Pengaruh Introduksi Ransum Konsentrat Berbahan Lokal Dengan Penambahan Ampas Tahu Terhadap Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Dwi Rohmadi dan Andi Yulyani F Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Jl. Muh Van Gobel No.270 Tilongkabila Bone Bolango Gorontalo E-mail : dwibptp@gmail.com Abstrak Dalam mengejar produksi ternak yang baik, para petani ternak harus meninggalkan cara-cara lama, beralih dari pemeliharaan yang tradisional menjadi lebih maju. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas sapi potong adalah peningkatan kualitas pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan konsentrat lokal dengan tambahan ampas tahu terhadap pertambahan bobot badan sapi dibandingkan dengan pemberian pakan metode petani. Hasil introduksi memberikan pertambahan bobot badan harian sapi yang lebih tinggi(0,692 kg), nilai feed cost per gain lebih rendah sebesar Rp. 7.419 dibandingkan perlakuan petani (0,512 kg) dan nilai feed cost per gain sebesar Rp. 11.719. Pakan introduksi memberikan pertambahan bobot badan yang baik dan memberikan nilai feed cost per gain yang lebih rendah dibandingkan pola petani. Kata kunci: Ampas tahu, Feed cost per gain, Konsentrat lokal, Pbbh, Sapi Bali, Pendahuluan Perkembangan sapi potong di Provinsi Gorontalo belum begitu memadai dan belum maju seperti di Pulau Jawa. Dalam mengejar produksi ternak yang baik, para petani ternak harus meninggalkan cara-cara lama, beralih dari pemeliharaan yang tradisional menjadi lebih maju. Oleh karena itu, para petani ternak harus diperkenalkan pada ilmu yang menunjang upaya pengembangan untuk mutu ternak, seperti bibit, pemberian pakan dan manajemen. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas sapi potong adalah peningkatan kualitas pakan. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan sapi potong. Penyediaan pakan secara kontinyu sepanjang tahun dengan kualitas dan kuantitas yang memadai merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kelangsungan hidup dan produksi peternakan. Soetanto (2001) menyatakan bahwa sebelum menyusun rans um secara benar diperlukan pengetahuan tentang bahan pakan, ketersediaan sepanjang tahun, bahan apa saja yang digunakan sebagai pengganti jika suatu saat tidak terdapat dipasar serta yang sangat penting adalah dimilikinya informasi tentang harga bahan tersebut. Penyediaan dan pemberian pakan dalam usaha peternakan sapi potong merupakan masalah pokok yang perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan biaya untuk pengadaan pakan sebesar 60%-70% dari total biaya produksi. Perbaikan kualitas pakan dan efisiensi penggunaan pakan harus ditingkatkan sehingga ternak mampu menampilkan produksi yang tinggi serta keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengefisiensikan biaya pakan yaitu dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah serta dapat mencukupi kebutuhan pakan sepanjang tahun. Pada dasarnya pakan untuk sapi sudah tersedia di alam dalam bentuk hijauan, bijibijian, dan hasil ikutan agroindustri serta limbah pertanian dan perikanan yang sudah tidak dimanfaatkan oleh manusia. Pakan yang dapat diberikan untuk sapi potong dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat. Hijauan pakan yang dapat diberikan diantaranya Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1173
rumput gajah, rumput benggala, setaria, lamtoro, dan kaliandra (Erlangga, 2013). Kons entrat diperlukan sebagai tambahan pakan. Ampas tahu adalah sisa dari pengolahan kedelai menjadi tahu. Walaupun tergolong bahan sisa, ampas tahu masih memiliki kandungan nutrien yang tinggi, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pakan. Ampas tahu memiliki protein kasar yang tinggi sehingga baik untuk pakan ternak. Hasil analisis laboratorium yang dilakukan oleh Hernaman, dkk (2005) melaporkan ampas tahu mengandung bahan kering 8,69%, protein kasar 18,67%, serat kasar 24,43%, lemak kasar 9,43%, abu 3,42% dan BETN 41,97% Protein sangat penting karena digunakan untuk mengantikan selsel tubuh yang rusak dan membentuk jaringan baru. Kandungan air ampas tahu yang tinggi maka ampas tahumudah busuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu penggunaan ampas tahu harus dalam bentuk segar maupun olahan hasil awetan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan konsentrat lokal dengan tambahan ampas tahu terhadap pertambahan bobot badan sapi dibandingkan dengan pemberian pakan metode petani/tradisional dan Mengetahui nilai feed cost per gain masingmasing perlakuan. Metodologi Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Lembu Karomah Desa Pancakarsa Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato bulan Juli 2014. Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali Jantan dengan rentang umur 2 2,5 tahun. Jumlah sapi yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 20 ekor, yang terbagi menjadi 2 Kelompok perlakuan. Perlakuan pertama merupakan metode petani dalam penggemukan dengan menggunakan ransum penguat/konsentrat dedak padi dengan hijauan rumput lapang dan rumput gajah. Perlakuan kedua merupakan perlakuan ransum penguat introduksi dengan menggunakan konsentrat lokal yang dibuat sendiri ditambahkan ampas tahu dengan hijauan rumput lapang dan rumput gajah. Ransum penguat motode petani berupa dedak padi sebanyak 4 kg, Ransum penguat introduksi berupa konsentrat lokal 2 kg + ampas tahu 2 kg. Tabel 1. Kandungan pakan penguat introduksi (konsentrat) No Nama Bahan Persentase Bahan 1 Dedak Padi 70,0% 2 Jagung Giling 23% 3 Tepung Ikan 5,0% 4 Mineral 1,0% 5 Urea 1,0% Ransum penguat diberikan sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari sebelum diberikan hijauan. Air minum diberikan tanpa batas. Dilakukan pemberian obat cacing untuk semua sapi sebelum pelaksanaan kegiatan. Data yang didapatkan dari kegiatan introduksi pemanfaatan ransum berbahan lokal dengan ampas tahu sebagai pakan penggemukan sapi dilakukan pengujian beda dengan uji t. Peubah yang diamati adalah : pertambahan bobot badan. Bobot badan diukur pada awal perlakuan dan 1174 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
akhir perlakuan. Pertambahan bobot badan harian didapat dari selisih pertamahan bobot badan dibagi dengan jumlah hari perlakuan. Hasil dan Pembahasan Lokasi kegiatan di Kabupaten Pohuwato adalah di Kelompok Ternak Lembu Karomah Desa Pancakarsa I Kecamatan Taluditi. Kelompok ternak Lembu Karomah beranggotakan sebanyak 20 orang. Kelompok ini asalnya merupakan kelompok ternak Sarjana Membangun Desa (SMD) Saat ini kelompok ini mengusahakan penggemukan sapi potong dengan memelihara sapi jantan dimana dominasinya sapi Bali. Mata pencaharian utama di desa ini adalah sebagai Petani. Pelan namun pasti usaha penggemukan sapi saat ini sudah dapat dianggap sebagai mata pencaharian utama karena hampir semua sudah diusahakan secara berkala. Pengaturan jadwal masuk ternaknya penggemukan serta kapan waktu penjualannya sudah dikelola dengan baik. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Rataan PBBH sapi potong dari ransum pola petani dan ransum introduksi konsentrat lokal dengan penambahan ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata PBBH sapi perlakuan Perlakuan PBBH (kg/ekor/hari) Petani 0,512 a + 0,004 Intoduksi 0,692 b + 0,012 Keterangan : a-b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Dari hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemberian pakan petani berbeda nyata dengan hasil introduksi. Dimana hasil introduksi memberikan pertambahan bobot badan harian sapi yang lebih tinggi(0,692 kg) dibandingkan perlakuan petani (0,512 kg). Penggunaan konsentrat lokal dan ampas tahu dalam ransum mampu meningkatkan bobot badan harian sapi Bali jantan; hal ini disebabkan karena campuran konsentrat lokal dengan ampas tahu tersebut memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Parakkasi (1999) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi nutrien pakan, serta didukung Utami (2006) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan bobot badan ternak. Selain konsumsi pakan, ditambahkan pula bahwa pertumbuhan secara umum dipengaruhi pula oleh faktor jenis kelamin, hormon, genetik, dan lingkungan (yaitu temperatur, kelembaban, dan curah hujan). Hasil pbbh ini lebih rendah dari hasil penelitian Rohmadi D dan Asaad M (2012) yang mendapatkan PBBH sebesar 0,854 kg. Hal ini disebabkan karena Konsumsi bahan kering dan energi sapi perlakuan yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) Pakan kualitas lebih baik akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan pakan kualitas rendah. Jenis pakan, komposisi kimia dan konsumsi pakan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan. Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1175
PBBH dalam kajian ini sebesar 0,692 masih dalam kisaran hasil hasil penelitian PBBH sapi Bali di beberapa tempat. Seperti yang dirangkum Muzani, A (2010) Sedangkan pemberian ransum rumput lapangan ditambahkan 30% konsentrat menghasilkan PBBH 0,38 kg/ekor/hari, rumput lapangan ditambahkan 30 % dedak padi menghasilkan PBBH 0,29 kg/ekor/hari. Sementara itu pemberian rumput lapangan ditambahkan 2 kg dedak padi memberikan PBBH 0,12 kg/ekor/hari. Feed Cost Per Gain Tabel 3. Rerata feed cost per gain sapi bali (Rp/kg) Perlakuan Rerata Petani 11.719 Intoduksi 7.419 Rerata nilai feed cost per gain hasil penelitian untuk perlakuan Petani dan Introduksi bertutut turut adalah Rp. 11.719 dan Rp. 7.419. Nilai ini hanya memperhitungkan pakan ransum penguat dengan asumsi hijauan yang diberikan adalah sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai feed cost per gain pada perlakuan introduksi adalah lebih rendah dibanding perlakuan petani. Pada perlakuan introduksi dengan konsumsi yang sama dengan perlakuan lainnya namun dihasilkan pertambahan bobot badan yang paling tinggi sehingga pada perlakuan introduksi didapatkan konversi ransum yang rendah, sehingga biaya yang diperlukan rendah pula. Dengan penambahan ransum lokal dan ampas tahu pertambahan bobot badan lebih tinggi daripada perlakuan petani, dengan harga ampas tahu yang lebih murah dari dedak padi maka hal ini akan menurunkan nilai feed cost per gain, yang berarti untuk menaikkan 1 kilogram bobot badan sapi akan lebih murah menggunakan ransum lokal dan ampas tahu daripada mengunakan dedak padi saja. Hasil ransum penguat introduksi ini terbukti memberikan nilai feed cost gain yang baik hal ini sesuai dengan pendapat Basuki dan Ngadiyono (2000), feed cost per gain adalah besarnya biaya pakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu kilogram pertambahan bobot badan. Jika dalam suatu penggemukan ternak nilai feed cost per gain semakin rendah maka akan semakin baik. Lebih lanjut Basuki (2002) menyatakan bahwa untuk mendapatkan nilai feed cost per gain rendah maka pemilihan bahan ransum untuk menyusun ransum harus semurah mungkin dan tersedia secara kontinyu. Nilai feed cost per gain adalah besarnya biaya ransum yang diperlukan ternak untuk menghasilkan 1 kg gain (Suparman, 2004). Kesimpulan Hasil introduksi memberikan pertambahan bobot badan harian sapi yang lebih tinggi(0,692 kg), nilai feed cost per gain lebih rendah sebesar Rp. 7.419 dibandingkan perlakuan petani (0,512 kg) dan nilai feed cost per gain sebesar Rp. 11.719. Pakan introduksi memberikan pertambahan bobot badan yang baik dan memberikan nilai feed cost per gain yang lebih rendah dibandingkan pola petani. 1176 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Daftar Pustaka Basuki, P. 2002. Pengantar Ilmu Makanan Ternak Potong dan Kerja. Bahan Kuliah. Fapet. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Basuki, P. dan N. Ngadiyono. 2000. Mekanisme Produksi pada Usaha Penggemukan Sapi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Erlangga, E. 2013. Meningkatkan Bobot Sapi Potong dengan Pakan Racikan Sendiri. Pustaka Argo Mandiri, Pamulang Hernaman, I., R. Hidayat dan Mansyur. 2005. Ampas tahu adalah limbah hasil pengolahan kedele menjadi tahu. Jurnal Ilmu Ternak. 5.2:94-99. Muzani, A. 2010. Petunjuk Teknis Memilih Sapi Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI-Press. Bogor. Rohmadi, D dan Asaad, M. 2013. Kajian Integrasi Tanaman Jagung Dan Penggemukan Sapi Bali Di Kabupaten Boalemo Gorontalo. Prosiding Expose dan Seminar Nasional Pertanian ramah Lingkungan. I : 600-605. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soetanto, H. 2001. Prinsip Pemberian Pakan Untuk Ternak Sapi Potong. Shorth Course Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Suparman, D. 2004. Kinerja Produksi Kelinci Lokal Jantan dengan Pemberian Pakan Kering vs Basah. Skripsi S1 Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta. Utami, W. 2006. Pengaruh Substitusi Tepung Jagung dengan Tepung Sagu Mutiara Afkir dalam ransum terhadap Performan Sapi PFH Jantan. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1177