BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta yang ditemui dan hasil pembelajaran langsung dikelas VIII A di MTs. Muhammadiyah 1 Malang pembelajaran biologi masih menggunakan metode konvensional dengan sedikit praktikum. Selama pembelajaran dikelas didominasi siswa untuk mengingat informasi yang actual. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode ceramah, mendengar, mencatat, diskusi dan mengerjakan tugas sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa tidak dibiasakan untuk menemukan sendiri fenomena yang ada disekitar tempat tinggal tetapi siswa hanya belajar secara teoritis dari buku maupun LKS. Berdasarakan hasil wawancara dengan guru bidang studi biologi di MTs. Muhammadiyah 1 Malang kelas VIII A menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan dan melihat dari buku daftar nilai guru ternyata permasalahan yang dihadapi peserta didik pada mata pelajaran biologi adalah banyak peserta didik pada mata pelajaran biologi adalah banyak peserta didik yang tidak tuntas dalam belajar atau hasil belajar rendah (rata-rata klasikal 65%) dan tidak memenuhi standart ketuntasan minimum (SKM), dimana nilai SKM di MTs. Muhammadiyah 1 Malang yaitu 75. Masalah yang sering dihadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung adalah peserta didik kurang aktif terutama ketika diminta untuk mengerjakan tugas, peserta didik kurang antusias terhadap tugas yang diberikan oleh guru. 1
2 Hasil wawancara dengan guru bidang studi biologi kelas VIII A, pembelajaran dengan metode ceramah ini sering digunakan oleh guru biologi di MTs. Muhammadiyah Malang. Akibatnya proses pembelajarannya masih bersifat monoton dimana peserta didik kelihatan pasif hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan guru saja yang kelihatan aktif. Hal yang demikian dapat menyebabkan rendahnya mutu belajar mengajar Dan hasil belajar peserta didik. Di sekolah tersebut guru juga sesekali menggunakan metode penugasan, biasanya metode ini digunakan oleh guru ketika tidak bisa mengajar sehingga guru memberikan tugas kepada peserta didik. Alasan utama yang menjadi kendala guru untuk menghadapi dalam menyelenggarakan praktikum adalah kurangnya peralatan praktikum dan ruang untuk praktikum karena di Mts Muhammadiyah 1 Malang ini masih belum dilengkapi ruang laboratorium dan minimnya kelengkapan alat laboratorium tersebut. Sehingga guru kurang mengembangkan kegiatan praktikum dan hanya terpaku pada metode ceramah dan diskusi kelompok. Selain dari itu, kurangnya asisten yang membantu guru dalam menggelola kegiatan praktikum dan terlalu banyaknya jumlah siswa menyulitkan pengaturan proses kegiatan belajar mengajar saat berlangsung. Fakta tersebut merupakan akumulasi dari beberapa hal dan menjadi permasalahan pembelajaran yang sampai saat ini belum terselesaikan. Banyak hal yang banyak menyebabkan siswa cenderung merasa bosan untuk belajar biologi dan selanjutnya akan berpenggaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Penyebab kebosanan antara lain pembelajaran masih menggunakan metode
3 ceramah, dalam kelas guru biasanya menerapkan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar sedangkan siswanya hanya duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru walaupun sebagian siswa ada yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Penggunaan metode seperti ini dapat menyebabkan siswa selalu bergantung pada guru sehingga apabila diberikan suatu permasalahan siswa kurang bersemangat untuk menganalisisnya. Prestasi belajar siswa yang bagus hanya diperoleh dari catatan penjelasan guru tanpa harus mencari sendiri untuk menggubah informasi yang lengkap. Media yang dipergunakan juga sangat terbatas, materi pembelajaran hanya terfokus pada paket ajar yang dimiliki siswa, guru kurang inovatif dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya atau hasil tes serta pengamatan guru pada waktu siswa melakukan diskusi kelompok. Disamping itu hasil belajar dapat juga ditunjukkan dari perubahan tingkah laku siswa, peningkatan minat, motivasi belajar siswa serta sikap yang positif dalam proses pembelajaran. Salah satu ciri dari seorang guru yang professional dalam meningkatkan pendidikan di sekolah, maka seorang guru harus memahami dan mampu menggunkan bermacam-macam metode pembelajaran. Penggunaan bermacam-
4 macam metode pembelajaran, dapat meningkatkan kualitas berfikir para siswa (Sardiman, 2000). Pandangan kontruktivisme beranggapan bahwa manusia harus mengkonstruk atau membangun pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pandangan kontruktivisme tersebut, maka proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang mampu menggiatkan siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inquiri tidak hanya menggembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk penggembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Di dalam pengembangan pembelajaran inquiri ini, siswa dihadapkan pada sebuah masalah yang tidak sengaja dibuat oleh guru atau hasil rekayasa, sehingga siswa harus menggerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah ini melalui proses penelitian (Gulo, 2002). Dengan metode pembelajaran inkuiri ini akan melatih siswa berani mengemukakan pendapat dan menemukan sendiri pengetahuannya yang berguna untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode pembelajaran inkuiri secara efisien dan efektif akan mengurangi monopoli guru dalam penguasaan jalannya proses pembelajaran dan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran akan berkurang sehingga dengan melalui kegiatan praktikum dalam
5 pembelajaran IPA sangat berperan dalam menggembangkan keterampilan proses siswa. Kurikulum 2006 menitik beratkan pada pola belajar siswa aktif atau active learning. Dalam pelaksanaannya diperlukan kerjasama yang positif antara guru dan siswa. Tugas guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat membangun pengetahuan atas kemampuan dan keterampilan yang ia miliki. Dengan demikian, siswa dengan bimbingan guru secara kelompok mampu menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks yang diperolehnya menjadi informasi yang bermakna, sehingga dapat diingat lebih lama oleh siswa. Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku lebih dari 2 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya pelaksanaan pembelajaran yang berbasis proses dan hasil penilaian kegiatan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar diahir kegiatan pembelajaran akan tetapi penilaian juga dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu bentuk pembelajaran yang inofatif dan juga assessment autentik untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Dalam pembelajaran inkuiri terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan inkuiri adalah 1) Guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, 2) Guru membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan dan penggunaan keterampilan dalam proses kognitif, 3) Guru mampu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai kemampuan masing-masing, 4) Dapat membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
6 kepercayaan pada diri sendiri dalam proses penemuan, 5) Dapat berpusat pada siswa. Sedangkan kelemahan inkuiri adalah pembelajaran ini dipersiapkan mental dan fasilitas yang cukup memadai untuk percobaan yang tentu saja menambah kecukupan material dan biaya. Namun pengajar dapat mensiasati agar pembelajaran inkuiri dapat berlangsung tanpa kesan memerlukan biaya yang banyak. Pembelajaran ini dari segi waktu memakan cukup banyak dan kalau kurang terpimpin dapat menjurus ke arah kekacauan dan kekaburan materi yang dipelajari. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muflikah (2007) melakukan penelitian tentang Penggunaan Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) pada Mata Pelajaran Biologi di Kelas X-7 SMAN 1 Purwosari. Berdasarkan analisis data, diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 98%, sehingga dapat dikatakan telah tuntas belajar. Untuk respon siswa didapatkan adanya peningkatan sikap siswa dalam hal menyukai pelajaran biologi sebesar 70,14%, lebih senang bila menemukan konsep sendiri sebesar 81,9%. Berdasarkan uraian diatas untuk meningkatkan kualitas aktivitas dan hasil belajar biologi peserta didik maka diperlukan berbagai model pembelajaran biologi yang efektif dan efisien agar peserta didik mampu menyerap dengan maksimal semua materi yang telah disampaikan oleh guru. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A pada Materi Fotosintesis di MTs. Muhammadiyah 1 Malang
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII A MTs. Muhammadiyah 1 Malang pada materi fotosintesis? 2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar biologi peserta didik kelas VIII A MTs. Muhammadiyah 1 Malang pada materi fotosintesis? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII A MTs. Muhammadiyah 1 Malang pada materi system fotosintesis. 2. Mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar biologi peserta didik kelas VIII A di MTs. Muhammadiyah 1 Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar biologi. b. Siswa dapat berlatih berfikir kritis dan memecahkan masalah. 2. Bagi guru
8 a. Sebagai masukan bagi guru untuk mengetahui dan menerapkan model pembelajaran inkuiri. b. Dapat memberikan pengetahuan dengan cara menerapkan PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi sekolah 1. Sebagai masukan untuk mengetahui kondisi siswa sehingga mengetahui hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan. 2. Dapat menungkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan. 4. Bagi peneliti a. Peneliti sebagai calon guru memperoleh pengalaman tersendiri dalam menerapkan model pembelajaran. b. Peneliti memperoleh wawasan pengetahuan lebih luas tentang koondisi permasalahan pembelajaran yang ada di sekolah. 1.5 Batasan Masalah 1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A MTs Muhammadiyah 1 Malang tahun ajaran 2010/2011. 2. Penelitian ini hanya meneliti bagaimana Penerapan Metode Pembelajaran Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs. Muhammadiyah 1 Malang pada semester II pada materi Fotosintesis
9 3. Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai evaluasi yang dilakukan pada akhir setiap siklus. 1.6 Definisi Operasional 1. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemapuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Nurhadi, dkk.2004). 2. Aktivitas belajar adalah segala hal siswa yang lakukan selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini aktivitas belajar siawa adalah segala hal siswa lakukan selama pembelajaran pendekatan inkuiri berlangsung, yaitu menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, bertanya dan memeriksa ketepataan jawaban (Sardiman,1986). 3. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa skor tes yang diberikan pada setiap akhir siklus (Sudjana, 2005). 4. Tindakan metode inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing yang mana sebagian perencanaan dibuat oleh guru yang menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk
10 yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.