BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati
|
|
- Iwan Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ekspressi perasaan, pikiran dan pergumulan manusia yang terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati manusia itu sendiri. Salah satu sifat atau karakteristik sastra adalah sifat universal yang mempunyai hakikat dan fungsi. Salah satu hakikat sastra adalah bahwa sastra dapat menyadarkan manusia itu akan keberadaannya sendiri, memampukan manusia untuk mengerti tujuan dan konsep serta pandangan hidupnya. Menurut Junus (1987:75), karya sastra merupakan bentuk kreasi yang bersifat imajinatif dan estetis. Karya sastra dapat menyatu ke dalam kehidupan manusia, karena sifatnya yang imajinatif tersebut, karya sastra dapat membawa manusia ke dalam suatu dunia yang bebas yaitu sebuah dunia yang sudah dikenal manusia namun merupakan dunia yang asing baginya. Sifat-sifat sastra yang universal, imajinatif dan estetis itu mampu memperkaya batin manusia yang dan kemudian mampu memperluas pandangannya atas dunia dan keberadaannya di dunia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan kesadaran yang dimilikinya. Hal ini menjadikan sastra dapat berfungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan dan menjadi sumber nilai suatu komunitas bahkan suatu bangsa yang selanjutnya akan memperkaya budaya bangsa tersebut. Dalam perjalanan sejarah kesastraan Indonesia, ada masa di mana cerita rakyat mengalami alienasi atau keterpinggiran dan digolongkan sebagai bacaan anakanak. Pada tahun 1950-an cerita rakyat terbit dalam bentuk buku tipis dengan penuh gambar dan huruf-huruf besar. Di dalam daftar buku IKAPI tahun 1978 cerita rakyat
2 digolongkan pada bacaan anak-anak (Junus, 1989:78). Di dalam daftar pustaka Balai Pustaka cerita rakyat diletakkan di bawah judul Bacaan Anak-Anak. Salah satunya dilakukan oleh Farizal Nasution yang mengubah cerita Tunggal Panaluan menjadi cerita anak-anak yang jalan ceritanya jauh berbeda dari cerita asli (Bina Perintis, 2004). Menurut Junus (1989:79) kesalahan ini tidak bisa ditimpakan kepada sistem secara keseluruhan karena mungkin saja hal ini terjadi karena cerita rakyat mengandung pendidikan. Namun, anggapan ini akan mengakibatkan persoalan yang serius, karena dunia cerita rakyat Indonesia akan kehilangan nilai-nilai yang berharga yang terdapat pada cerita rakyat tersebut, seperti nilai-nilai filosofis yang diciptakan nenek moyang bangsa Indonesia di zaman dulu. Banyak nilai filosofis akan hilang, dan kemungkinan yang akan tertinggal hanyalah nilai moral yang hanya mungkin diartikan sesuai dengan nilai moral yang diberikan kepadanya, dan penafsiran yang lain sama sekali ditiadakan atau ditutup-tutupi. Sering tidak disadari bahwa banyak hal yang bisa diinterpretasikan dari cerita rakyat, namun karena tidak pernah dicoba menganalisis hal-hal tersebut, sehingga muncul anggapan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan. Hal ini juga dinyatakan Sitor Situmorang dalam bukunya Mitos dari Lembah Kekal (2009:37), dalam menanggapi sikap masyarakat terhadap cerita yang diturunkan dari zaman dahulu, Kelihatan betul pikiran pikiran yang ingin menggantikan apa yang dahulu dilahirkan untuk kita sebagai cerita. Kehidupan manusia dan hubungan antar manusia dalam suatu komunitas dikuasai mitos sehingga dapat dikatakan bahwa sikap manusia terhadap sesuatu hal sering ditentukan oleh mitos yang ada dalam dirinya. Menurut Umar Junus (1981:73) mitos terbentuk melalui anggapan yang didasarkan pada observasi yang tidak teliti atau rinci, yang dalam tahapan selanjutnya
3 digeneralisasikan. Akhirnya dapat dilihat bahwa mitos berkembang dalam suatu komunitas dalam bentuk gunjingan. Perkembangan selanjutnya adalah adanya usaha membuktikan dalam tindakan nyata atau dikonkritkan melalui karya sastra. Dari sini dapat dilihat bahwa karya sastra dapat bertugas atau berfungsi membentuk mitos. Mitos-mitos ini akan mentradisi, namun akan selalu muncul mitos baru. Suatu karya sastra, terutama dalam hal ini cerita, adalah suatu mitos. Namun menurut Umar Junus, (1981:85), Sedominan apapun suatu mitos ia akan selalu didampingi oleh mitos lain di dalam satu komunitas yang sudah terbuka. Mitos menjadi sangat mutlak di dalam satu masyarakat yang benar-benar tertutup. Secara umum karya sastra dari masa lampau diberi citra yang negatif karena tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena karya sastra dari masa lampau sering dipertentangkan dengan karya sastra dari masa sekarang yang dianggap modern dan masuk akal karena rasional dan faktual. Karya dari masa lampau sering tidak dipercayai dan disepelekan karena penuh dengan hal-hal yang tidak masuk diakal. Lebih dari itu karena tidak mempunyai korelasi lagi dengan hal yang rasional dari pengertian masa sekarang. Hal ini dapat dilihat pada istilah yang diberi untuk menamai karya sastra dari masa lampau seperti mitologi, legenda atau secara lebih luas lagi yakni mitos. Secara luas mitos berarti sesuatu yang tidak benar. Namun satu hal harus diingat yaitu boleh jadi sastra dari masa lampau menjadi sesuatu yang tidak diyakini atau dipercaya namun dia tetap merupakan awal atau asal dari sastra yang dikenal pada masa sekarang.
4 Mengenai mitos dalam cerita rakyat Batak Toba, Sitor Situmorang (2009:38) memberi pengertian yaitu:...yang didukung oleh suatu kelompok masyarakat bangsa Batak. Sastra lama boleh jadi diabaikan, tidak dipedulikan atau dipercaya lagi oleh masyarakat masa kini. Hal ini bukan berarti sastra lama tersebut merupakan sesuatu yang tidak dipercayai masyarakat masa lalu di mana cerita itu lahir. Lebih dari itu bagi masyarakat lama hal itu menjadi sesuatu yang nyata dan diyakini seperti dikatakan oleh Harmon (1999:334) : Myth in its traditional sense is an anonymous, nonliterary, essentially religious formulation of the cosmic view of the people who approach its formulation not as representation of truth but as truth itself (Mitos dalam pengertian tradisional adalah suatu formulasi keyakinan akan pemahaman kosmis yang sangat penting dan tidak bersifat sastra dari masyarakat yang memaknai formulasi itu bukan sebagai representasi kebenaran, tetapi adalah kebenaran itu sendiri). Dalam bukunya yang berjudul Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra (2012:77), Ahimsa Putra mengatakan bahwa:...mitos dalam konteks strukturalisme Levi-Strauss adalah dongeng (2012:77).. Masyarakat Batak Toba memiliki banyak cerita rakyat yang disampaikan secara turun-temurun. Yang menarik perhatian adalah, hubungan terlarang atau perkawinan sumbang menjadi topik utama dalam banyak cerita rakyat Batak Toba yang perlu diteliti lebih lanjut ( Sangti,1977:382). Menurut Ahimsa Putra (2012:79 ) setiap dongeng adalah produk imajinasi manusia, produk nalar manusia, maka kemiripan yang terdapat pada berbagai macam dongeng itu merupakan hasil dari mekanisme yang ada dalam pemikiran manusia itu sendiri.
5 Di dalam beberapa cerita rakyat seperti legenda Tangkuban Perahu, perkawinan sumbang yang terjadi adalah antara ibu dan anak laki-lakinya. Demikian juga dalam drama Yunani klasik Oedipus Rex. Sejauh yang dapat diamati di dalam cerita Batak, perkawinan sumbang yang terjadi adalah antara anak perempuan dan saudara laki-lakinya. Hal ini sangat menarik perhatian untuk diteliti lebih jauh lagi. Harahap dan Siahaan (1987:62) dalam buku Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak mengatakan tentang dongeng :... salah satu cara yang biasa di dalam membenarkan keyakinan mereka (masyarakat tradisional) terletak di dalam cerita-cerita tentang bagaimana terbinanya aliran-aliran itu, penentuan pola.... Endarswara ( 2009:239) dalam bukunya Metode Penelitian Folklore mengatakan:... bahwa lewat mitos manusia membentuk ilusi untuk dirinya bahwa segala sesuatu itu logis dan mitos merupakan sebuah dongeng yang di dalamnya apa saja boleh terjadi. Cremers (dalam Endaswara 2009:119) mengatakan bahwa mitos adalah cerita berbentuk simbolik yang berkisah tentang peristiwa nyata dan imajiner mengenai asal usul, perubahan-perubahan alam raya, manusia dan masyarakat Lebih jauh Endarswara (2009:121) mengatakan sesuai dengan teori Levi-Strauss bahwa dalam mitos terkandung berbagai macam pesan, yang baru dapat dipahami jika kita telah mengetahui struktur dan makna berbagai elemen yang ada di dalam mitos tersebut. Dundes dalam bukunya The Study of Folklor (1965;33) mengatakan bahwa myth atau mitos adalah cerita rakyat. Pengertian perkawinan sumbang di kalangan masyarakat Batak lebih luas daripada sekadar hubungan intim antara pribadi yang sedarah. Dua saudara, abang adik yang mengawini dua perempuan kakak beradik dianggap sumbang dan tidak
6 dikehendaki secara umum. Perkawinan seperti ini disebut dua saparihotan (Razali Kasim, 2000:37). Demikian juga perkawinan laki-laki perempuan dari marga yang sama dianggap perkawinan sumbang juga (Vergowen 1964: ). Dalam satu dekade terakhir, muncul kerancuan dalam tatanan masyarakat Batak. Perkembangan teknologi, modernisasi, pengaruh kebudayaan dari luar yang demikian bebas membawa pengaruh yang memunculkan pendapat kontroversial mengenai tatanan masyarakat yang sudah dipegang masyarakat Batak selama berabadabad, yaitu apakah masih perlu mengikuti adat istiadat yang sudah lama menjadi pedoman masyarakat dalam kehidupan sosial yang salah satunya adalah kekerabatan. Apakah hubungan-hubungan yang di atas yang dianggap perkawinan sumbang, seperti perkawinan yang disebut dua saparihotan demikian juga perkawinan semarga harus tetap dianggap perkawinan sumbang. Apa yang terjadi sekarang bukan lagi hanya mempertanyakan, tetapi sudah terjadi, yang mengakibatkan timbulnya persoalan di dalam kehidupan bermasyarakat orang Batak. Perkawinan sumbang tidak hanya mengakibatkan konflik sosial, tetapi menciptakan juga konflik psikologis dari pihak yang melakukannya, sehingga mereka berusaha menyembunyikan identitasnya. Perkawinan sumbang merupakan sesuatu yag sangat tidak lazim dalam masyarakat Batak. Dalam suatu perkenalan, hal yang pertama ditanyakan adalah hal di sekitar keturunan atau kekerabatan, seperti marga yang bersangkutan, marga istri, siapa orang tua, keturunan keberapa dari nenek moyang, dan sebagainya. Sebagai akibatnya mereka yang terlibat perkawinan sumbang bukan hanya menyembunyikan identitas atau menciptakan kebohongan, tetapi hal yang lebih jauh adalah menjauhkan atau memisahkan diri dari masyarakat Batak karena kuatir akan
7 mengalami penolakan. Hal yang lebih tragis adalah pengingkaran, dimana yang bersangkutan tidak mengakui dirinya sebagai orang Batak. Jika mitos merupakan pesan dan mitos adalah kebenaran itu sendiri, sudah dapat dipastikan bahwa mitos akan dapat menjawab persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat ketika nilai-nilai tradisional di hadapkan dengan pemikiran yang merupakan hasil perkembangan pemikiran modern yang merupakan perkembangan yang sangat cepat dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Adat istiadat masyarakat Batak Toba yang dilandasi Dalihan Natolu bukan hanya mewarnai, tetapi menjadi dasar relasi-relasi dalam masyarakat Batak Toba. Perkawinan, kekerabatan dan lain-lain dijalin berdasarkan pada sistem Dalihan Na Tolu. Di dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia jilid 2 yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011:128) dikatakan bahwa mitos,...tidak hanya mengenang peristiwa masa lalu, tetapi juga mengajak kita untuk menghargai dan menyikapi keadaan masa kini dan masa yang akan datang Mengenai mitos Sultan Takdi Alisyabana (1982:18) dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat Dari Segi Nilai-Nilai mengatakan, Sering pengetahuan itu tersimpul dalam mitos kejadian bumi, di dalam riwayat nenek moyang... Pandangan-pandangan ini melatarbelakangi pembahasan struktur, makna dan fungsi dari mitos sumbang dalam cerita rakyat Batak Toba.
8 1.2 Perumusan Masalah Dongeng yang merupakan bahagian dari cerita rakyat merupakan hasil imaginasi manusia yang memperoleh kebebasan berpikir dan berhayal. Dongeng merupakan gambaran proses pemikiran manusia dan produk nalar manusia. Sering sekali dongeng tidak masuk akal manusia namun tidak dapat dipungkiri, unsur-unsur dongeng selalu berasal dari kehidupan sehari-hari. Sering sekali terdapat kemiripan dongeng satu dengan yang lain. Seperti diterangkan diatas dalam cerita rakyat Batak Toba, jumlah dongeng yang berkisah tentang perkawinan sumbang sangat menonjol. Sehingga masalah dalam penelitian ini dibatasi pada wacana mitos perkawinan sumbang (perkawinan sedarah) dalam cerita rakyat Batak Toba, yakni mekanisme pemikiran apa yang terdapat dalam mitos perkawinan sumbang pada cerita rakyat Batak Toba yang dapat ditelusuri dengan menemukan struktur, makna dan fungsi mitos perkawinan sumbang. Formulasi permasalahan adalah : 1. Bagaimanakah struktur mitos perkawinan sumbang dalam cerita Batak Toba. 2. Bagaimanakah makna dan fungsi mitos perkawinan sumbang dalam cerita rakyat Batak Toba 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan dan secara eksploratif mengungkap hubungan mitos sumbang dalam cerita Batak Toba dengan mekanisme nalar, keyakinan dan adat istiadat masyarakat tersebut dengan: 1. Mendeskripsikan struktur mitos perkawinan sumbang dalam cerita Batak Toba
9 2. Secara eksploratif mengungkapkan makna dan fungsi mitos perkawinan sumbang dalam cerita rakyat Batak Toba dengan mekanisme nalar, keyakinan dan adat istiadat masyarakat Batak Toba 1.4 Manfaat Penelitian Ada dua jenis manfaat penelitian, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini dapat memperluas wawasan kajian sastra yaitu studi mitos, bagaimana mitos dapat dihubungkan dengan fakta sosial yang ada. Selain memperluas wawasan kajian sastra, penelitian ini juga diharapkan memperluas wawasan penelitian interdisiplin karena kajian ini menjangkau hal tersebut secara teoretis. Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan penelitian cerita rakyat dari berbagai etnik di seluruh Indonesia Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra lama Indonesia. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa penelitian ini didasarkan pada hal-hal yang faktual. 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan pencerahan kepada m asyarakat pembaca sastra mengenai hubungan sastra dan keyakinan masyarakat sehingga karya sastra lama tidak dianggap lagi sebagai karya sastra yang tidak masuk diakal.
10 2. Memberi pengetahuan kepada pembaca cara memahami mitos khususnya mitos sumbang dalam cerita rakyat Batak Toba. 3. Penelitian ini akan membuka dimensi baru dalam pemahaman budaya secara umum dan secara khusus pemahaman budaya Batak Toba terutama sistem kekerabatan
BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran
BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan
Lebih terperinciNILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI
NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang menjadikannya sebagai suatau tradisi dalam kelompok masyarakat.sastra lisan hadir sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM. A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude
70 BAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss Penggunaan garam dalam tradisi yasinan merupakan prosesi atau cara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses keberlangsungan pendidikan akhlak disejumlah daerah pada setiap keluarga Batak Toba Islam secara subtansial dapat dikatakan berasal dari pesan ajaran Islam serta pesan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak sebagai salah satu golongan ethnis di Sumatera sejak dahulu sampai kini menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampaknya moderenisasi yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. bahwa dongeng adalah hasil mekanisme bekerjanya human mind
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Levi Strauss, seorang antropolog berkebangsaan Prancis menganggap bahwa dongeng adalah hasil mekanisme bekerjanya human mind atau nalar manusia. Pendapat ini, didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Lebih terperinciBAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception
88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia meupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan Indonesia juga merpakan Negara yang multikultural yang masih menjunjung tinggi nilainilai pancasila. Terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Mianggas hingga Pulau Rote. Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami perkembangan. Karena itu, agar keberadaan karya sastra dan pengajarannya tetap tegak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Contoh dari keanekaragaman tersebut adalah keanekaragaman adat istiadat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Werren dan Wellek, 2014:3). Sastra bisa dikatakan sebagai karya seni yang bersifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya
Lebih terperinci