PENDAHULUAN Latar Belabog Masalab Perkampungan Muara Angke merupakan salah satu perkampungan nelayan tradisional yang terletak di Teluk Jakarta. Di sini terdapat pusat pelelangan ikan tradisional yang terbesar di Jakarta dan memasok sebagian besar kebutuhan ikan di Jakarta dan sekitamya bahkan sarnpai ke luar Jawa. Hal ini terutama karena banyaknya pengusaha ikan, khususnya ikan asin dengan total produksi mencapai puluhan ton setiap harinya. Teluk Jakarta merupakan salah satu peratran di Indonesia yang banyak menerima bahan pencemar berbahaya, karena Teluk Jakarta berada di sekitar Pusat Pemerintahan Indonesia, yang disertai dengan pertumbuhan industri, penduduk, dan pemukiman yang paling pesat dibandingkan dengan daerab-daerab lainnya. Pertumbuhan pemukiman dan industri yang tidak disertai dengan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup, telah menimbulkan pencemaran yang membabayakan kelangsungan ekosistem yang ada di Teluk Jakarta. Yun (2002), mengungkapkan babwa pencemaran perairan T eluk Jakarta akibat limbab organik dan logam berat telab melampaui ambang balas sejak tabun 1972 dan cendenmg terns meningkat dari tahun ke tabun. Hingga saat ini penanganan pencemaran laut, terutama di Teluk Jakarta, belum dilakukan secara serius, walaupun pemerintab telah mencanangkan program pantai bersih dan prokasih, tetapi hasilnya masih belurn memadai. Saat ini terdapat sekitar 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta dan ketiga belas sungai tersebut kondisi pencemarannya sangat mengkhawatirkan. Tingginya pencemaran pada sungai-sungai tersebut terjadi karena pada umumnya sungai-sungai tersebut menjadi tempat pembuangan limbah berbagai industri dan pemukirnan di sekitamya Kebanyakan dari industri tersebut belum mempunyai alat pengolab limbab yang memadai (Hutagalung, 1994). Pendapat tersebut diperkuat dengan pemyataan Edward Corcoran (2002 dalam Anomim 2002), bahwa sekitar 90% limbah B3 yang dihasilkan oleh industri di Jakarta dan Jawa Barat tidak dikelola dengan baik. Bukti dari hal tersebut tercermin dari sedikitnya limbab B3 dari industri di Jakarta dan Jawa Bara!, yang diolab oleh suatu
2 "Lembaga Pengolab Limbab B3" yaitu hanya sekitar 10%, padabal ootuk mengelola limbah B3 ini secara mandiri memerlukan biaya yang sangat mahal. Lalu bagaimana limbah B3 ini dikelola? Keadaan ini memmjukkan bahwa kesadaran para industriawan terhadap kesehatan lingkungan sampai saat ini masih sangat rendah, sehingga pemerintah perlu menerapkan sanksi yang tegas terhadap para pelanggar peratur3il yang telah dibuat pemerintah dalam usaha memelihara kelestarian lingkungan hidup, Banyaknya industri yang membuang limbab logam berat (seperti pelapisan logam, cat, baterai), pertanian (pupuk dan pestisida), dan pemukiman di sekitar Jabotabek telab menyebabkan pencemaran logam berat di Teluk Jakarta berada dalam taraf yang cukup mengkhawatirkan. Hutagaloog (1994) yang meneliti kandoogan logam herat pada sedimeo di Teluk Jakarta mengungkapkan babwa kandungan logam berat pada sedimen Teluk Jakarta sangat mengkhawatirkan. yaitu Hg (0,427-0,554 J.lg/g), Cd (0,52-1,72 J.lg/g), dan Pb (27,8-104,9 J.lg/g); sedangkan hasil penelitian Diniyab (1995) terungkap babwa kandoogan logam berat di pentiran Teluk Jakarta sebagai berikut, Hg (tid - 0,0008 J.lg/m1), Cd (0,084-0,096 J.lg/ml), dan Pb (1,570-1,750 J.lg/m1). Hal tersebut menoojukkan babwa kandoogan Hg perairan Teluk Jakarta masih di bawab ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan Kepmen-LH no 51 taboo 2004 (0,001 J.lg/ml), sedangkan Cd dan Pb telab melampaui amhang batas yang ditentukan (masing-masing 0,001 J.lg/ml untuk Cd dan 0,008 J.lg/ml ootuk Pb). Keadaan ini menyebabkan basil perikanan laut dati perairan Teluk Jakarta, juga telab banyak mengandoog logam berat yang berbabaya, terutarna Pb dan Cd. Hasil penelitian YLKI bekeljasama dengan Fakultas Perikanan IPB (1997 dalam Nuljanab dan Widiastuti 1997) memberikan garnbaran babwa produk perikanan laut yang diperoleh dati Pasar Ikan Jakarta Utara dan Muara Angke telab tercemar logam herat, terutama Pb yang pada sebagian besar (84%) sarnpel produk laut yang diteliti telab melarnpaui arnhang batas maksimal yang diperbolehkan CCF AC (1999) kerang-kerangan (I J.lg/g), daging Crustacea (0,05 J.lg/g), dan daging ikan (0,2 J.lg/g). Kandoogan Ph pada hasillaut dalarn penelitian tersebut berkisar antara 0,077-13,27 J.lg/g, dengan kandoogan tertinggi terdapat
3 pada kerang-kerangan dan beberapa jenis ikan serta udang-udangan. Urutan kedua logam berat yaog mencemari hasil laut dalam penelilian ini adaiah kadrnium (Cd) yang herkisar antara lidak terdeteksi sampai dengao 1,332 ~g/g, dan hanya 7,8% di antaranya telah melampaui amhang batas yang ditentukao FAD (I ~g/g). Berbeda dengan Pb dan Cd, kadar Hg pada hasillaut dalam penelitian tersebut masih dalam hatas aman. Dengan demikian jelaslah bahwa penuran Te\uk Jakarta dan basil-basil lautnya telah hanyak mengandung logam herat berbahaya terutama Pb, yang akao mengganggu kesehatan konsumennya Gangguan kesehatan tersebut terjadi karena Pb merupakan logam yang cukup toksik bagi tubuh manusia. T elah banyak pene!itiao yang mengungkap tentang bahaya pencemaran Pb terhadap hewan maupwl manusia. Secara umum Pb mempengaruhi 3 kompartemen utama dalam tubuh manusia, yaitu darah, jatingan lunak (ginjal, hati, sistem saraf), dan tulang yang menimbulkan berbagai ganguan kesehatan mulai dan yang ringan sampai berat. Gangguan hematologis ditandai dengao adanya basophilic stippling pada eritrosit, anemia karena menurunnya umur eritrosit dan gangguan sintesis haemoglobin (Darmono 1995; EFSA 2004; Cullen et al. 2005). Gangguan saraf pusat dapat menyehabkan gangguan kecerdasan, penglihatan, pendengaran, pertumbuhan, dan menyebabkan infertilitas ( Tuormaa 1995; Lidsky & Schneider 2003). Terganggunya saraf tepi dapat menimbulkan gangguan penghantaran impuls saraf dan kelemahan otot, yang pada akhirnya menimbulkan kelumpuhan (Kelafant 1988; Carrington et al. 2000). Gangguan hali, ginjal, dan darah terjadi karena ketigaoya herpenm penling dalam detoksifikasi dan ekskresi Pb. Pendedahan timbal pada tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan terhadap struktur dan fungsi hati; sedangkan gaogguan terhadap fungsi ginjal terjadi ksrena Pb dapat mengganggu struktur dan fungsi tubulus proksimal pada nefron. Pertumbuhan tulaog pada anak-anak juga tergaoggu, ksrena Pb dapat mengganggu metabolisme vitamin D yang sangat peoring dalam proses pembentukan tulang. Selain itu, Pb dapat menyamar sebagai ion kalsium dalam proses kalsiftkasi, sehingga tulang lebih lunak dan biasaoya (Juberg et al. 1997).
4 Permasalahan Pesatnya pertumbuhan penduduk dan industri di sekitaa Jabotabek yang tidak disertai kesadaran akan penlingnya lingkungan hidup pada saal 00, disinyalir mempunyai andil yang cukup besar dalam menimbulkan pencemaran lingkungan di wilayah Jakarta. Keadaan ini terjadi karena limbah domestik maupun industri di sekitaa Jabotabek yang umurnnya belum dikelola dengan baik dan dibuang ke sungai yang ada di sekitamya, pada akhimya akan bermuara di Teluk Jakarta. Pencemaran logam berat khususnya Pb, merupakan salah satu jenis pencemar yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat dan pemerintah karena dampaknya dapal mengganggn kesehatan masyarakal dan kecerdasan anak. Penggnnaan Pb dalarn berbagai industri di Jabotabek telah mengakihatkan pencemaran Pb di udara Jakarta dan perairan sekitamya, lerutama Teluk Jakarta, berada dalarn kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak yang peduli lingkungan tentang kemungkinan memburuknya kesehatan masyarakat sekitar dan menimbulkan keraguan masyarakat terhadap keamanan mengkonsumsi hasil-hasillaut dari Teluk Jakarta. Sampai saat ini belurn banyak dikelahui dampak dan mengkonsumsi hasiliaul dan Teluk Jakarta terhadap kesehatan masyarakat sekitar yang menjadi konsumennya. Hal ini bukan berarti bahwa mengkonsumsi hasillaut tersebut arnan, karena dampak kronis dapat terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun tergantung dosis pemaparan Pb. Asupan Pb 2,5 mglhari pada orang dewasa dapal menimbulkan efek loksik setelah terpapar selaroa 4 tahun; sedangkan dosis 3,5 mglhari dapal menimbulkan efek yang sarna hanya dalaro waktu beberapa bulan saja (Gilman \990, dalarn Rahde 1991; Kumiasih2002). Dari basil penelusuran literatur, temyata belurn banyak penelitian yang mengungkap kandungan logarn berat pada hasil tangkapan laut dan pengarulmya terhadap kesehatan masyarakal, selelah diberlakukannya penggunaan bensin tanpa timhal di Jakarta, sqak Juli 2001. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul "Kandungan limbal pada makrozoobenlos (Mollusca dan Crustacea), dan pengaruhnya tehadap kesehatan konsumen (Studi kasus di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta)".
5 Adapun pennasalahan yang ingin dikaji adalah sebagai berikut: I. Apakah kandungan Ph pada makrozoobentos hasil perikanan laut nelayan tradisional Muara Angke pada saat ini masih cukup tinggi? 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pencemaran lingkungan di perairan Teluk Jakarta? 3. Seberapa besar jumlah konsumsi basil perikanan laut (makrozoobentos) pada masyarakat kampung nelayan Muara Angke serta hubungannya dengan konsentrasi Pb darah dan kesehatan konsumen di daerah tersebut? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah untuk mengetahui: 1. Kandungan Pb pada makrozoobentos hasil tangkapan nelayan trandisional Muara Angke. 2. Persepsi masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke terhadap pencemaran lingkungan di Teluk Jakarta. 3. Konsumsi hasil perikanan laut dan asupan Pb pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke. 4. Kandungan Ph darah pada konsumen di perkampungan Nelayan Muara Angke. 5. Hubungan Ph darah konsumen dengan konsumsi hasil laut (makrozoobentos dan nekton), kondisi kesehatan, dan kondisi sosial ekonominya Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini, antara lain untuk memberikan gambaran tentang pencemaran Pb pada produk laut, khususnya makrozoobentos, dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke yang menjadi konsumennya Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan oleh pemerintah pusat dan daerah setempat dalam usaha pengelolaan lingkungan dan pengawasan dampak pencemar terhadap kesehatan masyarakat. Bagi masyarakat,
penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang keamanan mengkonsumsi basil laut dari Teluk Jakarta 6 Hipotesis 1. Kandungan Pb pada makrozoobentos basil tangkapan nejayan tradisional Kampung Nelayan Muara Angke, telab melewati ambaug balas CCF AC. 2. Persepsi masyarakat terhadap pencemaran iogam berat di Teluk Jakarta masih rendah. 3. Jumlah konsumsi hasil laut masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke telah menyebabkan asupan mingguan Ph melebihi PTWI-nya 4. Kandungan Pb darah pada konsumen di Perkampungan Nelayan Muara Angke, telab melampaui ambang balas yang ditentukan CDCIWHO. 5. Terdapat hubungan erat antara kandungan timbal darah konsumen dengan jumlah konsumsi hasil taut (makrozoobentos dan nekton), kondisi kesehatan, dan kondisi sosial ekonominya.