BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan di bidang ekonomi, sosial

dokumen-dokumen yang mirip
kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting dalam mensukseskan

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. dalam penyelenggaran negara, mengalahkan segala bentuk kekuasaan lainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. terutama melalui pembayaran pajak, digunakan oleh pemerintah untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik material

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

DAFTAR TABEL. Tabel 2. 2 Tabel Jumlah Perangkat Desa Silumajang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan, sebagai mahasiswa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. politik,perlu disadari pula bahwa mutu pendidikan bagi pelajar harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan pembangunan dibutuhkan segala potensi yang. Sumber pendapatan keuangan Pemerintah dalam upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai Negara yang berkembang Indonesia tengah menggalakkan pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan di bidang ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain. Sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata yang dapat diwujudkan melalui perkembangan Nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Dalam melaksanakan pembangunan Nasional diperlukan dana antara lain bersumber dari peran serta masyarakat dalam wujud pembayaran pajak. Berdasarkan ketepatan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 sebagai mana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1994, Undang Undang No. 16 Tahun 2000 dan terahir diubah Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa Pajak merupakan Kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan

penagihannya. Demi menciptakan suatu kondisi yang lebih mencerminkan keadilan dan kepastian hukum guna memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka pihak Direktorat Jenderal Pajak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak melalui sistem Self Assessment yaitu Wajib Pajak dapat menghitung, memperhitungkan, membayar, serta melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Dalam sistem ini, Wajib Pajak harus aktif untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor,dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang, sedangkan fiskus yang memberikan arahan, pembinaan, dan pengawasan kepada Wajib Pajak agar dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya. Namun dalam prakteknya masih banyak Wajib Pajak yang lalai atau belum menyadari akan pentingnya pajak dan kenyataannya masih banyak Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya hingga pada jatuh tempo pembayarannya. Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa penagihan pajak dapat dipaksakan penagihannya, sehingga kepada pihak yang tidak membayar pajaknya akan dikeluarkan penetapan dan ketetapan sesuai dengan ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang merupakan dasar penagihan pajak. Penetapan dan Ketetapan Pajak diterbitkan dalam bentuk : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat penetapan dan ketetapan Pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 30 hari atau sampai tanggal jatuh tempo sejak tanggal diterbitkan surat penetapan dan ketetapan itu. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak sampai batas waktu yang telah ditetapkan maka terhadap Wajib Pajak dilakukan teguran dengan menyampaikan Surat Teguran. Jangka waktu penerbitan Surat Teguran adalah 7 hari setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang dan apabila dalam waktu 21 hari Wajib Pajak belum melunasi hutang pajaknya maka akan diterbitkan Surat Paksa. Bila hutang pajak belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Apabila belum melunasi hutang pajaknya maka kepada Wajib Pajak akan dilakukan penyitaan terhadap Objek sita Pajak oleh Jurusita Pajak. Dalam melakukan penyitaan pihak fiscus/pihak yang berwenang dibidang perpajakan yang dalam hal ini adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP). Dimana SPMP ini sebagai dasar melakukan penyitaan. Tujuan penyitaan ini adalah untuk mendapatkan jaminan pelunasan utang pajak dari Wajib Pajak yang lazim disebut sebagai Objek Sita Pajak baik yang bergerak ataupun tidak bergerak. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksaan Sita (BAPS) dimana Berita acara ini ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan para saksi serta Wajib Pajak atau yang mewakili. Namun masih

banyak Wajib Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut. Bahwa diakui sangat sulit melakukan penyitaan, karena banyak Wajib Pajak yang selalu menghindari semaksimal mungkin agar tidak mengalami penyitaan. Ketidakpahaman Wajib Pajak akan prosedur penyitaan juga mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak saat dilakukan penyitaan adalah merupakan suatu kendala yang dihadapi oleh Jurusita Pajak. Mengingat dasar inilah penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dalam rangka penyusunan tugas akhir agar dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun yang dimaksud dengan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang dimaksud untuk memberikan pengalaman praktis dilapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para Dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Maka dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, akan memberi lebih banyak tentang prosedur penyitaan Objek Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul Tata Cara Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Objek Sita Pajak Oleh Jurusita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi tujuan dalam melaksanakan PKLM ini adalah : 1.1 Untuk mengetahui bagaimana prosedur penyitaan oleh Jurusita Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 1.2 Untuk dapat mengetahui kendala kendala yang dihadapi oleh Jurusita Pajak serta mencari solusi dalam mengatasi kendala-kendala tersebut. 1.3 Untuk mengetahui hak dan Kewajiban Wajib Pajak pada saat dilakukan penyitaan. 1.4 Untuk mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini sangat berfungsi bagi semua pihak, diantaranya adalah : 2.1 Bagi mahasiswa a. Dapat meningkatkan dan memperluas wawasan serta pengembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di bidang perpajakan umumnya dan penyitaan khususnya. b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan bahkan untuk mampu malahirkan dan menyalurkan kebijakan-kebijakan aspiratif yang nantinya dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya. c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, belajar keahlian kerja.

d. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan melalui PKLM. 2.2 Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Dapat meningkatkan interaksi dan hubungan kerja sama antara pihak Universitas dan pihak-pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama. b. Memberikan tes uji coba dunia kerja yang nyata bagi para lulusan Universitas. c. Menambah aplikasi yang nyata bagi kurikulum. d. Untuk mempromosikan mahasiswa yang terampil dan berkualitas. 2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia a. Memberikan masukan berupa ide, saran dan gagasan bagi perguruan tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan. b. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan USU. c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui mahasiswa peserta PKLM yang akhirnya akan mengabdikan ilmu Perpajakan kepada masyarakat. C. Uraian Teoritis Menurut Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan

untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2(dua) kali 24(dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2(dua) orang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajak /wajib pajak tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan wajib pajak /penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang paling mendasar adalah hal pembahasan untuk lebih mengetahui tentang : 1. Ketentuan secara luas tentang penagihan pajak. 2. Prosedur penagihan pajak melalui surat Teguran.

3. Prosedur penagihan pajak melalui penerbitan dan pemberitahuan surat Paksa. 4. Ketentuan penagihan seketika dan sekaligus. 5. Prosedur penagihan terhadap Objek Sita Wajib Pajak atau atau Penanggung pajak yang terdafar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak saat dilakukan penyitaan. 7. Penyebab Wajib Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. 8. Kendala-kendala yang dihadapi Jurusita Pajak dalam melakukan penyitaan serta mencari solusi pemecahannya. 9. Memperoleh data tahun terakhir Laporan Kegiatan Penagihan yang disertai lampiran Rencana Kerja Operasional & Rencana Bulanan Seksi Penagihan Dan Penyitaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam pelaksanan praktik Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Hal ini dengan persetujuan dan pengesahan pelaksanan PKLM baik dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan dari pihak Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Polonia sebagai lokasi PKLM, hingga tahap konsultasi dengan Dosen Pembimbing. 2. Studi Literatur Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku-buku perpajakan, Majalah Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan. 3. Observasi Lapangan Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek PKLM untuk mengetahui Tata cara Pelaksanaan Penyitaan. Mempelajari laporanlaporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 4. Pengumpulan Data Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan antara lain : a. Data Primer, yaitu data yang dipeloleh langsung dari tempat objek PKLM. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi literatur. Serta data lain yang mendukung penyusunan laporan PKLM ini. 5. Analisa dan evaluasi Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu, menanyakan atau mendiskusikan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan PKLM, terhadap beberapa cara untuk pengumpulan data yaitu : 1. Wawancara (interview) Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung dengan Key Informan pada Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengenai hal- hal yang menjadi objek pembahasan dengan menggunakan alat Guide Interview ( Daftar Wawancara ). 2. Observasi dan Pengamatan Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah. 3. Daftar dokumentasi Dengan cara mengumpulkan buku-buku Perpajakan, Majalah Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dan data-data yang berhubungan dengan objek pembahasan. G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi maksud dalam membuat sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan, dan penulisan laporan PKLM. Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5(lima) bab dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci. Yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN Didalam bab ini penulisan menguraikan tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data PKLM, dan sistematika penulisan PKLM. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM Penulis menjelaskan gambaran umum objek dan lokasi PKLM, sejarah singkat, serta struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. BAB III : GAMBARAN DATA PKLM Dalam bab ini penulis membahas tentang Ketentuan Umum Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan, defenisi penyitaan, objek dan subjek penyitaan, pelaksanaan penyitaan pajak. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan mengenai tata cara penyitaan oleh Jurusita Pajak, kendala yang diadapi oleh Jurusita, hak dan kewajiban Penanggung Pajak pada saat dilaksanakan penyitaan, penyebab Wajib Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksaan Sita, serta cara penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penyitaan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari seluruh pembahasan bab-bab sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang sangat perlu dari penulis.