) yang menyatakan pertumbuhan akar mampu menyerap nutrisi yang tersedia terutama unsur N yang sangat berperan dalam pembentukan daun sehingga daun tumbuh lebih lebar dan menyebabkan luas daun yang lebih besar. (Siswadi & Teguh 2013) Hasil dari data secara fisual warna daun tanaman yang terbaik P1M1 (AB Mix dan rockwool) dan P1M3 (AB MIX dan sekam padi), sedangkan warna daun yang kurang baik ditunjukkan pada perlakuan P0M2 (kontrol dan serbuk kayu) berdasarkan parameter warna daun. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Dari hasil penelitian bahwa tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, warna daun dan hasil produksi tanaman sawi tidak terlepas dari kombinasi perlakuan antara media tanam dan larutan nutrisi yang diberikan. Hal ini membuktikan bahwa tanaman selain membutuhkan media tanam untuk menopang berdiri dan larutan nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman hingga berproduksi juga membutuhkan sinar

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 8 67 matahari yang cukup untuk proses fotosintesis pada tanaman. KESIMPULAN Jenis nutrisi yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L) ialah P1 ( pupuk AB Mix). Media tanam yang berpengaruh dalam penelitian tanaman sawi dengan sistem apung adalah : Media tanam yang berpengaruh untuk tinggi tanaman, luas daun dan warna daun, jumlah daun, berat per sampel dan berat per plot dan ialah M1 (rockwool). Media tanam yang tidak pengaruh ialah M2 (serbuk kayu) berdasarkan analisis sidik ragam yang menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan produksi yang sedikit dibandingkan dengan media yang lain. Jenis nutrisi dan media tanam yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman, luas daun dan warna daun, jumlah daun, berat per sampel dan berat per plot ialah P1M1 (pupuk AB Mix dan media tanam rockwool). SARAN Untuk meningkatkan keberhasilan system hidroponik seperti yang sudah dilakukan maka peneliti menyarankan dalam penggunaan media tanam serbuk kayu, seharusnya dicuci terlebih dahulu karna mengandung zat toksik atau zat tannin yang dapat menghambat pertumbuhan. Agar menyediakan bahanbahan seperti pipa pvc dengan ukuran lubang yang tepat agar saat diterpa angin wadah tempat penelitian (botol mineral) tidak renggang. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2011. Produksi Sawi Sumatera Utara. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Hendra A, Andoko A. 2015. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Pak Tani Hydrofoam. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka Lestari G. 2009. Berkebun Sayuran Hidroponik di Rumah. Jakarta (ID): Prima InfoSarana Muhit A, Qodriyah L.2006. Respon beberapa kultivar Mawar (Rosa hybridal) pada media hidroponik terhadap pertumbuhan dan produksi bunga. Buletin Teknik Pertanian. 11: 29-32. Nugraha RU. 2014. sumber hara sebagai pengganti AB mix pada budidaya sayuran daun secara hidroponik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rukmana R. 2007. Bertanam Petsay dan Sawi. Yogyakarta (ID): Kanisius. Siswadi, Teguh Y. 2013. Uji hasil tanaman sawi pada berbagai media tanam secara hidroponik. Jurnal Innofarm. 2 (1): 44-50.