43 BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei langsung dengan cara membagikan kueisoner kepada para responden. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1995). 3.1.2 Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap pada PT. Telekomunikasi Indonesia di Bumiayu yang berjumlah 216 orang karyawan. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan untuk menyesuaikan dengan kriteria penelitian agar dapat meningkatkan ketepatan sampel (Sugiono, 2002). Karakteristik populasi yang diteliti adalah karyawan tetap yang sudah mempunyai masa kerja minimal 2 tahun. Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi, digunakan rumus sebagai berikut : 43
44 Menurut slovin n = N 1 + Ne 2 Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, misalkan 10% n = = 216 1 + 216 (0,1) 2 216 3.16 = 68.35 = 70 (dibulatkan) Dalam penelitian ini ukuran sampel minimal yang akan digunakan adalah 70 responden namun untuk mengantisipasi tidak kembali dan rusaknya kuesioner, maka peneliti menyebar sebanyak 90 kuesioner. 3.1.3 Metode Pengumpulan data. a. Pengumpulan data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden melalui penyebaran kuesioner pada karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia di Bumiayu. Dengan cara:
45 1. Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi secara langsung dan secara lisan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keadaan dan gambaran pada PT. Telekomunikasi Indonesia Di Bumiayu. 2. Observasi Observasi adalah melakukan pengamatan dan meninjau langsung aktifitas-aktifitas pada perusahaan yang diteliti. 3. Kuesioner Kuesioner yaitu sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan untuk mendapat informasi dari laporan tentang diri sendiri atau informasi yang diteliti. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen dan catatancatatan pada PT. Telekomunikasi Indonesia di Bumiayu dan bukubuku kepustakaan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. 3.1.4 Definisi Operasional Variabel a. Variabel Komitmen afektif Robbins (2008) mengemukakan bahwa perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka menginginkanya. Berkaitan dengan secara emosional terikat
46 dengan organisasi, identifikasi serta keterlibatan berdasarkan atas nilai-nilai yang sama. Adapun Indikator komitmen afektif (X1) dalam penelitian ini antara lain (Purwanto, 2010): a) Peduli akan citra perusahaan. b) Sangat senang menjadi bagian perusahaan. c) Menghormati dan menerima hal-hal yang dianggap penting oleh atasan. d) Melakukan pengorbanan pribadi untuk kemajuanperusahaan. e) Menempatkan kepentingan perusahaan demi kemajuan. b. Variabel Komitmen Kontinuan Robbins (2008) komitmen dalam nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan orgnisasi tersebut. Seorang karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja dengan di bayar tinggi dan merasa bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan keluarganya. Komitmen ini mengarah kepada perhitungan untung-rugi dalam diri karyawan sehubungan dengan keinginanya untuk tetap mempertahankan atau meninggalkan pekerjaanya. Indikator komitmen kontinuan (X2) adalah (Purwanto, 2010): a) Mempertimbangkan/evaluasi diri apabila akan meninggalkan organisasi tersebut. b) Menunjukan sikap kecintaan terhadap perusahaan. c) Berfikir positif bahwa organisasinya lebih baik. d) Merasa berhutang budi terhadap perusahaan.
47 c. Variabel Komitmen Normatif Meyer & Allen (1993), dalam Devi dan Anita (2007) komitmen ini adalah dengan adanya perasaan wajib dalam diri karyawan untuk tetap bekerja dalam organisasi untuk tetap tinggal. Sehingga menimbulkan perasaan kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas keuntungan-keuntungan yang telah di berikan organisasi. Adapun indikator komitmen normatif (X3) adalah (Purwanto, 2010): a) Bekerja penuh tanggung jawab. b) Menuruti peraturan dan ketentuan yang berlaku. c) Memiliki sikap positif terhadap perusahaan. d) Bersedia mendorong rekan kerja serta mendorong organisasi untuk samasama maju. e) Memiliki gagasan yang cemerlang dan bisa diterapkan demi kemajuan organisasi. d. Kepuasan kerja (Z) Kepuasan kerja adalah tingkat kepuasan individu dengan posisinya dalam organisasi secara relatif dibanding dengan teman sekerja lain. Kepuasan kerja menunjukkan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya mereka dan pengalaman pekerjaan mereka. Adapun indikator kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (Aji, 2011): 1) Kepuasan terhadap sifat pekerjaan (sejauh mana cirri-ciri pekerjaan tersebut dipandang menarik dan berharga dimata karyawan).
48 2) Kepuasan terhadap perilaku pimpinan (sejauh mana pimpinan dipandang memiliki kapabilitas kepemimpinan yang baik, serta bersikap dan berperilaku baik terhadap karyawan). 3) Kepuasan terhadap perilaku rekan kerja (sejauh mana rekan-rekan kerja dipandang berkualifikasi, bersikap, dan berperilaku kerja positif, dan memotivasi karyawan). 4) Kepuasan terhadap gaji/kompensasi (sejauh mana gaji/kompensasi yang diterima karyawan dipandang adil dan memuaskan, baik sistem maupun jumlahnya). e. Keinginan berpindah kerja (Y) Keinginan berpindah adalah keinginan seseorang untuk keluar dari tempat ia bekerja dan mencari alternatif pekerjaan lain (Smith et al, 1969). Adapun indikator keinginan berpindah (Y) adalah : 1. tidak berfikir akan menghabiskan semua karir di organisasi, 2. ingin meninggalkan organisasi dalam waktu dekat, 3. memutuskan untuk meninggalkan organisasi, 4. mencari pekerjaan lain, 5. jika dalam waktu dekat tidak dipromosikan, akan mencari pekerjaan di tempat lain,
49 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Skoring Pengukuran dengan skala likert. Skala ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif kejenjang yang sangat negatif, untuk menunjukan sejauh mana tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti dengan kriteria sebagai berikut (Umar, 2002) : a. Jawaban sangat setuju mendapat skor 5 b. Jawaban setuju mendapat skor 4 c. Jawaban ragu-ragu mendapat skor 3 d. Jawaban tidak setuju mendapat skor 2 e. Jawaban sangat tidak setuju mendapat skor 1 Skor diperoleh dari setiap pertanyaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan. Nilai total untuk seluruh jawaban dihitung untuk setiap responden. 3.2.2 Uji Kualitas Data b. Uji Validitas Pengujian validitas merupakan uji sejauh mana suatu alat atau instrument pengujian dapat mengukur apa yang sebenarnya yang ingin diukur. Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap dari variabel yang akan diteliti secara tepat, namun juga harus mampu memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Untuk
50 menguji validitas data yang digunakan rumus teknik korelasi product moment (Singarimbun dan Effendi, 1998) r xy N( XY) ( X)( Y) {n X 2 ( X) 2 }{n Y 2 ( Y) 2 } Keterangan : r xy = koefisien product mement N = Jumlah responden X = Skor nilai item Y = Skor total nilai item Kriteria pengujian dengan α = 0.05 dan df n 2: Jika r dihitung > r tabel, pernyataan dinyatakan valid Jika r dihitung r tabel, pernyataan dinyatakan tidak valid c. Uji Reliabilitas Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Cronbach Alpha (α); (Arikunto, 2002) α = ( k ) (1- σ 2 b) K 1 σ 2 1 Keterangan : α K = Koefisien reliabilitas = Banyaknya variabel pertanyaan
51 σ 2 1 = Variabel total 3.3 Metode Analisis σ 2 b = Jumlah variabel butir Kriteria pengujian dengan α = 5%, maka : Jika r 11 > r tabel, berarti dinyatakan reliable. Jika r 11 r tabel, berarti dinyatakan tidak reliable. 3.3.1 Analisis Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi digunakan rumus koefisien korelasi sederhana dengan rumus sebagai berikut : n ( XY) ( X)( Y) r = n( X 2 ) ( X) 2 n( Y 2 ) ( Y) 2 Keterangan : r = koefisien korelasi product moment n = jumlah responden X = skor nilai item Y = skor total nilai item Nilai korelasi adalah antara 0 sampai 1.Jika korelasi semakin mendekati nilai 1 berarti memiliki hubungan yang semakin kuat. Ukuran korelasi sebagai berikut (Young dalam tim penyusun PAS, 2011): Bila 0,70 s.d 1,00 (nilai absolut) menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi.
52 Bila 0,40 s.d < 0,70 (nilai absolut) menunjukkan tingkat hubungan yang substansial. Bila 0,20 sd < 0,40 (nilai absolut) menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Bila < 0,20 (nilai absolut) menunjukkan tidak adanya hubungan. 3.3.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum suatu regresi digunakan perlu dilakukan uji asumsi klasik karena suatu regresi dapat digunakan atau dianggap baik jika model regresi telah memenuhi beberapa asumsi klasik (Ghozali, 2005). 1) Uji Normalitas Asumsi kenormalan menjadi sangat penting untuk peramalan dengan asumsi kenormalan maka didapat koefisien regresi yang bersifat penaksiran liniear tidak bisa terbalik Best Linear Unbias Estimator (BLUE). Untuk mendeteksi bahwa distribusi data dalam keadaan normal maka uji kolmogorov smirnov dengan menggunakan alat bantu SPSS. Distribusi dikatakan normal apabila nilai asymptotic lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005). 2) Uji Multikolinearitas Suatu kondisi dimana terdapat hubungan linier antara variabel independen. Artinya antara variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang sempurna
53 atau mendekati sempurna. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independent, tingkat signifikan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah yang akan semakin besar. Akibatnya model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir nilai variabel independen. Multikolinieritas dapat diukur dengan Collinearity Statistic dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor) jika nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10, maka dapat diindikasikan bahwa persamaan regresi tidak mengalami multikolinieritas (Ghozali, 2005). 3) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu kepengamatan yang lain. Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas, yaitu ada atau tidaknya pola yang terjadi pada nilai residu pada model dalam penelitian ini menggunakan metode glejser, dengan menghitung efisiensi regresi dari masing-msing variabel independen terhadap nilai absolut residunya (e), jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (0,05), maka dapat dipastikan model tidak mengandung unsur heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
54 4) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi artinya adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Algifari, 2000): Nilai DW Kesimpulan Kurang dari 1,10 Ada autolorelasi 1,10 sampai 1,54 Tanpa kesimpulan 1,55 sampai 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,47 sampai 2,90 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi 3.3.3 Regresi Linear Berganda dengan Intervening Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya untuk memediasi antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk menguji variabel intervening digunakan metode regresi linear berganda dengan intervening (Ghozali, 2005) : a. Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e persamaan 1 b. Z = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e persamaan 2 c. Y = β 0 + β 1 Z + e persamaan 3
55 Keterangan : Y = Keinginan Berpindah kerja β 0 = Intercept / titik potong β i = Koefisien Regresi X 1 = Komitmen afektif X 2 = Komitmen kontinuan X 3 = Komitmen normatif Z = Kepuasan Kerja e = Error i = 1, 2, 3 3.3.4 Adjusted Koefisien Determinasi Ganda atau Adjusted -R 2 Uji Adjusted R 2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen. Nilai Adjusted R 2 merupakan proses untuk mendapatkan koefesien diterminasi yang lebi baik dari pada R 2 dengan menggunakan alat bantu SPSS Versi 16. Perhitungan Adjusted R 2 dirumuskan sebagai berikut (Suharjo, 2008). { n ( k + 1) } SSE / 2 = 1 R SST /( n 1) Keterangan :
56 2 R = Besarnya adjusted koefisien determinasi ganda SEE = Sum Square Error SST = Sum Square Total 3.3.5 Uji t Untuk menguji hipotesis H 1, H 2 dan H 3 dalam penelitian ini menggunakan uji t dengan rumus (Sudjana, 1996). t = bi Sbi Keterangan: t = Nilai t hitung bi = Koefisien regresi Sbi = Kesalahan baku koefisien regresi atau standar deviasi Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: H 1 diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel pada persamaan 1 H 2 diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel pada persamaan 2 H 3 diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel pada persamaan 3