BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Berdasarkan UU No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN LINPERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDATAAN DAN PENDAFTARAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 45 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan negara datur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi segala pajak keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

1 Universitas Bhayangkara Jaya

WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PENGELOLAANADMINISTRASIPAJAKBUMI DAN BANGUNAN PERDESAANDANPERKOTAAN WALIKOTASURAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah salah satu wujud kemandirian bangsa dalam pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan, sebagai mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting dalam mensukseskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sebagai

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 35 TAHUN TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang. Dengan kemajuan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan, Indonesia menyadari sebagai negara berkembang perlu adanya pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih maju maka harus disertai adanya target untuk mencapai kehidupan pada suatu kondisi yang dianggap lebih baik. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan di Negara Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Secara umum, pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada Negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk (Prakosa,2003). Penerimaan pajak merupakan hal sangat penting dalam penerimaan kas negara. Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, pajak merupakan pilihan yang sangat tepat karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan di Negara Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau 1

2 badan yang bersifat memaksa berdasarka Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pajak sendiri dibagi dalam beberapa jenis, diantaranya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas barang Mewah (PPnBM), Pajak Bea dan Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatanusaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu pajak dapat dimengerti mengingat bahwa bumi dan bangunan telah memberikan keuntungan yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak diatasnya atau memperoleh manfaat dari bumi/bangunan tersebut. Dengan menimbang bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan digunakan sebesar-besarnya bagi keperluan pembangunan daerah, berdasarkan pada Pasal 2 ayat (2) huruf j Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dan dalam rangka pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan diwilayah Kota Semarang serta sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah perlu mengatur ketentuan tentang pajak bumi dan bangunan khususnya sektor perkotaan dalam peraturan daerah. Oleh karenanya Pajak Bumi dan Bangunan perkotaan khususnya daerah kota semarang telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf j Undang- Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pemerintah kota berwenang memungut Pajak Bumi dan Bangunan khususnya sektor perkotaan, maka Pajak Bumi dan Bangunan kini telah diambil alih oleh Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA). Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang kemudian pemungutan Pajak bumi dan Bangunan

3 dilakukan di kantor cabang BAPENDA yaitu Pos Pelayanan PBB dan terbagai dalam 4 (empat) wilayah. Dalam rangka untuk menjaring wajib pajak ataupun untuk melakukan ekstensifikasi jumlah wajib pajak ada dua hal yang dapat dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Pos Pelayanan Pajak selaku unit pelaksana, yaitu melakukan pendaftaran dan pendataan terhadap objek dan subjek pajak. Didalam ketentuan Undnag-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan ketentuan mengenai pendaftaran objek dan subjek pajak tercantum dalam pasal 9 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak. Sesuai ketentuan tersebut maka subjek pajak yang memiliki/menguasai/memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan wajib hukumnya untuk mendaftarkan objek pajaknya termasuk jati dirinya dengan jalan mengisi formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Bagi subjek pajak yang memiliki/menguasai bangunan, maka disamping mengisi formulir SPOP juga harus mengisi formulir Lampiran SPOP (LSPOP) yang berisikan data/karakteristik bangunan yang dimilik/dikuasainya. Dengan uraian diatas, maka disusunlah Tugas Akhir ini dengan judul MEKANISME PENDATAAN OBJEK PAJAK BARU DISERTAI PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA POS PELAYANAN PBB CABANG BAPENDA KOTA SEMARANG 1.2 Ruang Lingkup Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan diatas maka dalam penyusunan Tugas Akhir ini akan membahas:

4 1. Bagaimana mekansisme pendataan objek pajak baru pada Pos Pelayanan PBB cabang Badan Pendapatan Daerah Kota Semarang? 2. Bagaimana cara perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan dalam objek pajak baru? 3. Apa saja hambatan dalam pendataan objek pajak baru pada Pos Pelayanan PBB cabang Badan Pendapatan Daerah Kota Semarang? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Agar penulisan Tugas Akhir ini mempunyai arah dan tepat sasaran diperlukan adanya tujuan, adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini adalah: 1. Untuk mengetahui mekanisme pendataan objek pajak baru. 2. Untuk mengetahui perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan 3. Untuk mengetahui kendala/hambatan dalam pendataan objek pajak baru. 1.3.2 Kegunaan Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai lebih baik. Adapun manfaat yang diharapkan dari Penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Bagi Penulis a. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman penulis terutama yang berhubungan dengan mekanisme pendataan objek pajak baru. b. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro terhadap masalah yang terjadi di lapangan maupun di lingkungan kerja. 2. Bagi Akademik

5 a. Memanfaatkan umpan balik untuk menyempurnakan materi perkuliahan yang diperoleh dari kegiatan kuliah kerja praktik pada Badan Pendapatan Daerah Kota Semarang. b. Menumbuhkan kerjasama dan menjalin jenjang komunikasi intelektual dengan instansi pemerintah. 3. Bagi Instansi a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara instansi pemerintah dengan Perguruan Tinggi khususnya Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. b. Instansi dapat mewujudkan masukan akademis dalam memperbaiki kekurangan yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam mekanisme pendataan objek pajak baru. 4. Bagi Pihak lain Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Diploma III Perpajakan dalam penulisan tugas akhir selanjutnya. 1.4 Cara Pengumpulan Data 1.4.1 Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam melaksanakan Tugas Akhir ini diantaranya: a. Data Primer Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Supranto, 2008). Penulis memperoleh data melalui dokumen dari Pos Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Wilayah 1 Kota Semarang. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi

6 (Supranto, 2008). Data sekunder dalam tugas akhir ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti bukubuku, literatur, dan bacaan yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir. 1.4.2 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk mendapatkan data dan bahan yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir ini adalah: a. Metode Wawancara : Metode Wawancara adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang berhubungan langung dengan objek penelitian (Marzuki, 2005). Penulis mengajukan pertanyaan yang disusun secara sistematis berdasarkan pada tujuan laporan. Pertanyaan yang diajukan mengenai tentang mekanisme pendataan objek pajak baru. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006) 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan memberikan gambaran secara garis besar mengenai tugas akhir. Dalam penyusunan tugas akhir ini sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN

7 Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan kegunaan penulisan, jenis dan metode pengumpulan data, sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG Bab ini berisi tentang Sejarah BAPENDA Kota Semarang, kebijakan dan kegiatan BAPENDA Kota Semarang, Tugas Pokok dan fungsi BAPENDA Kota Semarang, Struktur Organisasi BAPENDA Kota Semarang. BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK TENTANG MEKANISME PENDATAAN OBJEK PAJAK BARU Bab ini berisi tentang definisi pajak bumi dan bangunan, dasar hukum PBB, objek subjek dan wajib pajak bumi dan bangunan, dasar pengenaan tarif dan cara perhitungan PBB, mekanisme pendataan objek pajak baru, kemudian juga akan dibahas praktik mekanisme pendataan objek pajak baru pada Pos Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Cabang BAPENDA Kota Semarang dan permasalahan dalam pendataan objek pajak baru. BAB IV PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang terkait dengan mekanisme pendataan objek pajak baru pada Pos Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Cabang BAPENDA Kota Semarang.