1 ABSTRAK WA ODE MUNZIAH/613411119. Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kedelai (Glycine Max ( L.) Merill) Melalui Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Dibawah bimbingan Mohamad Ikbal Bahua dan Marleni Limonu. Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui perlakuan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, mengetahui perlakuan pupuk kandang kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas kedelai dan mengetahui interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan April sampai bulan Juli 2013. Tempat pelaksanaan penelitian di Desa Banuroja Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan 3 ulangan. faktor pertama adalah V1 (Varietas Anjasmoro), V2 (Varietas Willis). Faktor kedua terdiri dari lima perlakuan pemupukan yaitu : P0 (tanpa pupuk), P1 (5 ton/ha), P2 (10 ton/ha), P3 (15 ton/ha), P4 (20 ton/ha). Pengamatan varietas Anjasmoro dan varietas Willis berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji dan produksi per petak. Pemupukan dengan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji dan produksi per petak. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan dua varietas kedelai yang berbeda dengan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi. Dengan demikian hipotesis 3 penelitian ini tidak terbukti. Kata Kunci: Kedelai, Pupuk Kandang Kotoran Sapi, Pertumbuhan, Produksi
2 PENDAHULUAN Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) termasuk jenis tanaman pangan yang tergolong dalam tanaman polong-polongan dan termasuk komoditas tanaman pangan ketiga setelah padi dan jagung di Indonesia. Kedelai adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun bahan penyegar. Perdagangan pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati dan pakan ternak. Alasan utama kedelai diminati masyarakat luas antara lain karena dalam biji kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein nabati sekitar 35 % bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 43 %. Upaya untuk meningkatkan produksi kedelai antara lain dengan penggunaan varietas unggul dan pemupukan. Dengan tersedianya berbagai varietas unggul kedelai, diharapkan para petani kembali untuk menanam berbagai palawija, khususnya kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional yang saat ini masih jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan produksinya. Cahyono (2007), menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatan di lapangan, varietas-varietas unggul tertentu memberikan hasil yang cukup baik apabila ditanam pada lahan-lahan subur. Varietas unggul dapat memberikan hasil panen yang baik, karena varietas-varietas tersebut umumnya tahan terhadap hama dan penyakit, tahan kekeringan, tahan rebah, polong tidak mudah pecah, tanaman mudah membentuk bintil, dan produksinya tinggi. Penggunaan varietas unggul yang mempunyai adaptasi tinggi terhadap pola tanam pada kondisi setempat merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan hasil kedelai persatuan luas. Salah satu pengelolaan usaha tani yang penting untuk dilakukan dalam meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penggunaan pupuk organik yaitu pupuk kandang kotoran sapi. Manfaat pupuk kandang kotoran sapi antara lain, dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, membantu menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme tanah, dan meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Penelitian yang dilakukan oleh Tawakkal (2009), menunjukkan bahwa varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong pada tiap tanaman, bobot biji kering dan umur panen, serta interaksi antara varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini di laksanakan selama empat bulan, dari bulan April sampai bulan Juli 2013. Tempat pelaksanaan penelitian di Desa Banuroja Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato.
3 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: cangkul, patok/ajir, meteran, tali rafia, ember, tugal, gembor, alat tulis menulis, kamera, kalkulator, timbangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain, benih kedelai varietas Anjasmoro dan varietas Willis, pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kotoran sapi. Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor, faktor pertama adalah : V1 = Varietas Anjasmoro V2 = Varietas Willis Faktor kedua terdiri dari lima perlakuan pemupukan yaitu : P0 = tanpa pupuk P1 = 5 ton/ha P2 = 10 ton/ha P3 = 15 ton/ha P4 = 20 ton/ha Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan pada setiap anak petak dengan menentukan titik pengamatan dengan metode diagonal. a. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) b. Pengamatan Cabang Produktif (cm) c. Pengamatan Jumlah Polong (buah) d. Pengamatan Berat 100 Biji (Gram) e. Pengamatan Produksi Perpetak (Gram) Data dan Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan dari setiap perlakuan, maka akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan dua varietas tanaman kedelai yang berbeda dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman kedelai pada umur tanaman 14 HST 49 HST. Rata-rata tinggi tanaman kedelai dan hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 1.
4 Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Anjasmoro dan Willis Serta Uji DMRT 5 % Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST Varietas V1 V2 Pupuk Kandang P0 P1 P2 P3 P4 11,57 a 14,94 b 9,04 a 11,24 b 11,99 bc 12,90 c 13,60 c 18,78 a 18,57 a 16,88 a 17,67 ab 18,54 c 18,63 cd 21, 65 d 31,83 a 30,34 a 28,28 a 29,52 ab 30,17 dc 34,38 d 34,73 d 35,45 b 33,45 a 31,82 a 32,81 ab 33,62 dc 35,54 d 38,47 e 40,46 b 38,35 a 38,15 a 37,97 ab 38,74 cd 40,06 d 42,09 e 45,60 b 42,79 a 41,99 a 42,63 ab 43,75 c 45,20 d 47,49 e Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5% Jumlah Cabang Produktif Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan dua varietas tanaman kedelai yang berbeda dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada jumlah cabang produktif. Rata-rata jumlah cabang produktif kedelai dan hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Cabang Produktif Kedelai Varietas Anjasmoro dan Willis Serta Uji DMRT 5 % Perlakuan Varietas V1 V2 Pupuk kandang P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah Cabang Produktif (helai) 6,52 b 6,18 a 5,90 a 6,32 b 6,37 bc 6,57 cd 6,67 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%
5 Jumlah Polong Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan dua varietas tanaman kedelai yang berbeda dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada jumlah polong. Rata-rata jumlah polong dan hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Polong Varietas Anjasmoro dan Willis Serta Uji DMRT 5 % Perlakuan Varietas V1 V2 Pupuk kandang P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah Polong (buah) 177,54 b 176,20 a 167,50 a 168,07 ab 175,09 bc 186,01 d 187,86 e Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%
6 Bobot 100 Biji Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan dua varietas tanaman kedelai yang berbeda dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada bobot 100 biji. Rata-rata jumlah polong dan hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Bobot 100 Biji Kedelai Varietas Anjasmoro dan Willis Serta Uji DMRT 5 % Perlakuan Varietas V1 V2 Pupuk kandang P0 P1 P2 P3 P4 Bobot 100 Biji (gram) 13,63 a 13,59 a 12,48 a 12,84 ab 13,42 bc 14,10 cd 15,20 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5% Produksi Perpetak Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan dua varietas tanaman kedelai yang berbeda dan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada produksi perpetak. Rata-rata produksi perpetak dan hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Produksi Perpetak Kedelai Varietas Anjasmoro dan Willis Serta Uji DMRT 5 % Perlakuan Varietas V1 V2 Pupuk kandang P0 P1 P2 P3 P4 Produksi Perpetak (kg) 1,56 a 1,48 a 1,36 a 1,42 ab 1,51 bc 1,61 c 1,69 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%
7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki produksi dan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas Willis. Adanya perbedaan kedua varietas tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan sifat-sifat pada setiap varietas sesuai dengan genotif yang dimilikinya. Terdapat perbedaan yang beragam dari masing-masing varietas terhadap peubah amatan yang diamati. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan genetik pada kedua varietas tanaman dan adanya pengaruh lingkungan. Setiap varietas ciri dan sifat khusus yang berpengaruh satu sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman penampilan. Seperti yang dikemukakan oleh Lovelles (1989) suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Sifat khas suatu fenotip tertentu tidak selamanya ditentukan oleh perbedaan genotip atau oleh lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi dapat meningkatkan produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi setelah melewati titik optimum. Ini sesuai dengan literatur Agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi pemberiannya karena makin tinggi pemberiannya hasil justru terus menurun. Perlakuan kebutuhan pupuk yang sesuai memberikan hasil yang terbaik, hal ini didukung juga dengan hasil yang diperoleh dari penelitian.
8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Varietas Anjasmoro dan varietas Wilis berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji dan produksi per petak. 2. Pemupukan dengan pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji dan produksi per petak. 3. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan dua varietas kedelai yang berbeda dengan perlakuan pupuk kandang kotoran sapi. Dengan demikian hipotesis 3 penelitian ini tidak terbukti. Saran 1. Diupayakan adanya informasi kepada petani tentang pemberian pupuk kandang kotoran sapi dalam membudidayakan tanaman kedelai sebagai usaha mengurangi penggunaan pupuk kimia. 2. Penggunaan dua varietas kedelai yaitu varietas Anjasmoro dan varietas Wilis diupayakan dapat digunakan oleh petani dengan memperhatikan jenis pupuk yang digunakan. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kombinasi perlakuan antara dua atau lebih varietas kedelai dengan menggunakan pupuk kandang yang lainnya.
9 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. BPS, 2012. Pangan 2012 Tersandung Impor Kedelai, Singkong dan Gandum. www.spi.or.id/?p=5851 [ Diakses tanggal 25 februari 2013]. BPS, 2012. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.www.bps.go.id/tnmnpgn.php [ Diakses tanggal 19 mei 2013]. BPS, 2012. Pohuwato Dalam Angka/Pohuwato in Figur 2012. Kabupaten Pohuwato. Cahyadi W, 2007. Khasiat dan Teknologi Kedelai. Bumi Aksara. Jakarta. Cahyono B, 2007. Kedelai, Teknk Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu. Firmanto B, 2011. Praktis bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif. Angkasa Bandung. Hartatik W, 2006. Pupuk Kandang. Artikel. http://www.balittanah.litbang.deptan. go. Id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4. Marsono S, 2001. Pupuk akar: Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. Maryanto E, 2002. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Galur Harapan Kedelai pada Kerapatan Tanam Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Maulana Y, 2007. Proses Pembuatan Tempe. Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta. Musnawar I, 2005. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana R, Y. Yuniarsih, 2005. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Sadimin, 2007. Proses Pembuatan Tahu. Sinar Cemerlang Abadi. Semarang. Sitepu A, 2008. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Terhadap Pemupukan Nitrogen dan Fosfor. Skripsi. Unversitas Sumatera. Suhaeni N, 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Bandung. Suprapti L, 2002. Kembang Tahu dan Susu Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
10 Tawakkal, 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L ) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Wuryan, 2011. Pupuk Kandang Sapi.Artikel.file:///c:/users/computer/download/1 581-pupuk-kandang-sapi.data.html. Yuniarda I, 2012. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Karakter Fisiologi Beberapa Varietas Kedelai. Tesis. Universitas Jenderal Sudirman.