BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini sangat banyak kejadian yang membuat anak-anak merasa terganggu dengan teman sebayanya terutama yang dialami oleh anak sekolah yang menjadi korban bullying. Setiap anak sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak di tunjang oleh faktor fisik dan lingkungan yang aman. Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di kalangan remaja, misalnya bullying yang akan sekarang kembali di media dan lingkungan. Bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi dikalangan peserta didik. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang yang lebih rendah atau yang lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan dan kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bullying secara sederhana diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Menurut Ghufron (2003: 30) kendali diri atau disebut juga kontrol diri yakni merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, kemampuan untuk mengendalikan
perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain,menutup perasaannya. Jadi, kendali diri diartikan sebagai kemampuan seseorang yang peka akan keadaan diri dan lingkungan yang berguna dalam proses sosialisasi. Perilaku seseorang dikontrol dengan melihat situasi lingkungan agar sesuai dengan harapan lingkungan yang ada. Kemampuan kendali diri dapat dikembangkan dan bisa digunakan untuk mereduksi efek psikologi yang bersifat negatif juga dapat digunakan sebagai pencegahan. Dengan mengendalikan diri, individu mampu menilai dan membuat suatu perkiraan terhadap perilaku yang hendak dilakukan sehingga individu mampu mecegah sesuatu hal tidak menyenangkan yang akan diterimanya kelak. Selain berguna untuk pencegahan diri, kendali diri dilakukan pula dengan tujuan penundaan. Dapat diartikan bahwa dengan mengendalikan diri berarti sengaja menghindari suatu perilaku dengan tujuan jangka panjang agar lebih mendapat kepuasan. Tidak semua siswa korban bullying memiliki kendali diri. Banyak diantara siswa yang tidak mengetahui bagaimana caranya menghindari atau melawan perilaku bullying. Hal ini bisa disebabkan karena siswa takut ataupun merasa trauma terhadap perilaku bullying yang pernah dialaminya. Oleh sebab itu, sekolah sebagai tempat untuk mendidik kepribadian siswa seharusnya mengajarkan kepada siswa nilai dan norma yang harus dipatuhi di dalam interaksi dengan teman sebayanya. Selain itu, sekolah juga seharusnya memberikan upaya terhadap siswa yang mengalami perilaku tidak adil baik secara fisik maupun nonfisik.
Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat adalah melalui proses konseling yang yang dilakukan oleh konselor terlatih dan profesional dalam menggunakan tehnik-tehnik khusus secara sistematis untuk membantu orang lain berhubungan secara realistis dan sukses dengan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya, dan menimbulkan kesadaran penuh tentang pribadinya. Jadi, konseling kelompok merupakan suatu upaya yang diberikan oleh sekolah guna mengatasi perilaku bullying terjadi di lingkungan sekolah. Baik itu untuk mencegah dengan memberikan pemahaman kendali diri, maupun untuk mengatasi perilaku yang sedang terjadi. Pada awal Januari selama 1 minggu pada tanggal 20 sampai 27 Januari 2014 peneliti melakukan wawancara terhadap 3 orang guru BK di SMK PAB Sampali. Nyatanya di sekolah SMK PAB Sempali terdapat korban bullying sehingga siswa merasa tidak nyaman sewaktu berada di lingkungan sekolah. Gejala yang nampak terjadi di lingkungan pada siswa misalnya siswa mengalami luka akibat perbuatan temannya, barang miliknya mengalami kerusakan, sulit mengikuti pelajaran, takut pergi ke sekolah sehingga sering membolos, prestasi akademiknya menurun, tidak mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan apapun, selalu terlihat gelisah dan murung. Mengingat pentingnya upaya untuk menanggulangi korban bullying di kalangan siswa, maka perlu adanya solusi yang efektif untuk menanggulanginya. Sehingga peneliti mengambil salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah melalui pemberian layanan konseling kelompok tehnik eklektik.
Konseling eklektik dalam penelitian adalah mendramatisasi tingkah laku untuk mengurangi korban bullying siswa untuk memahami dan menafsirkan perannya masing-masing, serta pencarian solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai fasilitator serta membantu siswa membina huungan dengan orang lain, mengembangkan empati, bertanggung jawab, dan mengendalikan diri. Teknik eklektik yang dirancang untuk mengelola emosi siswa sehingga korban bullying dapat di atasi. Dryden & Norcross dalam Gunarsa (Winkel, 2006:438) mengemukakan bahwa eklektik adalah memilih apa yang baik dari berbagai macam sumber, gaya dan sistem. Menggunakan tehknik dan dasar lebih dari satu organisasi untuk memenuhi kebutuhan dari suatu kasus serta penggunaan secara sistematik dari berbagai macam intervensi yang luas untuk menghadapi masalah-masalah khusus. Selanjutnya Gunarsa (Winkel, 2006:438) juga menyatakan bahwa eklektik tidak hanya meliputi dua peendekatan yang sering dipakai dalam pendekatan konseling, yakni pendekatan langsung dan tidak langsung. Winkel (2006:438) menyatakan bahwa eklektik merupakan suatu pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode, teori ini doktrin yang dimaksudkan untuk memahami dan menerapkannya dalam situasi yang tepat. Pandangan ini menggunakan berbagai teori dalam pendekatannya. Hal ini dilakukan karena tidak ada satu teori menyeluruh pembahasannya. Setiap teori memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan berbagai teori dalam pendekatannya. Gilliland dalam Arintoko (Winkel, 2006:438) mengemukakan bahwa eklektik adalah teori konseling yang tidak memiliki teori atau prinsif khusustentang kepribadian. Namun
penganut eklektik beranggapan bahwa konselor eklektik dapa dasarnya peduli dengan teori kepribadian Konseling eklektik biasanya digunakan dalam menangani masalah yang berhubungan hubungan sosial antara konseli dengan orang lain. Teknik eklektik bertujuan agar konseli menyadari sepenuhnya situasi masalahnya, mengajarkan kepada konseli secara sadar dan intensif memiliki latihan pengendalian diatas masalah tingkah laku. Eklektik berfokus pada tingkah laku, tujuan, masalah, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai fasilitator serta membantu siswa membina hubungan dengan orang lain, mengembangkan empati, bertanggung jawab, dan mengendalikan diri. Tehnik eklektik yang dirancang untuk mengelola emosi siswa sehingga korban bullying dapat di atasi. Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Eklektik terhadap Meningkatnya pengendalian Diri Siswa Korban Bullying di SMK PAB Sampali Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Setiap individu harus memiliki kendali diri yang positif agar individu mampu untuk melindungi dirinya sendiri dari tekanan lingkungan. Masalah yang nampak di sekolah adalah mengalami luka akibat perbuatan temannya, barang miliknya mengalami kerusakan, sulit mengikuti pelajaran, takut pergi ke sekolah sehingga sering membolos, prestasi akademiknya menurun, tidak mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan apapun, selalu terlihat gelisah dan murung, serta belum maksimal dilaksanakannya layanan konseling kelompok untuk mengatasi perilaku bullying. 1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu Pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik eklektik terhadap meningkatknya pengendalian diri siswa korban bullying di SMK PAB Sampali Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Adakah pengaruh pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik eklektik terhadapmeningkatnya pengendalian diri siswa korban bullying di SMK PAB Sampali Tahun Ajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk memperoleh informasi apakah ada pengaruh pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik eklektik terhadap meningkatnya pengendalian diri siswa korban bullying di SMK PAB Sampali Tahun Ajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atasdiharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa: Sebagai bahan masukan kepada siswa mengenai pentingnya memiliki kendali diri terhadap perilaku bullying dari teman sebaya agar siswa mampu melindungi dirinya sendiri. 2. Bagi guru BK: Sebagai bahan informasi untuk menjalankan tugas dalam memberikan layanan konseling kelompok tehnik ekletik yang berhubungan dengan kendali diri korban bullying.
3. Bagi Peneliti: Dapat memberikan pengetahuan secara luas mengenai cara meningkatkan kendali diri siswa korban bullying. 4. Bagi sekolah: Sebagai bahan masukan atau perbandingan dalam usaha meningkatkan kendali diri siswa korban bullying di sekolah.