BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Crane Hoist (Tampak Atas)

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

INVERTER MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDA. BERBASIS dspic 30F4012

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III RANCANGAN DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

BAB III PERANCANGAN ALAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

INVERTER DUA FASA SEBAGAI PENGENDALI. MOTOR HYSTERISIS BERBASIS dspic33fj16gs502 TUGAS AKHIR

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler

Bab 2. Landasan Teori

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

MOTOR SINKRON 3 FASA SEDERHANA DENGAN 2 KUTUB ROTOR BERBASIS DIGITAL

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

Aktuator digunakan untuk mengerakkan mekanik pada robot. Slides from Braunl and Jussi Suomela

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Blok Diagram adalah alur kerja sistem secara sederhana yang

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

Bab VI. Motor Stepper

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC MELALUI DETEKSI PUTARAN ROTOR DENGAN MIKROKONTROLLER dspic30f4012

BAB III PERANCANGAN ALAT

PEMBUATAN APLIKASI TRACKING ANTENA BERBASIS KANAL TV. Kampus ITS, Surabaya

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

Motor Stepper. Nuryono S.W.,S.T.,M.Eng. Sistem Berbasis Mikroprosesor 1

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

KENDALI MICRO STEPPING PADA MOTOR STEPPER BERBASIS MIKROKONTROLLER dspic30f4012

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

Disusun NIM JURUSAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

PENGONTROL ROBOT. Dosen : Dwisnanto Putro, S.T, M.Eng. Published By Stefanikha69

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

Transkripsi:

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3. 1. Pendahuluan Pada tugas akhir ini dibahas mengenai pengendalian motor stepper yang kemudian diaplikasikan pada model crane. Motor stepper dikendalikan dengan menggunakan L298 driver motor yang merupakan rangkaian inverter dan dikontrol dengan mikrokontroler dspic30f6014a. Dengan mengendalikan pulsa-pulsa digital secara sekuensial, maka akan didapat putaran motor yang diinginkan. Sehingga sistem yang akan dibuat seperti pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram Blok Hardware Pada Gambar 3.1 menjelaskan catu daya digunakan untuk mensuplai tegangan ke mikrokontroler dan L298 driver motor. Konfigurasi pensaklaran yang telah tersimpan pada mikrokontroler akan menyampaikan informasi pada L298 Driver Motor untuk mengatur saklar mana yang on atau off, sehingga motor stepper dapat berputar sesuai dengan konfigurasi pensaklaran yang telah dibuat. Setelah motor sudah beroperasi dengan baik, motor tersebut diimplementasikan pada 22

konstruksi model crane yang digunakan untuk mengangkat dan atau memindahkan barang ke lokasi yang telah ditentukan secara otomatis. 3.2. Motor Stepper Hybrid Bipolar 2 Fasa Stator dan rotor merupakan bagian utama yang terdapat pada konstruksi motor stepper. Pada tugas akhir ini motor stepper yang digunakan adalah motor stepper jenis hybrid bipolar 2 fasa. Berikut merupakan konstruksi motor yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan spesifikasi motor yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. Gambar 3.2. Konstruksi Motor Stepper Hybrid Tabel 3.1. Parameter Spesifikasi Motor Stepper Jumlah Lilitan Stator 8 Jumlah Gigi Stator 48 Jumlah Gigi Rotor Sudut Per Step 1.8 Sudut Poros 1.35 Jumlah Fasa 2 fasa Rating Tegangan 12 V Rating Arus 2 A Keterangan 50 gigi kutub utara 50 gigi kutub selatan 23

3.2.1. Stator Motor Stepper Stator merupakan bagian pada motor berupa lilitan yang tidak bergerak. Terdapat delapan buah lilitan stator di mana masing-masing lilitan melingkar pada inti besi. Empat buah lilitan stator dihubung seri, demikian juga dengan empat lilitan stator lainnya juga dihubung seri, sehingga ada empat kabel keluaran. Dengan demikian motor tersebut memiliki jumlah fasa sebanyak dua fasa. Pada setiap lilitan stator terdapat enam buah gigi stator, sehingga jumlah gigi pada stator terdapat 48 buah. Gambar 3.3 menunjukkan konstruksi stator pada motor. Gambar 3.3. Stator Motor Stepper Hybrid 3.2.2. Rotor Motor Stepper Rotor merupakan bagian pada motor yang berputar. Karena jenis motor yang digunakan adalah motor stepper hybrid, maka rotornya terbuat dari bahan magnet permanen. Pada rotor terdapat dua kutub yang berlawanan yaitu utara dan selatan. Dengan menggunakan rotor yang terbuat dari magnet permanen, maka torka yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan rotor terbuat dari besi lunak. 24

Gambar 3.4 merupakan bentuk rotor yang terdapat pada motor stepper hybrid 2 fasa. Gambar 3.4. Rotor Motor Stepper Hybrid (a) Sisi Samping (b) Sisi Atas 3.3. Rangkaian Driver Motor Rangkaian driver motor merupakan rangkaian penghubung antara kontroler dengan sistem penggerak yaitu motor stepper hybrid. Driver ini prinsip kerjanya untuk mengendalikan TTL sesuai dengan perintah dari kontroler apakah TTL harus on atau off. Gambar 3.5. Rangkaian L298 Driver Motor 25

Pada Gambar 3.5 dapat dilihat bahwa rangkaian tersebut merupakan rangkaian inverter 1 fasa. IC L298 sendiri terdapat dua rangkaian iverter 1 fasa, sehingga pada L298 driver motor terdapat empat pin output untuk motor. Output dari mikrokontroler dspic30f6014a dihubungkan ke bagian input IC L298. Ketika logika pemrograman dijalankan, maka akan mengatur pensaklaran pada driver tersebut sehingga motor stepper dapat beroperasi. Logika 1 untuk mengaktifkan saklar, sedangkan logika 0 maka saklar non aktif. Gambar 3.6 merupakan dua rangkaian inverter 1 fasa yang digunakan untuk mengendalikan motor stepper. Gambar 3.6. Dua Rangkaian Inverter 1 Fasa 3.4. Rangkaian Kontrol Kontrol yang digunakan merupakan kontrol digital dengan menggunakan mikrokontroler dspic30f6014a. Dalam sistem minimum, IC dspic30f6014a 26

dihubungkan dengan kristal 10 MHz yang berfungsi sebagai oscillator. Program dibuat dengan menggunakan software mikroc PRO for dspic dimana bahasa pemrogramannya menggunakan bahasa C. Gambar 3.7. Skema Sistem Minimum dspic30f6014a Gambar 3.7 merupakan rangkaian yang dibuat untuk mengendalikan satu motor stepper dengan beberapa metode. Metode yang digunakan yaitu metode full step, half step, micro step ¼, micro step 1 /8, dan micro step 1 /16. Pengendalian ini dilakukan untuk menentukan posisi rotor pada sudut terterntu. Teknik ini juga menentukan berapa jumlah step yang dilakukan untuk menempuh satu putaran penuh. 3.4.1. Full Step Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Namun dikarenakan besar sudut per stepnya besar, maka torka yang dihasilkan rendah, dan dikarenakan 27

kecepatannya yang tinggi, memungkinkan terjadinya pergeseran pada saat pergantian step, sehingga dapat dikatakan pengaturan posisi kurang presisi. Pada metode full step, untuk mendapatkan satu putaran penuh maka diperlukan empat step. Sehingga satu stepnya akan berputar 90. Maka program akan dibuat berdasarkan dari konfigurasi pensaklaran yang telah dirancang. Tabel 3.2. Pensaklaran Full Step Step Input 1 Input 2 Input 3 Input 4 1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 3 0 0 1 0 4 1 0 0 0 3.4.2. Half Step Pengendalian motor stepper dengan metode half step dibutuhkan delapan step untuk mendapatkan satu putaran penuh. Besar sudut yang dibutuhkan untuk setiap stepnya adalah setengah kali dari besar sudut pada metode full step, sehingga besar sudutnya yaitu 45 untuk setiap step. Metode ini menghasilkan torka yang lebih tinggi dibanding metode full step. Konfigurasi pensaklaran untuk mendapatkan putaran half step ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pensaklaran Half Step Step Input 1 Input 2 Input 3 Input 4 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 3 0 1 0 0 4 0 1 1 0 5 0 0 1 0 6 1 0 1 0 7 1 0 0 0 8 1 0 0 1 28

3.4.3. Micro Step ¼ Metode ini memiliki besar sudut yang lebih kecil dibanding metode sebelum-sebelumnya. Metode ini memiliki besar sudut 22.5 per step, sehingga membutuhkan 16 step untuk satu putaran penuh. Torka yang dihasilkan pun lebih tinggi dibanding metode full step dan half step. Selain itu sinyal pensaklarannya membentuk Pulse Width Modulation (PWM). Tabel 3.4. Pensaklaran Micro Step 1 /4 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y 1 0 1 0 2 22.5 0.92 0.38 3 45 0.71 0.71 4 67.5 0.38 0.92 5 90 1 0 6 112.5-0.38 0.92 7 135-0.71 0.71 8 157.5-0.92 0.38 9 180-1 0 10 202.5-0.92-0.38 11 225-0.71-0.71 12 247.5-0.38-0.92 13 270 0-1 14 292.5 0.38-0.92 15 315 0.71-0.71 16 337.5 0.92-0.38 3.4.4. Micro Step 1 /8 Metode ini membutuhkan 32 step untuk menempuh satu putaran penuh dengan besar sudut 11.25 setiap stepnya. PWM yang dihasilkan dari pensaklarannya terlihat lebih rapat. Pada umumnya, kecepatan motor untuk metode ini menurun. Semakin kecil besar sudut setiap stepnya, semakin menurun pula kecepatan motor tersebut. Namun tingkat kepresisiannya untuk mencapai sudut 29

tertentu lebih maksimal. Sehingga tidak terjadi pergeseran pada saat pergantian step ketika motor dibebani. Tabel 3.5. Pensaklaran Micro Step 1 /8 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y 1 0 1 0 2 11.25 0.98 0.19 3 22.5 0.92 0.38 4 33.75 0.83 0.55 5 45 0.71 0.71 6 56.25 0.55 0.83 7 67.5 0.38 0.92 8 78.75 0.19 0.98 9 90 1 0 10 101.25-0.19 0.98 11 112.5-0.38 0.92 12 123.75-0.55 0.83 13 135-0.71 0.71 14 146.25-0.83 0.55 15 157.5-0.92 0.38 16 157.5-0.92 0.19 17 180-1 0 18 191.25-0.98-0.19 19 202.5-0.92-0.38 20 213.75-0.83-0.55 21 225-0.71-0.71 22 236.25-0.55-0.83 23 247.5-0.38-0.92 24 258.75-0.19-0.98 25 270 0-1 26 281.25 0.19-0.98 27 292.5 0.38-0.92 28 303.75 0.55-0.83 29 315 0.71-0.71 30 326.25 0.83-0.55 31 337.5 0.92-0.38 32 348.75 0.98-0.19 30

3.4.5. Micro Step 1 /16 Konfigurasi pensaklaran metode micro step ini dianggap rumit, karena diperlukan pengaturan posisi untuk besar sudut yang lebih kecil, sehingga memerlukan jumlah step yang banyak untuk menempuh satu putaran penuh. Jumlah step yang dibutuhkan sebanyak 64 step dan besar sudut setiap stepnya sebesar 5.625. Tabel 3.6. Pensaklaran Micro Step 1 /16 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y 1 0 1 0 2 5.625 0.99 0.10 3 11.25 0.98 0.19 4 16.875 0.94 0.29 5 22.5 0.92 0.38 6 28.125 0.88 0.47 7 33.75 0.83 0.55 8 39.375 0.77 0.63 9 45 0.71 0.71 10 50.625 0.63 0.77 11 56.25 0.55 0.83 12 61.875 0.47 0.88 13 67.5 0.38 0.92 14 73.125 0.29 0.94 15 78.75 0.19 0.98 16 84.375 0.10 0.99 17 90 1 0 18 95.625-0.10 0.99 19 101.25-0.19 0.98 20 106.875-0.29 0.94 21 112.5-0.38 0.92 22 118.125-0.47 0.88 23 123.75-0.55 0.83 24 129.375-0.63 0.77 25 135-0.71 0.71 26 140.625-0.77 0.63 27 146.25-0.83 0.55 28 151.875-0.88 0.47 29 157.5-0.92 0.38 30 163.125-0.94 0.29 31 157.5-0.98 0.19 31

32 174.375-0.99 0.10 33 180-1 0 34 185.625-0.99-0.10 35 191.25-0.98-0.19 36 196.875-0.94-0.29 37 202.5-0.92-0.38 38 208.125-0.88-0.47 39 213.75-0.83-0.55 40 219.375-0.77-0.63 41 225-0.71-0.71 42 230.625-0.63-0.77 43 236.25-0.55-0.83 44 241.875-0.47-0.88 45 247.5-0.38-0.92 46 253.125-0.29-0.94 47 258.75-0.19-0.98 48 264.375-0.10-0.99 49 270 0-1 50 275.625 0.10-0.99 51 281.25 0.19-0.98 52 286.875 0.29-0.94 53 292.5 0.38-0.92 54 298.125 0.47-0.88 55 303.75 0.55-0.83 56 309.375 0.63-0.77 57 315 0.71-0.71 58 320.625 0.77-0.63 59 326.25 0.83-0.55 60 331.875 0.88-0.47 61 337.5 0.92-0.38 62 343.125 0.94-0.29 63 348.75 0.98-0.19 64 354.375 0.99-0.10 Jika melihat Tabel 3.2 hingga Tabel 3.6, maka akan terlihat perbedaan pada konfigurasi pensaklarannya. Pada metode micro step mulai terdapat perbedaan pada konfigurasi pensaklarannya. Di mana untuk metode full step dan half step langsung mengaktifkan fasanya, namun untuk metode micro step diperlukan perbedaan kuat medan antar fasanya. Dapat dilihat pada Tabel 3.4, Tabel 3.5, dan Tabel 3.6 terdapat 32

nilai X dan Y. Nilai X dan Y digunakan untuk mengatur kuat medan antar fasa untuk memperoleh posisi sudut yang diinginkan. Perhitungan fungsi sinusoidal dan cosinusoidal diperlukan untuk mendapatkan nilai X dan Y, dengan begitu didapatkan putaran motor sesuai dengan metode yang telah dirancang. 3.4.6. Algoritma Pemrograman dspic30f6014a Mikrokontroler dspic30f6014a memiliki lebar data 16 bit yang berfungsi sebagai kontroler. Perangkat tersebut digunakan untuk mengolah sinyal digital maupun analog. Program yang telah dibuat dan disimpan pada IC dspic30f6014a akan memberikan data berupa pulsa untuk mengendalikan sistem penggerak. Gambar 3.8 merupakan alur pemrograman yang dibuat untuk mengendalikan motor stepper. Gambar 3.8. Flowchart Pemrograman 33

3.5. Rangkaian Relay Relay yang digunakan membutuhkan suplai tegangan 12 Volt. Relay ini digunakan untuk mengaktifkan lilitan yang memanfaatkan medan magnetnya untuk menarik atau melepas suatu benda. Terdapat komponen tambahan yaitu optocoupler yang digunakan sebagai sensor untuk mengaktifkan dan menonaktifkan relay. Gambar 3.9. Rangkaian Relay Pada Gambar 3.9 merupakan rangkaian relay yang dihubungkan dengan IC optocoupler. Cara kerja dari rangkaian tersebut yaitu memberikan logika 1 atau 0, jika diberi logika 1 maka LED akan memancarkan cahaya yang kemudian diserap oleh phototransistor. Dengan begitu transistor akan aktif untuk mengendalikan pensaklaran pada relay. 3.6. Konstruksi Model Crane Konstruksi model crane dibuat untuk pengaplikasian motor stepper. Model crane dibuat menjadi tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z. Dalam perancangan ini, 34

sumbu X dapat bergerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya, sumbu Y dapat bergerak dari atas ke bawah atau sebaliknya, sedangkan sumbu Z dapat bergerak maju kemudian mundur atau sebaliknya. Pada sumbu Y dan Z dibutuhkan dua buah motor stepper yang digunakan sebagai penggeraknya, sedangkan pada sumbu X hanya digunakan satu buah motor stepper. Konstruksi ini juga dilengkapi dengan elektromagnetik yang terletak di bagian tengah sumbu X. Gambar 3.10. Desain Konstruksi Model Crane 35