HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA GMIM TOMOHON Mercy Fay Sharon Siwu*, Odi Pinontoan *, Adisti A. Rumayar * *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seorang pekerja baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan pada lingkungan kerjanya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Masa kerja dan beban kerja merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stres kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan masa kerja dan beban kerja dengan stres kerja pada perawat di ruang rawat inap RSU Bethesda GMIM Tomohon. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study (potong lintang). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap RSU Bethesda GMIM Tomohon dengan jumlah 56 orang. Data yang diperoleh ialah melalui hasil jawaban kuesioner. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar perawat memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 44 orang (78,6%), beban kerja perawat sebagian besar adalah beban kerja berat sebanyak 50 orang (89,3%), dan perawat yang mengalami stres tinggi yaitu 40 orang (71,4%). Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan stres kerja dengan p value = 0,256 (p>0,05). Sedangkan hasil dari hubungan antara beban kerja dengan stres kerja didapatkan terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat p value =0,011 (p<0,05). Saran bagi perawat perlunya manajemen diri yang efektif sehinga beban kerja yang tinggi dan stres kerja perawat dapat dikendalikan sagar tidak mengganggu kinerja dan tidak memunculkan masalah kesehatan pada Kata Kunci : Masa Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja ABSTRACT Work stress is a form of a worker response both physically and mentally to a change in their working environment that is perceived as disturbing and leads to threatened. Working period and workload are some of many factors that influence the occurrence of work stress. The purpose of this research was to analyze the relationship between working period and workload with work stress on inpatien room nurse of Bethesda GMIM hospital, Tomohon. This research is an analytic survey research with cross sectional study design. The study was conducted in March 2018. The sample in this study was all nurses in the inpatient room with a total of 56 respondent. The data obtained through questionnaire results. Data analysis in this research is univariate and bivariate analysis using Chi-square test. The result of the research shows that most of the nurses have a working period of 5 years with 44 people (78,6%). 50 people (89,3%) experienced a heavy workload and the majority of the respondents with high work stress is 40 people (71.4%). The conclusion is there is no relation between work period and work stress with p value = 0,256 (p> 0,05). While there is a relation between work load and work stress, p value = 0,011 (p <0,05). Self-management is important to nurse so that if the nurse experienced high workload, work stress can be controlled effectively and does not impact their performance. Keywords: Working Period, Workload, Work Stress
PENDAHULUAN Stres kerja merupakan masalah yang sering dijumpai serta menjadi perhatian di bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Masalah yang dialami pekerja dapat menghasilkan ketidakstabilan psikologis serta mempengaruhi produktivitas (Sucipto,2014). Stress kerja sebagai suatu bentuk tanggapan seorang pekerja baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan pada lingkungan kerjanya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Menurut data WHO tahun 2014, di banyak Negara sebesar 8% penyakit yang ditimbulkan akibat kerja adalah depresi. Hasil penelitian Labour Force Survey pada tahun 2014 menemukan adanya 440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380 kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Survei dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 menunjukkan sekitar 50,9% yang bekerja di empat provinsi mengalam stres kerja, sering pusing, lelah, serta tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu serta gaji rendah tanpa insetif memadai. Wood et al (2001) mengungkapkan penyebab stres dalam pekerjaan adalah beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, kualitas supervisi yang tidak proporsional, ambiguitas peran, wewenang yang tidak mencukupi, umpan balik yang tidak memadai, konflik antar pribadi, dan berbagai bentuk perubahan. Kondisi individu sepeti umur, jenis kelamin, tempramental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan merupakan faktor penyebab stres (Tarwaka,2004). Masa kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih tahan terhadap tekanantekanan dalam pekerjaan, dari pada individu dengan sedikit pengalaman (Kawatu, 2012). Masa kerja berhubungan dengan pengalaman seorang pekerja dalam menghadapi masalah di tempat kerja. Masa kerja memiliki potensial untuk timbulnya stres kerja, baik itu untuk masa kerja yang sebentar ataupun masa kerja yang sudah lama dapat memicu terjadinya stres kerja pada seorang pekerja. Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Beban kerja pada perawat antara lain melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien, melakukan pencatatan dan dokumentasi asuhan keperawatan pasien, bekerja dengan sistem shift.berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan antara Masa Kerja dan Beban Kerja dengan Stres Kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan crosssectional study (potong lintang). Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon pada bulan Maret 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon yang berjumlah 56 orang. Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner dengan metode wawancara.analisis bivariat dengan menggunakan uji Korelasi Spearman rank. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon berdasarkan kategori Masa Kerja. Masa kerja (tahun) n % 1-2 3 5,4 3-4 9 16,1 >5 44 78,6 Jumlah 56 100,0 Table diatas menunjukkan bahwa masa kerja perawat yang memiliki masa 1-2 tahun berjumlah 3 orang (5,4%), masa kerja 3-4 tahun berjumlah 35 (16,1%) dan perawat yang memiliki masa kerja 5 tahun tahun sebanyak 44 orang (78,6%). Data tersebut menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSU Bethesda GMIM Tomohon sebagian besar memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Masa kerja berhubungan dengan pengalaman seorang pekerja dalam menghadapi masalah di tempat kerja. Masa kerja memiliki potensial untuk timbulnya stres kerja, baik itu untukmasa kerja yang sebentar ataupun masa kerja yang sudah lama dapat memicu terjadinya stres kerja pada seorang pekerja. Individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih tahan terhadap tekanan dalam pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman (Kawatu, 2012). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon berdasarkan kategori Beban Kerja Kategori beban kerja n % Beban kerja ringan 6 10,7 Beban kerja berat 50 89,3 Jumlah 56 100,0 Tabel diatas menunjukkan bahwa perawat yang mengalami beban kerja ringan yaitu 6 orang (10,7%) dan
yang mengalami beban kerja berat 50 orang (89,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon sebagian besar memiliki beban kerja berat. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku, dan persepsi dari pekerja (Tarwaka 2010). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon berdasarkan kategori Stres Kerja. Kategori stress n % Sedang 7 12,5 Tinggi 40 71,4 Sangat tinggi 9 16,1 Jumlah 56 100,0 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa perawat yang mengalami stres sedang sebanyak 7 orang (12,5%), perawat yang mengalami stres tinggi yaitu 40 orang (71,4%) dan perawat yang mengalami stres sangat tinggi yaitu 9 orang (16,1%). Stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar atau kesempatan melakukan sebuah kegiatan penting, yang dalam pemenuhannya terdapat hambatan-hambatan dan ketidakpastian yang dapat memengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang (Badeni,2014). Stres kerja adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan dengan apa yang ia inginkan dan hasilnya dipersepsikan sebagai yang tidak pasti atau penting Robbin (1966) dalam Badeni (2014). Beratnya intensitas kerja sering kali disebut sebagai stres kerja (Harrianto.2008). Stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan, tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Akibat adanya stres kerja tersebut, orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan perubahan kondisi fisik individu. Sebagai hasil dari adanya stres kerja pekerja mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, (Sucipto,2014). Menurut Health Safety Executive (2008), stres adalah reaksi negatif manusia akibat adanya tekanan yang berlebihan atau jenis tuntutan lainnya. Hal tersebut membuat suatu pemisahan yang penting diantara tekanan yang dihadapi, namun demikian, stres akan menjadi hal yang positif jika dapat dikendalikan secara benar, dan sebaliknya bila tidak dapat dikendalikan dengan baik akan dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan. individu maupun dari lingkungan Tekanan yang dapat menyebabkan stres, pekerjaannya (Tarwaka,2010). dapat muncul dari kehidupan personal Tabel 4. Hubungan Antara Masa Kerja dengan stres kerja Masa Stres Kerja p r kerja (tahun) sedang % tinggi 5,4% Sangat tinggi % Total % 1-2 0 0,0% 3 5,4% 0 0,0% 3 5,4% 3-4 3 5,4% 5 8,9% 1 1,8% 9 16,1% 0,167 0,187 5 4 7,1% 32 57,1% 8 14,3% 44 78,6% 7 12,5% 40 71,4% 9 16,1% 56 100,0% Berdasarkan data diatas perawat dengan masa kerja 1-2 tahun yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 0 (0,0%), yang mengalami stress tinggi 3 orang (5,4%), dan yang mengalami stress sangat tinggi 0 orang (0,0%), perawat dengan masa kerja 3-4 tahun yang mengalami stress sedang sebanyak 3 orang (5,4%), stress tinggi sebanyak 5 orang (8,9%) dan stres sangat tinggi sebanyak 1 orang (1,8%). Sedangkan perawat dengan masa kerja >5 tahun yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 4 orang (7,1%), stress kerja tinggi 32 orang (57,1%) dan stress kerja sangat tinggi 8 orang (14,3%). Dari hasil uji statistik spearman antara beban kerja dengan stres kerja diketahui bahwa nilai p value = 0,167 kemudian nilai r = 0,187. Dapat dinyatakan bahwa diterima dan ditolak jadi tidak terdapat hubungan antara masa kerja dan stres kerja pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon. Masa kerja berhubungan dengan pengalaman seorang pekerja dalam menghadapi masalah di tempat kerja. Masa kerja memiliki potensial untuk timbulnya stres kerja, baik itu untuk masa kerja yang sebentar ataupun masa kerja yang sudah lama. Perawat di Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon banyak yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun sehingga sebagian besar perawat sudah lebih efektif dalam menangani stres. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kawatu (2012) bahwa individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih tahan terhadapt ekanantekanan dalam pekerjaan.
Tabel 3. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Beban Kerja Stres Kerja p r Sedang % Tinggi % Sangat % Total % Tinggi Ringan 3 5,4 3 5,4 0 0,0 6 10,7 0,000 0,482 Berat 4 7,1 37 66,1 9 16,1 50 89,3 7 12,5 40 71,4 9 16,1 56 100 Dari hasil data diatas, perawat stres kerja termasuk perawat. dengan beban kerja normal yang Meningkatnya tuntutan pekerjaan mengalami stress kerja sedang sebanyak perawat saat naiknya lonjakan pasien di 3 orang (5,4%), stress kerja tinggi 3 RSU Bethesda GMIM Tomohon orang (5,4%) dan stress kerja sangat tinggi 0 orang (0,0%). Sedangkan perawat dengan beban kerja lebih yang mengalami stress kerja sedang sebanyak menyebabkan stres kerja pada perawat, Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Faktor yang menyebabkan perawat 4 orang (7,1%), stress kerja tinggi 37 dengan beban kerja yang berat orang (66,1%) dan stress kerja sangat tinggi sebanyak 9 orang (16,1%). Dari hasil uji statistik spearman antara beban kerja dengan stres kerja diketahui bahwa cenderung mengalami stres yaitu jarak dari rumah tempat tinggal ke tempat kerja. Seperti diketahui bahwa dalam melaksanakan tugas sebagai perawat correlation coefficient (koefisien ditentukan dengan menggunakan shift korelasi) r= 0.425, kemudian nilai signifikan adalah p = 0.001 sebagaimana hasil yang didapatkan (0,001< 0,05) kerja. Perawat dengan jarak rumah tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja menganggap bahwa penggiliran maka dapat dinyatakan bahwa jadwal kerja shift pagi merupakan ditolak dan diterima yaitu terdapat masalah utamanya dalam bekerja. hubungan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon. Terlihat dari hasil tersebut bahwa stres merupakan realita kehidupan setiap hari yang dapat menyerang siapa saja. Seluruh tenaga kerja merupakan salah satu sasaran dari Keluhan lain dari perawat yaitu perawat merasa ada gangguan tidur setelah pulang bekerja dari rumah sakit, perawat sering marah dan mengomel pada saat bekerja di rumah sakit, perawat merasa tergantung pada orang lain dan suhu udara panas dalam ruangan tempat
bekerja yang membuat parawat merasa terganggu dalam melakukan pekerjaan. Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar perawat mengalami stres disebabkan oleh beban kerja berat. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya overstres. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2014) tentang hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD RSUD Kabupaten Semarang. Dari analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diketahui bahwa beban kerja berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat stres kerja. Hal ini dibuktikan dengan dengan uji Kendall Tau s didapatkan nilai p 0,000, artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD RSUD Kabupaten Semarang. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. 2. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. SARAN Bagi RSU Bethesda Tomohon perlu menambah jumlah perawat dan perlu menciptakan kondisi kerja yang meneyenangkan agar beban kerja terasa ringan Bagi perawat RSU Bethesda Tomohon perlu lebih efektik dalam menyesuaikan diri dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar tingkat stres bisa diatasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anoraga Pandji. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar A, Prihartono J. 2014. Metodologi Penelitian. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher. Fardiansyah. 2014. Analisis Hubungan Beban Kerja Dan Lama Masa Kerja Dengan Stres Pada Perawat Di Puskesmas Blooto Kota Mojokerto. MEDICA MAJAPAHIT. Vol.6 No 2 Oktober 2014. Halaman 97-107 di akses pada tanggal 22 februari 2018 (http://ejurnal.stikesmajapahit mojokerto.ac.id/index.php/mm /article/view/19/16) Hadipoetro S. 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan
Kerja. Jakarta: Yayasan Patra Tarbiyya Nusantara. Harrianto. Ridwan. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC Haryanti, Faridah, Puji. 2013. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan. Vol 1, No.1 Mei 2013. Halaman 48-56 di akses pada tanggal 26 februari 2018 (http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jmk/article/download/949/ 1001) Health Safety Executive, 2015. Work Related Stress, Anxiety and Depression Statistics in Great Britain. hse.gov.uk.pdf diakses tanggal 1 Juni 2017. Kawatu P. 2012. Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. FKM. Munandar. 2014. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Sucipto. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing Suratmi, Wisudawan 2014. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Jurnal Keperawatan. Vol 6, No 2 Juli 2015. Halaman 142-150 di akses pada tanggal 20 maret 2018 (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2 869/3521) Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikas di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Wagiu, Kolibu, Asrifuddin. 2017. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Hermana. Media Kesehatan. Vol 9, No 3 (2017). Halaman 1-8 di akses pada tanggal 22 februari 2018 (https://ejournalhealth.com/inde x.php/medkes/article/view/326/3 18)