Kajian Tentang Angkutan Kereta Api Jabodetabek

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang merupakan kota dengan penduduk

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

Analisis Perpakiran Di Stasiun Depok Lama

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

EVALUASI TARIF KERETA API KOMUTER LAWANG-MALANG-KEPANJEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. KAI

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas maka penggunaan moda kereta api masih dapat menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia senantiasa bergerak dinamis, tidak ada satu bagian pun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT KAI Commuter Jabodetabek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

ANALISIS POLUSI SUARA YANG DITIMBULKAN KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

1. PENDAHULUAN. peningkatan kepedulian masyarakat kepada perkereta-apian di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STASIUN BESAR CIKARANG dengan KONSEP PARK and RIDE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

moda udara darat laut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Syaiful, Rulhendri, Kajian Tentang Angkutan Kereta Api Jabodetabek Kajian Tentang Angkutan Kereta Api Jabodetabek Syaiful, Rulhendri Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor syaiful@ft.uika-bogor.ac.id, rulhendri, ft.uika-bogor.ac.id Abstrak Kereta api sebagai sarana transportasi massal masih sangat diperlukan mengingat bahwa volume laulintas perjalanan orang dari daerah sekitrar menuju Jakarta sangat tinggi. Hal ini mempunyai nilai strategis yang tinggi pula mengingat suatu penilaian manfaat dan kebutuhan untuk memberikan layanan yang baik dan bagus. Agar subsidi pemerintah tepat sasaran maka diperlukan regulasi pengetatan pentarifan dan pelayanan jasa angkutan kereta api. Pengelolaan transportasi massal harus memberikan ruang lingkup yang cukup bagi pemerintah untuk mengatur dan mengambil keputusan. Keberhasilan operasional jasa kereta api tidak terlepas dari sikap mental dan ketegasan penyedia jasa yang terlibat didalamnya. Kata kunci : Transportasi massal, subsidi, operasional kereta api 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Jakarta terus meningkat seiring dengan perjalanan tahun, peningkatan jumlah penduduk itu dari 2,9 juta jiwa pada tahun 1960 berkembang menjadi 6,5 juta jiwa pada tahun 1980. Pada periode ini terjadi kenaikan jumlah penduduk lebih dari 2 kali lipat atau rata-rata 4,3% per tahunnya. Pertumbuhan penduduk Jakarta dari tahun 1960 sampai tahun 2015 akan diperkirakan 12,1 jiwa dengan tingkat kenaikan 1,28%. Sedangkan pertumbuhan penduduk kota disekitar wilayah Jakarta dengan tingkat kenaikan 2,5% seperti kota Bogor dari tahun 2000 adalah 4,356 juta jiwa menjadi 6,309 juta jiwa tahun 2015, kota Bekasi 3,093 juta jiwa menjadi 4,480 juta jiwa tahun 2015, kota Tangerang 2,680 juta jiwa menjadi 3,881 juta jiwa. (BPS, 1994). Kinerja angkutan kereta api juga mengalami perkembangan yang pesat, jaringannya meliputi Karawang, Bekasi, Tangerang, Bogor dan Depok serta berpusat di Jakarta Kota. Ada dua jenis kereta yang melayani nya yaitu KRD (Kereta Rel Diesel) dan KRL (Kereta Rel Listrik). 1.2 Rumusan Masalah Dari permasalahan diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut untuk mengetahui seberapa besar tingkat kinerja pelayanan jalur angkutan kereta api jurusan Jabotabek. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah memperoleh tarif layak dikenakan terhadap penumpang kereta api Jabotabek dalam upaya peningkatan operasional pelayanannya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah untuk memberikan masukan penilaian sistim operasional dan alokasi baiaya transportasi kereta api secara intensif dan efektif untuk mendukung operasionalisasi kereta api Jabotabek. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan kereta api Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara. Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 63

Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN 2302-4240 Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter. (www.civilengineering. Jalan kereta api) Bentuk perlintasan sebidang Perlintasan sebidang dapat dikelompokkan atas: 1) Perlintasan sebidang dengan pintu 2) Perlintasan sebidang yang tidak dijaga. 2.2 Keselamatan Untuk meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang, perlintasan dilengkapi dengan pintu kereta api Didaerah yang arus lalu lintas kereta api tinggi dan arus kendaraan tinggi perlintasan wajib dilengkapi dengan pintu perlintasan, baik dikendalikan oleh penjaga pintu perlintasan, ataupun otomatis. 2.3 Rambu lalu lintas 1) Rambu peringatan perlintasan sebidang dengan kereta api 2) Rambu Peringatan jarak yang ditempatkan pada jarak 450 meter, 300 meter dan 150 meter sebelum perlintasan Rambu stop yang berarti dilarang berjalan terus, wajib berhenti sesaat dan meneruskan perjalanan. (www.civilengineering Jalan kereta api) 2.4 Karakteristik lintasan Karakteristik lintasan jalan kereta api diperuntukan khusus jalur kereta api dan tidak terganggu oleh jalur atau moda transportasi lain. (Dephub, 1993) Kendaraan keadaan kosong tidak berpenumpang, biaya operasionalnya ditanggung oleh sipemilik kendaraan, hal ini disebut kondisi ekstrim. Sehingga jumalh yang diangkut semakin banyak, maka biaya operasional ditanggung oleh penumpang semakin kecil dan pihak operator tentu akan mendapatkan keuntungan. Jika dalam perjalanan rangkaian kereta 8 set dengan mengangkut 1000 penumpang, maka orang yang bergerak melakukan perjalanan adalah 1000 orang pada waktu yang sama. Data tentang pergerakan orang dapat diperoleh dari beberapa segi antara lain, segi rumah tangga, segi sisi jalan dan sebagainya. Segi ini disebut Asal - Tujuan yaitu untuk mengetahui asal tujuan orang melakukan perjalanan. Bangkitan lalu lintas adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu zone atau daerah persatuan waktu, jumlah lalu lintas sangat bergantung terhadap kegiatan kota, karena penyebabnya adalah kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan dari penduduk kota. (BPS, 1994, Suwarjoko, W, 1990). Ciri khas sosial perjalanan terdapat 10 faktor yang mempengaruhin voleume lalu lintas yaitu : 1) Maksud perjalanan 2) Penghasilan keluarga 3) Pemilihan kendaraan 4) Pemilikan kendaraan 5) Tata guna lahan ditempat asal 6) Jarak dari pusat kegiatan perkotaan 7) Jauhnya perjalanan 8) Moda perjalanan 9) Penggunaan kendaraan 10) Guna lahan ditempat tujuan 2.5 Penetapan tarif penumpang Permasalahan tarif angkutan kereta api tetap menjadi kendala, namun seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan maka masyarakat perlu menyadari agar dapat menikmati perjalanan yang berkualitas. Biaya sering disalah artikan dan mendapat persepsi kurang baik, sebab biaya menunjuk pada biaya tunggal yang berhubungan dengan suatu barang atau pelayanan. Dalam sektor transportasi biaya dapat merupakan kumpulan biaya yang ditanggung oleh perseorangan, kelompok maupun pemerintah. Seorang pengguna jasa mengetahui yang harus dibayarkan dalam jasa transportasi dan disesuaikan dengan tujuan dan dikaitkan dengan pelayanan. (Salim, A., 1993). Beberapa kelompok yang dominan dan sesuai dengan kondisi jasa transportasi adalah, pemakai sistem, operator, masyarakat dan pemerintah. (Morlok, E., 1985). 2.6 Jumlah penumpang Sementara itu juga terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi adalah : 1) Jarak perjalanan yang dapat diukur dengan jarak fisik dan waktu perjalanan 2) Tujuan perjalanan. Dalam perjalanannya pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta mempunyai rencana program jangka pendek untuk peningkatan lalu lintas dan angkutan umum yang ada seperti : 1) Program peningkatan manajemen 2) Program peningkatan pengaturan perparkiran 3) Program peningkatan angkutan umum 4) Pembentukan peningkatan kelembagaan 5) Penetapan perangkat peraturan dan penegakan hukum (Dephub, 1993). Agar minat masyarakat tertarik untuk menggunakan angkutan umum ada hubungan dan faktor empiris yang perlu dikembangkan dan diperhatikan agar kualitas pelayanan, 64 hal 63-68 aspal beton baja hidro

Syaiful, Rulhendri, Kajian Tentang Angkutan Kereta Api Jabodetabek keamanan dan kenyamanan serta kemudahan merupakan pertimbangan yang harus dijaga. Berikut ditampilkan kondisi angkutan kereta api saat diadakan penelitian : (Sebelum ditetapkan regulasi Angkutan Massal Berbasis Kartu) Gambar 1. Kondisi penumpang saat jam sibuk pagi dan sore hari Gambar 2. Banyaknya penumpang yang naik diatas atap kereta api Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 65

Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN 2302-4240 Gambar 3. Banyaknya penumpang yang naik diatas atap dan belakang kereta api Gambar 4. Rute jalur kereta api Jabodetabek berpusat di Stasiun Kota Gambar 5. Model Jalur Monorel di Negara Maju 66 hal 63-68 aspal beton baja hidro

Syaiful, Rulhendri, Kajian Tentang Angkutan Kereta Api Jabodetabek 3. TATA KERJA DAN METODOLOGI PENELITIAN 1) Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur kereta api jurusan Jakarta-Bogor dan Jakarta- Tangerang dan Jakarta-Bekasi kegiatan yang diamati adalah : a) Kawasan stasiun dimana kereta berhenti b) Kemudahan pencapaian c) Waktu tempuh d) Jumlah penumpang dan biaya operasi. Dalam penelitian ini mendata dan mengambil suatu hasil jumlah kendaraan dan penumpang di stasiun kereta api, kepadatan lalu lintas jalan rel yang ada dan Data primer (survei) a. Karakteristik kereta api, bop dan jarak waktu tempuh b. Karakteristik penumpang Mulai Menentukan variabel Pengumpulan data Analisis data Bahasan tentang layanan tarif kereta api Kesimpulan dan saran Selesai Data Sekunder a. Dasar hukum tarif angkutan dan subsidi b. Keadaan sarana dan prasarana kereta api Gambar6Metode penelitian layanan kereta api 4) Analisis dan perhitungan kurva fungsi kereta api Perhitungan ini menggunakan analisis statistik regresi linier dimana laju pertambahan penumpang merupakan variabel tak bebas (Y) dan biaya transportasi variabel bebas kegiatan lalu lintas pada kawasan tersebut yang menunjukkan efektifitas operasional layanan kereta api Jabodetabek. 2) Hipotesa dan asumsi Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesa bahwa jumlah penumpang dipengaruhi oleh biaya perjalanan, kecepatan dan tingkatan pendapatan masyarakat. 3) Bagan alir penelitian Dalam melakasanakan penelitian ini dilakukan rencana kerja agar hasil yang didapatkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi keluhan masyarakat dalam pelayanan jasa angkutan kereta api Jabodetabek. Berikut bagan alir penelitian dibawah ini : (X1), waktu perjalanan variabel bebas (X2), dan jumlah penduduk variabel bebas (X3). Persamaan regresi liniernya adalah : Yi = Ao+A1 (X1) +A2 (X2) + A3 (X3) Keterangan : Yi : jumlah penumpang Ao : konstanta regresi A1:A2:A3 : slope X1 : biaya perjalanan X2 : waktu perjalanan X3 : jumlah penduduk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil kajian jumlah penumpang Hasil yang didapatkan dilapangan jumlah penumpang yang melayani jalur Jakarta Bogor = 17.000 penumpang, Jakarta - Depok = 13.000 penumpang dan Jakarta Tangerang = 18.000 penumpang serta Jakarta Bekasi 22.000 penumpang.adalah seperti rata- rata berkisar 20.000 per rangkaian per hari setelah melalui perhitungan dan didapatkan harga tarif yang harus dibayarkan per penumpang untuk sekali melakukan perjalanan adalah Rp. 5.000,-. Hal ini menurut hasil perhitungan yang didapatkan dengan menggunakan metode statistik sederhana dari kajian yang di tetapkan. Juga sudah termasuk didalamnya biaya infrastruktur kereta api serta besaran yang harus dibayarkan kereta api serta pembebanan f untuk tahun 2001 sebesar 0,96 dan pembebanan f untuk tahun 2002 sebesar 0,88. Dari hasil diatas didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tarif dan jumlah penumpang per rangkaian dan adanya hubungan antara pendapatan dan pengeluaran. Berikut ini ditampilkan hasil analisa dan jenis biaya yang dibayarkan oleh PT Kereta Api dan kapasitas angkut penumpang perhari untuk setiap rangkaian dengan tujuan yang berbeda. Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 67

Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN 2302-4240 Tabel 1 Perhitungan tarif penumpang No Jenis biaya Harga satuan Satuan Jumlah (Rp) (Rp) 1. Biaya track sepanjang 45 km 3.652.968,00 45,00 1.39.863,00 2. Biaya gerbong 8.219.178,00 8,00 65.753.424,00 3. Biaya stasiun 375.000,00 20,00 7.500.000,00 4. Biaya petugas 150.000,00 6,00 900.000,00 5. Biaya pemeliharaan gerbong dan 275.000,00 8,00 2.200.000,00 prasarana 6. Biaya operasional tenaga penggerak 1.687.500,00 1,00 1.687.500,00 7. Kapasitas angkut penumpang per hari 17.000,00 1,00 17.000,00 8. Biaya penumpang 4.671,22 Sumber, Hasil Analisis 4.2 Pembahasan hasil antara jumlah penumpang dan tarif Dari data diatas dan hasil analisa bahwa biaya tarif per penumpang adalah Rp. 4.671,00. Dari kondisi tarif yang dikenakan saat ini terdapat tarif angkutan kereta api masih menggunakan tarif Rp. 2.000,00 untuk sekali perjalanan, hal ini berarti bahwa ada selisih yang sangat signifikan Rp. 4.671,22 Rp. 2.000,00 sebesar Rp. 2.671,22 Kekurangan harga yang harus dibayarkan kereta api tersebut disubsidi oleh pemerintah. Jadi dalam satu rangkaian per hari pemerintah mensubsidi sebesar Rp. 36.910.740,00 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1) Agar subsidi pemerintah tepat sasaran maka diperlukan regulasi pengetatan pentarifan dan pelayanan jasa angkutan kereta api lebih maksimal. 2) Pengelolaan transportasi masal harus memberikan ruang lingkup yang cukup bagi pemerintah untuk mengatur dan mengambil keputusan. 3) Keberhasilan operasional jasa kereta api tidak terlepas dari sikap mental dan ketegasan penyedia jasa yang terlibat didalamnya. 5.2 Saran-saran 1) Agar lebih tepat sasaran pengelolaan transportasi massal terutama angkutan kereta api maka harus terpadu antar moda transportasi bagi semua operator untuk meningkatkan efektifitas operasional pelayanan. 2) Agar diperhatikan tentang keputusan dan perencanaan yang menyeluruh dalam memperhitungkan penetapan tarif dalam rangka pengembangan wilayah secara terpadu. Daftar pustaka Biro Pusat Statistik, 1994. Statistik lingkungan hidup Indonesia, Jakarta, Penerbit BPS Jakarta (www.civilengineering. Jalan kereta api) Departemen Perhubungan, 1993. Kebijakan pembangunan sistem angkutan umum massal Jabodetabek, Jakarta, Penerbit Dephub, Jakarta Morlok, E, 1985. Pengantar teknik dan perencanaan transportasi, Penerbit Erlangga Jakarta Salim, A, 1993. Manajemen transportasi, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suwarjoko Warpani, 1990. Merencanakan sistem perangkutan, Penerbit ITB Bandung. 68 hal 63-68 aspal beton baja hidro