BAB I PENDAHULUAN. Keganasan hematologi terdiri dari solid tumor dan nonsolid tumor/leukemia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah episode demam neutropenia berjumlah 20.

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

Pengaruh Kemoterapi Pada Pasien Pediatri Leukimia Limfoblastik Akut Dengan Febrile Neutropenia di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keganasan hematologi dibagi menjadi solid tumor dan nonsolid tumor

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA

Demam neutropenia adalah apabila suhu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. PEMBAHASAN. Penelitian adalah penelitian case control yang melibatkan 52 penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

RINGKASAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin/zat beracun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM NEUTROPENIA DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI OKTOBER Made Dwi Puja Setiawan 1, Ketut Suega 2

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

B A B I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sepsis masih merupakan masalah utama kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien-pasien dengan penyakit hematologi atau onkologi yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

Leukemia limfoblastik akut merupakan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri patogen

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Cyclophosphamide merupakan alkylating agent dari golongan nitrogen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keganasan hematologi terdiri dari solid tumor dan nonsolid tumor/leukemia (ALL, AML, CML). Neutropenia merupakan penurunan jumlah neutrofil dalam darah tepi, sering merupakan komplikasi leukemia akibat infiltrasi sel ganas dan efek samping obat sitostatika pada sumsum tulang. 1 Infeksi bakteri sering berpotensi menimbulkan komplikasi berat berupa sepsis pada pasien leukemia yang diterapi. Sepsis merupakan suatu infeksi yang menginduksi sekumpulan gejala dan gambaran inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/sirs) berupa demam atau hipotermia, leukositosis/leukopenia, takikardi, dan takipneu atau supranormal minute ventilation. 2,3 Faktor risiko timbulnya infeksi bakteri sepsis berupa rusaknya barier fisik kulit dan mukosa akibat efek samping kemoterapi, tindakan invasif seperti pemasangan kateter intravena, gangguan imunitas seluler dan humoral, serta menurunnya jumlah neutrofil (risiko tinggi jika jumlah neutrofil < 500/mm) 3. 4 Moris Patrick pada tahun 2007 melaporkan prevalensi demam neutropenia di Irlandia 64,2 kasus per tahun. 5 Laporan dari RSCM Jakarta prevalensi penderita demam neutropenia pada tahun 2008 sebesar 15%, RS kanker Dharmais Jakarta sebesar 26%, RS dr.soetomo Surabaya: 33% (35% diantaranya kultur positif), dan RS Kandou Manado 22% (dengan kultur positif sebesar 36%), 6 RSUP dr.kariadi 1

Semarang tahun 2003-2007 dilaporkan dari 107 pasien ALL, 48 pasien menderita episode demam neutropenia; 48% hasil kultur darah positif, bakteri terbanyak ditemukan adalah P. aeruginosa (26%) dan S.aureus (23%). 6 Tanda adanya bakteri dalam darah (bakteremia) adalah kultur darah positif, kemudian dilanjutkan tes sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang tepat, namun memerlukan waktu 3-4 hari pasca pengambilan sampel darah. Tanda-tanda infeksi bakteri seperti leukositosis, ditemukannya toksik granulasi, dan I/T rasio (persentase neutrofil stab/neutrofil total) sulit ditentukan pada kasus neutropenia, sehingga demam pada kasus neutropenia harus cepat ditentukan apakah karena penyebab infeksi atau noninfeksi. Paradigma baru dalam tatalaksana demam neutropenia adalah sedapat mungkin menghindari pemakaian antibiotika sampai dibuktikan adanya infeksi bakteri, untuk mengurangi risiko resistensi. Oleh karena itu diperlukan petanda dini infeksi bakteri pada awal demam untuk mengatasi kelemahan kultur darah karena hasilnya memerlukan waktu beberapa hari. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari petanda dini infeksi pada anak dengan demam sebelum hasil kultur darah jadi, antara lain CRP, prokalsitonin, IL-6, dan IL-8, neopterin, IL-10, IL-12, rasio IL-10/IL-12, antagonis reseptor IL-1, soluble receptor TNF I dan II. 7 IL-8 dan IL-6 merupakan kemokin neutrofil pada inflamasi 5, kadarnya meningkat signifikan pada infeksi bakteri dibandingkan demam noninfeksi bakterial. Hasil pemeriksaan kadar IL-6 atau IL-8 pada onset demam disebutkan mampu membedakan kelompok risiko rendah atau tinggi terinfeksi bakteri. 8 Kadar IL-8 kurang dipengaruhi umur dibandingkan IL-6. IL-8 merupakan 2

mediator penting pada respon imun yang diproduksi oleh sel monosit, tipe sel leukosit lain (prekursor mieloid, sel Natural Killer [NK], neutrofil, eosinofil, sel mast), berbagai jaringan (fibroblast, sel endotelial, dan sel epitelial dalam vesikel [badan Weibel Palade], termasuk sel tumor. Stimulus sekresi IL-8 berupa sitokin (IL- 1 dan TN akibat produk bakteri (endotoksin dan eksotoksin), jamur, dan virus. Kadar IL-8 sudah meningkat 3 hari sebelum demam jika terjadi bakteremia. Lehrnbecher 8 menyebutkan nilai cutoff IL-8 30 pg/ml untuk membedakan demam karena infeksi bakteri dan nonbakteri dengan sensitivitas IL-8 adalah 87%, dengan spesifisitas 59%, namun hasil ini berbeda-beda dari tiap peneliti. 9-11 Penelitian ini akan membuktikan perbedaan kadar IL-8 pada infeksi bakteri pada kultur steril, kultur kuman gram+ dan gram -; merupakan bagian penelitian multisenter bersama UGM dan Universitas Sebelas Maret Solo dengan fokus penelitian yang berbeda-beda pada demam neutropenia, dan belum ada penelitian kadar IL-8 sebelumnya untuk anak Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Adakah perbedaan kadar IL-8 pada kejadian infeksi bakteri dan noninfeksi bakteri pada anak yang mengalami keganasan hematologi dengan demam netropenia? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Umum Membuktikan perbedaan kadar IL-8 dengan kejadian infeksi bakteri dan noninfeksi bakteri pada anak yang mengalami keganasan hematologi dengan demam neutropenia. 3

1.3.2 Khusus a. Menganalisis kadar IL-8 pada kultur darah steril dan nonsteril. b. Menganalisis kadar IL-8 pada kultur darah gram + dan gram 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pendidikan Menambah wawasan tentang peran IL-8 sebagai indikator awal infeksi bakteri pada anak dengan keganasan hematologi yang mengalami demam neutropenia. 1.4.2 Bidang IPTEK Memberi masukan bagi pengembangan penelitian imunologi lebih lanjut tentang IL-8 sebagai prediktor dini infeksi bakteri pada keganasan hematologi anak di Indonesia dengan demam neutropenia. 1.4.3 Pelayanan Kesehatan Menyediakan data mengenai peran IL-8 pada kasus demam neutropenia untuk meningkatkan kewaspadaan dini infeksi bakteri dan sepsis sehingga dapat menentukan pemberian antibiotika empiris, menurunkan risiko sepsis dan kematian karena infeksi bakterial berat. 4

1.5 Orisinalitas pada anak: Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan demam neutropenia Peneliti Judul Metoda Hasil Lehrnbecher, dkk Circulating levels and (2004) 8 promoter polymorphisms of IL-6 and IL-8 in pediatric cancer patients with fever and neutropenia 8 De Bont ES. Vellenga E, Seaanenburg JC, Fidler V, Visser-van Brummen PJ, Kamps WA (1999) 9 Diepold M, Noelke P, Duffner U, Kontny U, Berner, dkk (2008) 10 Stryjewski GR. Nylen ES, Bell MJ, Snider RH, Becker KL, Wu A, Lawlor C, Dalton H, (2005) 11 Plasma IL-8 and IL-6 levels can be used to define a group wth low risk of septicaemia among cancer patients with fever and neutropenia Performance of Interleukin-6 and Interleukin-8 serum levels in pediatric oncology patients with neutropenia and fever for the assessment of low-risk. Interleukin-6, Interleukin-8, and a rapid and sensitive assay for calcitonin precusors for determination of bacterial sepsis in febrile neutropenic children Belah Lintang (anak 1-18 th) Kasus kontrol 53 pasien (usia 1-66 tahun) Prospektif pada keganasan hematologi anak dengan demam neutropenia selama kemoterapi (anak 1-20 th) Prospektif, n=54 (anak 5-17 th) IL-6 dan IL-8 tak berbeda bermakna, lebih tinggi pada bakteremia gram -. Cutoff point 30 pg/ml Bakteremia vs demam nonbakteri dan p=0,022 (IL-8). Infeksi gram memberi hasil lebih tinggi daripada gram + atau klinis sepsis. Cutoff point IL-8: 30 pf/ml. IL-6 lebih sensitif daripada IL-8. Cutoff point IL-8: 20 pg/ml + kadar prekusor kalsitonin (cutoff point > 500 pg/ml) merupakan prediktor terbaik vs IL-6 Penelitian ini berbeda pada desain: belah lintang, dengan Sampel: anak usia 1 bulan sampai 14 tahun, dilakukan di bangsal anak RSUP dr.kariadi Semarang. 5