BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat. memenuhi kebutuhannya.interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEGALITAS TOKO MODERN DAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

PERGESERAN SUBSEKTOR PERDAGANGAN ECERAN DARI TRADISIONAL KE MODERN DI INDONESIA OLEH WIDI HARTATI H

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut :

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin memenuhi kebutuhannya.interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang disebut pasar. Pada mulanya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat hanya dapat diperoleh di suatu tempat yang disebut pasar tradisional. Namun perkembangan jaman membawa perubahan yang cukup besar sehingga mulai terjadi pergeseran-pergeseran dari pasar tradisional ke pasar modern. Pergeseran tersebut sangat jelas di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dan lainnya. Sebagai contoh, di Medan telah dibangun banyak pasar swalayan atau toko ritel yang lebih modern dengan segala macam keunikan penawaran maupun fasilitas untuk para pembeli, walaupun toko-toko ritel tradisional masih banyak di berbagai tempat.persaingan Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan sebagai persaingan global. Perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub sektor perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat pemerintah daerah untuk mengembangkan Toko Modern. Toko Modern sangat

erat kaitannya dengan sektor perindustrian, yaitu sebagai distributor atau agen agar hasil produksi yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ke tangan konsumen. Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, memiliki sektor perindustrian yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan nasionalnya (Produk Domestik Bruto, PDB), yaitu rata-rata sekitar 25 persen atau seperempat komponen pembentukan PDB total selama lima tahun terakhir. Hal ini terlihat dari peranannya terhadap struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan Tahun 2009-2012, di bawah ini: Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 2010 No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 2,845 2,868 2,371 2,84 2 Pertambangan dan 0,006 0,004 0,004 0,01 Penggalian 3 Industri Pengolahan 16,283 15,978 15,091 15,68 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,877 1,726 1,786 1,86 5 Bangunan 9,774 9,557 9,626 9,47 6 Perdagangan, Hotel dan 25,438 25,938 25,795 25,93 Restoran 7 Pengangkutan dan 19,022 19,099 19,471 19,63 Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa 14,127 14,528 14,728 14,10 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 10,628 10,302 10,769 10,51 Sumber : BPS Kota Medan. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Medan bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya pada periode 2007-2010. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 25,438 % meningkat pada tahun 2010 menjadi 25,93 %. Nilai kontribusi maupun pertumbuhan yang meningkat dari

tahun ke tahun diduga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan kondisi politik yang kurang kondusif.sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki pertumbuhan yang senantiasa lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB dalam periode 2007-2010. Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam sistem perekonomian nasional yang berperan dalam menjembatani sektor produksi dengan konsumsi baik antar sektor maupun secara regional. Dari dua bentuk perdagangan yaitu perdagangan besar dan eceran, perdagangan eceran merupakan bentuk perdagangan yang langsung memenuhi kebutuhan hidup atau konsumsi orang banyak. Dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan retail, dalam skala kecil, menengah dan bisnis perdagangan retail modern, maka pasar tradisional perlu diperdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang, serasi dan saling memerlukan, memperkuat serta saling menguntungkan. Menurut Perpres No.112 Tahun 2007 dan Permendag 53/2008, perusahaan retail terbagi kedalam perusahaan retail tradisional dan retail modern. Ritel modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, ataupun Grosir berbentuk Perkulakan. Sedangkan ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan di pasar tradisional.

Tahun ketahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar retail tradisional terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern, hal tersebut diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku retail modern yang pada awalnya hanya di kujungi oleh kalangan konsumen kelas atas, sekarang merambah ke konsumen menengah dan bawah. Keberadaan pasar-pasar tradisional makin lama makin terpinggirkan, sejalan dengan menjamurnya mall, hypermarket dan minimarket. Pasar tradisional, terpaksa harus menyingkir ke belakang panggung, menjadi semacam budaya yang terlupakan. Pada penelitian Nilesen dalam Hartati (2006), diungkapkan fakta mengenai penurunan pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Pada tahun 2001 pasar tradisional masih menguasai pangsa pasar sebesar 75,2 persen dari total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri. Namun pada tahun 2005 pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar menjadi sebesar 67,6 persen. Berbanding terbalik dengan yang dialami pasar tradisional, pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar modern justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 1.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern Tahun Pasar Modern (%) Pasar Tradisional (%) 2001 24,8 75,2 2002 25,1 74,8 2003 26,3 73,7 2004 30,4 69,6 2005 32,4 67,6 Sumber : Penelitian Nielsen, 2005 Bila dilihat dalam kenyataan saat ini, pembangunan retail modern semakin marak dan cenderung telah menggeser peranan retail tradisional karena sebagian

masyarakat terutama masyarakat perkotaan lebih banyak memenuhi kebutuhan rumah tangga dari retail modern. Masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di retail modern karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan retail tradisional antara lain suasana pasar yang bersih, nyaman dan aman serta harga yang seringkali lebih murah dibandingkan dengan retail tradisional. Pertumbuhan pesat retail modern belakangan ini, perlu memperhatikan kelangsungan retail tradisional yang selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat berbelanja maupun untuk berusaha.untuk itu, perlu adanya suatu kebijakan dari pemerintah yang dapat menyelaraskan antara kepentingan pengusaha retail modern dengan pengusaha retail tradisional. Pergeseran tuntutan pelanggan tidak hanya dipengaruhi oleh implementasi dari program bauran pemasaran saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan secara keseluruhan. Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barangbarang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tradisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam Fenomena lain yang membuat konsumen berpindah dari pasar tradisional ke pasar modern yaitu pelayanan dan tempat yang mereka sajikan ke konsumen sangat jauh berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi suasana yang ditawarkan

antara pasar tradisional dan pasar modern yaitu pada pasar tradisional, konsumen banyak sekali disuguhi dengan suasana kotor, sumpek, dan sering kali tidak ada jaminan terhadap barang yang konsumen beli, sedangkan pada pasar modern yang luas dan ber AC dingin, sehingga nyaman apabila konsumen berbelanja, membuat konsumen betah berlama-lama disana, sehingga sangat memungkinkan konsumen untuk berbelanja barang yang lain diluar catatan barang yang sudah konsumen rencanakan. Keadaan ini merupakan peluang bagi mereka yang mampu memanfaatkan situasi tersebut.industri ritel telah menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan konsumen.maraknya perkembangan pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket akhir-akhir ini telah menggeser peran pasar tradisional. Sebagian masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar modern, terutama masyarakat di perkotaan. Berdasarkan gambaran di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan konsumen dihadapkan oleh dua pilihan, retail tradisionil atau retail modern yang memenuhi barang-barang kebutuhannya. Apakah retail modern akan mematikan aktivitas retail tradisionil, bersaing sudah pasti, yang akan eksis akan di butuhkan oleh kondisi lingkungan masyarakat itu sendiri. Keadaan ini menjadi perhatian penulis yang di kemas dengan judul analisis persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah : 1. Pada Tingkat Pendapatan berapa pergeseran konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. 2. Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. 3. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. 4. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. 1.3. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pendapatan pergeseran konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan

1.4. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai diharapkan akan memberikan masukan bagi : 1. Sebagai sumbangsih untuk pemerintah kota Medan dalam menentukan kebijakan perlindungan terhadap retail tradisionil di kecamatan Medan marelan, kota Medan. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pedagang tradisional dan retail modern untuk pengembangan usaha kedepan. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi retail modern dalam mengembangkan usaha di kecamatan Medan Marelan, Kota Medan 4. Tambahan Referensi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan persepsi pergeseran perilaku konsumen dari retail tradisional ke retail modern.