BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Batak Toba. Tanah bagi masyarakat Batak Toba selain memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya.tanah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. (nilai religio-magis tanah) dan nilai sosial. Hubungan tanah dengan manusia

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

BAB I PENDAHULUAN. fungsi: fungsi produksi dan fungsi non produksi. Fungsi produksi diartikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya yang bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibat dari pertemuan antar etnik ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai nilai dan fungsi yang sangat penting bagi manusia. Tanpa tanah manusia tidak dapat hidup dan mendirikan bangunan serta melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tanah merupakan modal yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Pada dasarnya tanah memiliki dua (2) fungsi. Yang pertama tanah sebagai fungsi produksi yang artinya tanah sebagai benda yang bernilai ekonomis dan yang kedua sebagai fungsi non produksi yang artinya tanah memiliki arti religio-magis. Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda terkait fungsi tanah. di sebahagian masyarakat, misalnya Papua, tanah memiliki empat (4) fungsi yakni fungsi ekonomi, budaya, religius dan politik. Hal yang demikian juga terjadi pada masyarakat Batak Toba. Tanah bagi masyarakat Batak Toba selain memiliki fungsi ekonomi, tanah juga memiliki fungsi budaya, religius dan politik. Setiap masyarakat memiliki pandangan hidup (view of life). Pandangan hidup (view of life) menjadi dasar bagi terbentuknya falsafah hidup ditengahtengah komunitas masyarakat tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Batak Toba. Bagi masyarakat Batak Toba falsafah hidup (view of life) dikenal dengan istilah 3 H yakni Hamoraon, Hasangapon, dan Hagabeon. Alasannya, dengan memiliki tanah yang luas maka seseorang dapat dikatakan mora ( kaya). Dengan memiliki tanah yang luas (Hamoraon) maka seorang individu akan dianggap 1

memiliki kekuasaannya. Dengan Hamoraon yakni memiliki tanah yang luas, seorang individu akan memiliki wewenang yang lebih besar daripada individu yang tidak memiliki tanah yang luas dan secara langsung akan mampu menaikan status di dalam komunitasnya maupun masyarakat. Pada masyarakat Batak Toba selain sebagai lambang Hamoraon, tanah juga dianggap sebagai lambang kerajaan dan kekayaan. Pada sistem nilai Batak Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan kerajaan ( Purba : 1997). Bagi masyarakat Batak Toba, tanah terutama tanah warisan dianggap sebagai wujud dari tubuh nenek moyang mereka yang senantiasa harus dijaga dan dipertahankan. Para orang tua selalu berusaha menekankan kepada anak-anaknya agar satu di antara mereka ada yang kembali ke tanah kelahirannya (Bona Pasogit). Banyak para orangtua berpesan kepada anak-anaknya jika nantinya mereka meninggal dunia maka jenazahnya harus dikuburkan di tanah asalnya (tanah kelahirannya). Jika tidak memungkinkan untuk berbuat demikian paling tidak tulang-belulang (Holi-holi) harus di bawa dan di kembalikan ke tanah kelahirannya. Oleh karena itu hampir setiap marga (keturunan) mempunyai kuburan (simin) di tanah kelahiran (Bona Pasogit) yang merupakan lambang harajaon bagi marga mereka. Setiap marga mempunyai tanah (daerah) masing-masing sesuai dengan marga yang melekat pada diri mereka. Marga Simarmata memiliki tanah (daerah) di Desa Simarmata, marga Sihotang memiliki tanah (daerah) di Desa Sihotang, marga Tambunan memiliki tanah (daerah) di Desa Tambunan. Jika demikian 2

maka setiap marga mempunyai tanah yang menjadi simbol dari marga yang melekat pada dirinya. Tanah pada paparan ini menunjukan kawasan suatu marga yang secara politik merupakan basis dari kelompoknya yang memungkinkan marga tersebut memiliki relasi-relasi dan melakukan kontak sosial dengan kerabat-kerabatnya. Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok sebahagian besar merupakan golat ( tanah yang dimiliki suatu turunan marga secara turun-temurun, batas tanah pusaka) yang dimiliki oleh marga sinaga (dari rumpun marga sinaga uruk) secara adat dan turun-temurun. Kepemilikan tanah dan pengelolahan tanah golat tersebut disesuaikan dengan hukum adat istiadat yang berlaku didaerah itu dan tentunya dilakukan oleh marga pemilik golat yakni marga sinaga. Adanya pengakuan hak atas tanah golat oleh marga sinaga asing (rumpun sinaga Simanjorang) dianggap sebagai sebuah penghinaan atas keberadaan dan harga diri marga sinaga uruk yang merupakan pemilik tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok. Sebagai bagian dari masyarakat Batak yang menjunjung tinggi prinsip hasangapon (kehormatan), pengakuan tersebut dianggap sebagai bentuk tindakan yang tidak menghormati keberadaan marga sinaga (sinaga uruk) di huta itu. Oleh karena itu, konflik terjadi sebagai bentuk perlawanan atas sikap marga sinaga Simanjorang yang melakukan pengklaiman atas hak tanah golat di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok. Beragamnya fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba mengakibatkan tanah dianggap sebagai benda yang sangat bernilai bagi kehidupannya. Adanya penghargaan terhadap nilai tanah membuat individu-invidu dalam masyarakat 3

Batak Toba berlomba untuk memiliki tanah, tujuannya adalah untuk menunjukan kekuasaan dan kehormatan (hasangapon) serta menunjukan kekayaan (hamoraon) yang secara langsung akan ikut menunjukan status si individu pemilik tanah tersebut. Keinginan untuk memiliki tanah yang luas membuat individu-individu dalam masyarakat Batak Toba melakukan berbagai cara agar mereka memiliki tanah yang luas. Peraturan-peraturan dan norma-norma serta adat istiadat yang mengatur tentang tanah sering diabaikan asalkan keinginan mereka untuk memiliki tanah yang luas dapat tercapai. Pengabaian terhadap peraturanperaturan, norma-norma serta adat istiadat menyebabkan terjadinya konflik tanah pada masyarakat Batak Toba. Sebagai masyarakat yang hidupnya diatur oleh adat (Simanjuntak : 2009), masyarakat Batak Toba senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan normanorma adat yang berlaku dalam setiap kehidupannya. Orang yang tidak mengindahkan dan mengabaikan adat akan mendapat sanksi adat. Begitu juga kaitannya dengan Tanah, masyarakat Batak Toba selalu memaknai arti dan fungsi tanah sesuai dengan adat dan istiadat mereka. Kepemilikan hak atas tanah termasuk didalamnya tanah warisan harus disesuaikan dengan konsep dan aturan adat. Jika tidak, maka akan dapat menimbulkan konflik. Konflik merupakan suatu hal yang wajar dalam dinamika kehidupan manusia. Konflik sering terjadi dan dialami oleh manusia. Tidak ada manusia yang menjalani dinamika kehidupan tanpa mengalami konflik. Begitu juga dengan orang Batak Toba. Orang batak Toba merupakan orang yang sangat gemar 4

berkonflik. Dikalangan orang batak sudah sejak lama terjadi konflik (Panggabean dalam Simanjuntak 2009). Konflik yang terjadi umumnya konflik yang disebabkan oleh timbulnya sakit hati sesama penduduk, perbedaan pandangan dalam proses pelaksanaan adat dan karena perebutan harta warisan (Simanjuntak : 2009). Saat ini banyak terjadi konflik dalam masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kepemilikan tanah. Seperti kasus antara masyarakat Balige dengan PT. Indorayon (Simanjuntak : 2010). Selain itu peneliti juga sering membaca di media cetak banyak terjadi konflik tanah di masyarakat Batak Toba yang justru terjadi antara orang-orang yang masih berkerabat dekat. Karena besarnya nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba, Seseorang akan berusaha menjaga dan mempertahankan tanahnya (tanah warisan) walaupun sampai mengorbankan nyawanya sendiri. Adanya nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba dan beragamnya fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba itu sendiri, ditambah lagi dengan perbedaan konsepsi adat-istiadat tentang tanah akan menimbulkan berbagai pertentangan dan pada akhirnya akan menimbulkan konflik dikalangan orang Batak Toba. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI DESA SIGAOL LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR) serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik tanah tersebut 5

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat identifikasi masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni : 1. Fungsi dan nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba 2. Sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh marga sinaga. 3. Latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok. 4. Fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah yang terjadi di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok. 1.3. Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian, perlu ditentukan rumusan masalah yang akan diteliti, guna untuk membuat penelitian tersebut lebih jelas dan terarah tujuannya. Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba? 2. Bagaimana sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh marga sinaga? 6

3. Apa latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga pada di desa Sigaol Lumban Suhi-Suhi Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir? 4. Apakah fungsi tanah ada kaitannya dengan terjadinya konflik tanah? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun yang tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba. 2. Untuk mengetahui sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh marga Sinaga. 3. Untuk mengetahui latarbelakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok ( Lumban Suhi-Suhi Dolok) Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 4. Untuk mengetahui adakah kaitan fungsi tanah sehingga menjadi penyebab terjadinya konflik tanah. 1.5. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi akademik, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan dan tambahan serta rujukan bagi ilmu Antropologi Sosial khususnya 7

pemahaman tentang konflik tanah dan bagi ilmu-ilmu sosial pada umumnya. 2. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan ilmu tentang fungsi tanah dan konflik tanah. 3. Menambah informasi mengenai fungsi tanah dan hubungannya dengan konflik tanah yang terjadi dalam masyarakat. 4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah tulisan imiah mengenai fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah pada masyarakat Batak Toba. 8