2017 PENERAPAN MODEL TANDUR PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003),menyatakan: Manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Mediana Fitri,2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

2015 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS FILM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Kulusan (SKL). Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menghafal atau standar ukuran intelegensi atau IQ.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam belajar tersebut, tentunya masing-masing individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan salah satu proses timbal balik antara guru dengan siswa. Pembelajaran juga merupakan salah satu kegiatan untuk menambah pengetahuan siswa secara kognitif, selain itu pembelajaran juga untuk menambah sikap siswa untuk menjadi siswa yang memiliki karakter atau akhlak yang baik. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Centered. Dimana setiap kegiatan pembelajaran melibatkan banyak aktivitas siswa. Aktifitas dalam pembelajaran berarti adanya respon yang diberikan siswa setelah diberikan stimulus berupa materi pelajaran. Dengan aktifitas yang baik pula maka siswa akan terlibat langsung, dalam pembelajaran yang lebih efektif. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar seharusnya dapat melibatkan siswa secara langsung, sehingga tidak ada siswa yang asyik dengan kegiatannya sendiri tetapi semua siswa aktif dalam pembelajaran di kelas. Guru juga mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti oleh siswa sehingga siswa belajar untuk menemukan sendiri informasi-informasi dari buku, internet, teman, guru, dan sumber belajar lainnya. Berdasarkan pengalaman di lapangan saat melakukan penilitian di salah satu sekolah di kota bandung kenyataan yang didapat ketika mengamati pembelajaran IPA di kelas yaitu, kebiasaan guru bertindak sebagai pemberi informasi serta mengembangkan budaya belajar yang menerima dengan pengembangan berpikir pada tingkat hafalan, dengan belajar menghafal ternyata belum berhasil, dan dari tes yang diperoleh dapat

dilihat bahwa kemampuan pemahaman siswa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata tes siswa ternyata masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70. Nilai tersebut diperoleh dari IPA sebelumnya ada 18 siswa yang belum mencapai KKM sedangkan 11 siswa sudah mencapai KKM, bila dipresentasikan nilai siswa yang ada diatas nilai KKM yaitu 58% sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM yaitu 62%. Adapun beberapa penyebab kurangnya pemahaman kosep pada mata pelajaran IPA di kelas V diantaranya: 1. Materi IPA hanya dikembangkan atas acuan yang terdapat dalam buku teks. 2. Kurangnya pemanfaatan lingkungan sektar siswa dan pengalaman keseharian siswa dalam proses pembelajaran 3. Penjelasan yang diberikan tidak berulang-ulang dan berlanjut terus sehingga siswa kurang mampu menguasai materi dengan baik. 4. Waktunya terlalu singkat sedangkan materi yang akan dipelajari sangat banyak 5. Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran selama dikelas, ketika saya melakukan observasi pada umumnya guru banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan berupa pengisian LKS. Sehingga siswa yang kurang menguasai materi dalam pembelajaran, serta siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 6. Alat peraga dan Media jarang sekali digunakan dalam pembelajaran, sebetulnya alat peraga dan media sangat membantu dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran yang berupa konsepkonsep. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan ada media yang digunakan tetapi hanya media gambar yang dilihat siswa dari buku sumber. Dari beberapa masalah diatas, disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru kurang efektif dan efisien guru hanya melakukan pembelajaran dengan berpatokan pada buku sumber. Dan ketergantungan inilah yang membuat siswa malas belajar karena siswa merasa bahwa

informasi yang mereka peroleh semuanya sudah tersedia dalam buku sumber. Dan belajar seperti ini sehingga dapat membentuk siswa belajar tanpa bertanya, mempercayai segala sesuatu tanpa keraguan dan kurangnya kemampuan pemahaman terhadap informasi-informasi yang kompleks. Hal ini disebabkan karena model, metode bahkan media pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi sehingga cenderung guru yang aktif tetapi siswanya pasif pada akhirnya banyak siswa yang pemahaman konsepnya masih dibawah KKM. Dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 juga dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sehingga hasil belajar yang diperoleh berdaya guna dan berhasil. Jika Metode ceramah yang diterapkan setiap proses pembelajaran, maka dapat dipastikan kurangnya pemahaman konsep pada materi peajaran yang diperoleh siswa dibidang IPA, sehingga dalam pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan guru yang menerangkan. Ini juga merupakan salah satu faktor penghambat pembelajaran dan menurunkan motivasi belajar siswa, karena siswa merasa bosan siswa cenderung melakukan aktivitas sendiri dan tidak mendengarkan guru yang sedang menerangkan. Oleh karena itu akan lebih baik apabila penerapan materi IPA dengan banyaknya konsep-konsep, bisa menggunakan metode selain ceramah yang bisa menarik perhatian siswa, menambah motivasi belajar siswa dalam menerima pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas V SDN S, ada beberapa solusi yang dapat dilaksanakan agar pemahaman konsep siswa dapat meningkat khususnya dalam mata pelajaran IPA. Model yang dipilih untuk diterapakan di SDN S dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran TANDUR, yang merupakan kerangka belajar dari model Quantum Teaching, model Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga

menyertakan segala kaitan antar, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis pada lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan untuk kerangka untuk belajar. Quantum Teaching berisi prinsip-prinsip yang perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif. Dalam praktek Quantum Teaching bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka kedalam dunia kita, dan antarkan dunia kita kedalam dunia mereka setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap mdel pembelajaran harus dibangun prinsip tersebut. Menurut De Porter,(Aris Shoimin, 2014, hlm 139). Melalui penerapan Model TANDUR yang memiliki keunggulan yaitu dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran waktu, lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting dapat diamati secara teliti, proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan, siswa dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan dapat mencoba melakukannya sendiri, model pembelajaran TANDUR membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keingginan bawaan siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa berpikir kreatif setiap harinya, pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti siswa, selain itu adanya pengunaan strategi rayakan yaitu memberikan Rewads pada setiap siswa yang berani tampil kedepan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Aris Shoimin, (2014, hlm 146). Oleh karena itu maka dengan penerapan model TANDUR pemahaman konsep siswa diharapkan dapat memingkat dengan baik, respon dalam pembelajaran meningkat, siswa banyak terlibat langsung dalam pembelajaran, selain itu siswa mampu melakukan pengamatan, menjelaskan, mencontohkan dan menyimpulkan hasil belajarnya dengan baik. Maka penulis akan melakukan Penilitian Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Model TANDUR pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar. ini,

B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V sekolah dasar? 2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran TANDUR? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian untuk meningkatkan Pemahaman Konsep siswa kelas V pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model TANDUR. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model TANDUR. 2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa Kelas V pada pembelajaran IPA melalui Model pembelajaran TANDUR. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu untuk kepentingan pengembangan teoritis, dan untuk kepentingan pihak-pihak yang berkenaan langsung dengan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis, yaitu: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti sejenis. b. Memberi gambaran tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep IPA melalui model TANDUR. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa

2) Memotivasi siswa untuk dapat mengaitkan konsep pembelajaran IPA dengan lingkungan hidupnya. b. Bagi Guru 1) Mendapatkan pengalaman tentang model TANDUR pada mata pelajaran IPA 2) Merupakan upaya peningkatan kemampuan profesi guru dalam model pembelajaran TANDUR. c. Bagi Sekolah Sebagai masukan dalam usaha penyediaan dan pengolahan alat peraga untuk meningkatkan efektifitas proses belajar d. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengalaman langsung cara penerapan model pembelajaran TANDUR dalam pembelajaran IPA tentang perubahan yang terjadi dialam akibat ulah manusia. 2) Dapat memberikan informasi dan wawasan baru mengenai cara penerapan model pembelajaran TANDUR dengan efektif dalam pembelajaran IPA.