2.1 Hipertensi BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi dan dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya 140-160 dan tekanan darah diastoliknya adalah 90-100 (WHO, 2015). Untuk orang dewasa, jika didapatkan tekanan darah sistoliknya 120-139 dan tekanan darah distolik antara 80-89 masih disebut dengan tekanan darah normal (WHO, 2015). Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi dua golongan antara lain: 1. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain: a. Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. 10
b. Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras. c. Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine,prednisone, epinefrine). 2. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain: a. Penyakit parenkim ginjal.penyakit parenkim ginjal dapat menyebabkan hipetensi terjadi penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh aterosklerosis di dinding arteri. b. Penyakit renovaskuler. Menurut Ploth (2008), hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi dengan perantaraan sistem endokrin yang menyebabkan terjadinya perubahan respons terhadap resistensi vaskular dan fungsi renal sebagai akibat adanya gangguan perfusi renal secara unilateral, bilateral, atau segmental. c. Hiperaldeseronisme primer. Hiperaldosteronisme primer adalah salah satu hipertensi sekunder, merupakan sindrom yang disebabkan oleh hipersekresi aldosteron yang tidak 11
terkendali, umumnya berasal dari kelenjar korteks adrenal. metabolik. d. Sindrom Crusig. Penyakit ini adalah keadaan klinis yang disebabkan kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal menyebabkan terjadinya gagal ginjal pada korban. e. Obat kontrasepsi. Sedikit peningkatan tekanan darah terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat dari peningkatan aktivitas sistem reninangiostensin-aldosteron. f. Koarktasio aorta, adalah penyakit penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah. 2.1.3 Gejala Hipertensi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2009) menyatakan bahwa, pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, prasa pegal dan tidak nyaman, pusing,jantung berdetak terasa cepat, dan kelelahan. 12
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain usia, riwayat keluarga, obesitas, diet dan kebiasaan mengonsumsi yang tidak sehat seperti mengonsumsi garam yang tinggi, lemak, merokok, minumminuman yang mengandung kafein dan alkohol (Braverman, 2009). Stres, diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas). Sugiharto, (2007) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa, peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress menjadi berkepanjangan, dapat berakibat pada tekanan darah yang akan meningkat. Soenarta (2008), juga menyatakan bahwa stress akanmengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat. (Bianti, 2015) 13
Pola makan (Asupan Garam dan makanan berlemak). Soenarta, (2008) mengatakan bahwa sodium adalah penyebab dari hipertensi. Asupan garam yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah sodium secara eksperimental menunjukan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada susunan saraf pusat. Defisiensi potassium akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi. Leli, dkk., (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mengonsumsi makanan asin dengan kejadian hipetensi. Hal ini sama dengan penelitian Bruce Neal (2006) yang mengatakan bahwa penurunan konsumsi garam dapat menurunkan hipertensi Penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa mengonsumsi makanan yang berlemak, mengakibatkan adanya kolestrol. Kolestrol akan menumpuk di dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel otot dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi arterosklorosis yang mengakibatkan penyempitan pada pembuluh darah(vilareal, 2008) Aktivitas Fisik. Penelitian Cortas, (2008) membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor resiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolestrol tinggi. Orang yang aktivitasnya rendah akan beresiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. 14
Berolahraga teratur baik untuk menambah kekuatan jantung dalam memompa darah yang berefek pada pengontrolan tekanan darah, dan cukup dilakukan dengan olahraga ringan atau sedang sehari tiga hinga lima kali dalam seminggu dan minimal 30 menit (Sutanto, 2010). 2.1.5 Komplikasi Hipertensi Nuraini (2015) meyatakan komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya 15
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stres oksidatif (Nuraini, 2015). 2.2 Wanita Usia subur Wanita Usia Subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen kesehatan (2011) adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif, yaitu antara usia 15-49 tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda. Wanita Usia Subur ini mempunyai organ reproduksi yang masih berfungsi dengan baik, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kehamilan, yaitu antara umur 20-45 tahun. Suparyanto (2011) menyatakan puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini, wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Ketika usia 30 tahun, presentasenya menurun sehingga 90%, sedangkan memasuki usia 40 tahun, kesempatan untuk hamil menurun hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun, wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. 2.3 Hipertensi pada Wanita Usia Subur Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan jantung dan pembuluh darah dari gangguan yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah. Wanita usia subur yang telah melahirkan memiliki prevalensi tinggi untuk menderita hipertensi 16
(Dalimartha, 2008). Sebagian besar hipertensi primer yang merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat yang terjadi pada usia 25-45 tahun sekitar 20% (Pudiastusi, 2013). Wanita usia subur yang berusia 15-49 tahun sering terjadi perubahan hormonal didalam tubuh yang disebabkan karena pola hidup yang salahkarena lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. (Yufita dkk., 2009). Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Seseorang yang gemuk lebih mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang langsing dengan usia yang sama (Yufita dkk., 2009). 17