7 VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

KEMENTERIAN PERTANIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

KAJIAN KONSEP SUSTANIBLE FARMING

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REVITALISASI PERTANIAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PEMERINTAH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

Transkripsi:

7 VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL Verifikasi Verifikasi model dilakukan dengan cara meqjalankan sub model satu per satu lalu dibandingkan hasilnya dengan hasil perhitungan manual, untuk memeriksa kebenaran hubungan kausal dan logika perhitungan. Sebagai contol di dalam sub model petani terdapat rumus perhitungan produksi padi yang digambarkan sebagai berikut: ~ persen panen per bulan luas panen 2009 luas panen per bulan gabah ptn ke pengumpul gabah ptn ke penggiling prod per ha prod gkg ptn per bln gabah keluar dr petani gkg tersedia after loss total los s prod netto beras nasional per bln faktor konversi gabah beras stok gkg ptn per bln prod ptn setara beras per bln sisa gkg unt konsumsi petani stok setara beras petani per bln Gambar 38. Model dinamis perhitungan produksi petani 94

Data yang dimasukkan adalah pola panen dan luas panen per bulan serta parameter produktivitas per hektar (ton gabah per hektar). Produksi gabah petani per bulan untuk tahun 2011 dihitung secara manual lalu hasilnya dibandingkan dengan hasil keluaran model. Hasil keluaran model terbukti tidak menyimpang dari hasil perhitungan manual. Hasil pemeriksaan per subsistem menunjukkan bahwa setiap sub model telah menunjukkan hasil simulasi yang sesuai dengan hasil perhitungan untuk hal yang sama secara manual. Validasi Model Hasil simulasi setiap sub model selanjutnya perlu disandingkan dengan data aktual perberasan di Indonesia yang tersedia pada tahun 2011, untuk membandingkan kesesuaian model dengan yang dimodelkan. Akan tetapi dalam hal ini data aktual untuk beberapa subsistem tidak tersedia, sehingga hanya beberapa model subsistem saja yang hasil simulasiny a dapat dibandingkan dengan data aktual. Subsistem Petani Menurut data BPS, pada tahun 2011 Indonesia berhasil memproduksi 64,39 juta ton GKG dan pada tahun 2010 produksinya meningkat menjadi 66,469 juta ton GKG dan pada tahun 2011 produksinya meningkat menjadi 65,385 juta Ton GKG. Hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi dalam negeri pada tahun 2011 mencapai 65,381 juta ton GKG. Sebagai sebuah prediksi, hasil simulasi ini menyimpang dari data aktual dengan penyimpangan cukup kecil yaitu sebesar 0,006 persen. Penggilingan Produksi gabah Indonesia tahun 2011, menurut BPS adalah 65,385 juta ton GKG. Apabila sekitar 2,5 persen gabah akan digunakan untuk benih dan 4,5 persen hilang dalam proses pasca panen maka hanya tersedia 60,80 juta ton GKG yang akan digiling untuk menghasilkan 38,15 juta ton beras (dengan rendemen 62,74%). 95

Untuk menggiling gabah tadi tersedia sekitar 110 ribu mesin penggilingan dari berbagai kapasitas. Apabila digabungkan dengan asumsi setiap mesin dioperasikan 5 jam/hari selama 20 hari saja per bulan dan hanya 8 bulan/tahun (setara dengan 800 jam/tahun) maka mesin-mesin tersebut akan mampu menghasilkan beras 54,74 juta ton/tahun. Artinya, setiap tahun mesin-mesin penggilingan yang tersedia mampu mengolah hampir dua kali produksi beras nasional. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan kapasitas giling sebesar 70 persen dari kapasitas penggilingan yang terpasang (Tabel 20). Di dalam rantai tata niaga beras, penggilingan sangat berperanan pentrng untuk mengolah gabah menjadi beras yang bermutu. Sayangnya, meskipun dari segi kapasitas sangat berlebih, sebagian besar dari mesin-mesin penggilingan di Indonesia sudah berusia tua dan termasuk masih menggunakan teknologi sederhana (Waries, 2004). Tabel 21. Kapasitas produksi penggilingan beras Indonesia 96

Subsistem Bulog Stok Bulog pada tahun 2011 berkisar antara 1,5 sampai 2 juta ton setiap bulannya. Sebagai contoh, posisi stok Bulog pada bulan November 2011 tercatat sebesar 1,8 juta ton. Menurut para pakar di bidang pertanian, stok ideal yang perlu dimiliki Bulog adalah satu juta ton setiap saat. Tabel 22. Hasil simulasi tok di Bulog per bulan (2011) bulan Stok (ton) 1 1.000.000,00 2 1.030.503,62 3 1.153.644,22 4 1.268.585,72 5 1.346.016,30 6 1.420.931,91 7 1.490.984,85 8 1.553.403,03 9 1.596.441,05 10 1.645.614,98 11 1.675.366,77 12 1.698.641,11 Hasil simulasi menunjukkan bahwa stok beras bulanan Bulog berkisar antara 1,0 juta ton sampai 1,7 juta ton beras per bulan. Angka ini mendekati keadaan nyata stok beras Bulog pada tahun yang sama. Selain itu, pada tahun yang sama Bulog melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak 3,70 juta ton setara beras. Angka ini setara dengan 9,17 persen dari total produksi dalam negeri. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengadaan DN selama tahun 2011 mencapai 3,63 juta ton. Angka ini meleset sebesar 1,8% dari data aktual untuk un yang sama. 97

Subsistem Importir Pemerintah menetapkan tidak ada impor beras selama tahun 2011. Hal ini dilakukan mengingat produksi beras dalam negeri diperkirakan akan mencukupi kebutuhan dalam negeri. Idealnya, importir hanya akan mengimpor beras bila diprediksi akan terjadi defisit antara kebutuhan dengan produksi beras dalam negeri. Akan tetapi, karena adanya selisih harga yang cukup mencolok antara harga beras di luar negeri dengan di dalam negeri, dan rendahnya bea masuk yang ditetapkan oleh pemerintah RI, maka beras dari luar negeri tetap memasuki pasar Indonesi4 baik secara legal maupun tidak. Tabel 23. Bulan defisit beras (hasil simulasi 2011) Bulan Defisit (ton) 1 36.164,99 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 10 0 11 360.219,92 12 444.425,56 Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan beras pada bulan-bulan defisit hanya terjadi pada bulan Januari, november dan desember. Total defisit untuk tiga bulan tersebut mencapai kurang lebih 840 ribu ton. Sementara itu produksi pada sembilan bulan lainnya jauh melampaui defisit tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa apabila sistem pemerataan persediaan beras diperbaiki maka beras impor tidak diperlukan. 98

Subsistem Stok Nasional Sisa stok Bulog di akhir tahun 2011 diperkirakan akan mencapai sebesar 1,9 juta ton beras. Bila ditambah dengan cadangan beras di masyarakat (petani, pedagang, rumah tangga) sebesar 4,5 juta ton, maka cadangan total mencapai 6,4 juta ton. Angka cadangan di masyarakat sebesar 4,5 juta ton itu merupakan angka taksira4 dan tidak dapat diketahui rincian persediaan stok di masing-masing kelompok masyarakat pengguna beras. Model sistem dinamis ini dapat digunakan untuk memprediksi jumlah beras yang berada di setiap kelompok pengguna beras. Hasil simulasi menunjukkan bahwa stok yang berada di tangan masyarakat tidaklah terlalu banyak. Jumlahnya berkisar antara 120 ribu ton sampai 3,7 juta ton. Stok terbesar terjadi pada saat terjadi panen raya pada bulan Pebruari dan Maret. Prediksi 10 tahun ke depan Perpanjangan waktu simulasi sampai 10 tahun ke depan menunjukkan adanya plus minus produksi beras nasional. Secara total dalam 10 tahun ke depan ada kecenderungan produksi beras akan mencukupi kebutuhan dalam negeri, hanya saja pada bulan-bulan tertentu terjadi surplus sedangkan pada bulan-bulan yang lain terjadi defisit. Oleh karena itu, diperlukan stok pengaman setiap bulan dan pemeralaan persediaan ke setiap sentra konsumsi. 99

Gambar 39. Dinamika stok beras nasional (2010-2020) Gambar 40. Produksi beras nasional dan kebutuhan beras bulanan (hasil simulasi 2010-2020) Dua gambar di atas lebih lanjut memperlihatkan bahwa produksi beras nasional secara rata-rata selalu mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada tingkat kebutuhan beras nasional. Hal ini secara rata-rata menunjukkan adanya surplus ketersediaan beras yang nilainya cenderung meningkat untuk periode 10 tahun ke depan, dengan asumsi tingkat produktivitas lahan tidak semakin menurun. Apabila dalam kurun waktu 10 tahun ke depan dapat diupayakan penangarun pasca panen yang lebih baik (kehilangan pasca panen ditekan), pertambahan lahan sawah dan perbaikan produktivitas lahan maka tidak mustahil swasembada pangan (beras) akan dapat dicapai. 100

Implikasi Kebijakan Situasi defisit yang terjadi pada tahun 2011 apabila berkelanjutan akan berdampak pada meningkatnya ketergantungan pada pangan impor, yang pada gilirannya melemahkan tingkat kepastian pangan dan ketahanan pangan nasional. Untuk menekan tingkat defisit tersebut, perlu upaya-upaya yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyediaan (produksi) dan penurunan tingkat permintaan (konsumsi). Untuk meningkatkan kemampuan produksi beras nasional, beberapa upaya dapat dilakukan seperti pemeliharaan kapasitas sumber daya lahan dan perairan, perluasan lahan baku untuk produksi, peningkatan intensitas tanam, peningkatan produktivitas tanaman serta penekanan kehilangan hasil. Beberapa upaya yang dibutuhkan untuk memelihara kapasitas sumberdaya produksi pangan (beras) adalah: a. Pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, serta perbaikan pengelolaan sumber daya air dalam rangka menyediakan air yang cukup untuk pertanian. Untuk itu perlu dilakukan : (i) perbaikan dalam pengaturan, kelembagaan pengelolaarg dan pemanfaatan sumberdaya air, seperti penatagunaan ruang/wilayah dan penerapan peraturan secara disiplin, oleh Pemda dan Depdagri; (ii) fasilitasi pengelolaan sumber daya air dan pengairan oleh Meneg Kimpraswil; (iii) fasilitasi pemanfaatan lahan pertanian secara produktif, efisien dan ramah lingkungan oleh Deptan; dan (iv) pemanfaatan dan pengawasan sumberdaya lahan dan perairan oleh masyarakat. b. Menekan berlanjutnya alih fungsi lahan beririgasi kepada usaha non pertanian. Hal ini menyangkut pengaturan/pembatasan dengan sistem insentif yang dilaksanakan secara lintas institusi antara lain: (i) penetapan peraturan dan penerapannya secara disiplin oleh Pemda dan BPN; (ii) fasilitasi bagi pengembangan berbagai usaha masyarakat berbasis pertanian oleh Departemen Teknis; dan (iii) pengawasan oleh masyarakat sebagai pelaku usaha. c. Membuka lahan pertanian baru pada daerah-daerah yang memungkinkan dengan tetap memperhatikan rencana tata ruang wilayah dan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan; yang difasilitasi oleh Pemda. 101

Upaya untuk memacu peningkatan produktivitas usaha pangan mencakup : (i) penciptaan varietas unggul baru, dan teknologi berproduksi yang lebih efrsien; (ii) perbaikan teknologi pasca panen untuk menekan kehilangan hasil; dan (iii) pengembangan teknologi yang menunjang peningkatan intensitas tanam. Seluruh upaya ini perlu dilaksanakan secara sinergis oleh institusi penelitian, pengembangan dan penyuluhan lingkup Departemen Pertanian, RisteklBPPT, Perguruan Tinggi, dan Lembaga./Dinas Teknis setempat yang melaksanakan alih pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat. Upaya penyediaan insentif untuk meningkatkan minat masyarakat mengembangkan usaha pangan dilakukan melalui: penyediaan prasarana transportasi, komunikasi, perdagangan (Pemda, Kimpraswil, Swasta); pelayanan administrasi perizinan usaha produksi, industri, distribusi yang sederhana dan cepat (Pemda); pelayanan keuangan/permodalan yang cepat dan murah (Pemda, Swasta). 102