BAB I PENDAHULUAN. memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan sebanyak pengunjung. Hal ini menunjukankan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Yogyakarta adalah kota yang dikenal sebagai kota perjuangan, pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. mana seseorang tidak dapat memenuhi atau memperoleh manfaat dari sumber. seseorang tidak dapat mencapai kondisi sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Beragam objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG OBYEK WISATA GUA PINDUL

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sektor andalan dalam peningkatan devisa negara. Hal tersebut tidak

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian kian menjadi trend di kalangan pemerintah daerah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BABI PENDAHULUAN. wisata alam yang sebagian besar dimiliki oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan manusia akan rekreasi dan relaksasi Perkembangan pariwisata di Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini memegang peranan penting dalam perkembangan suatu daerah

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan suatu komoditi prospektif yang dipandang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sejak tahun 1978, Indonesia terus berusaha mengembangkan kepariwisataan, seperti yang tertuang dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 yang menyatakan bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan devisa, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Berdasarkan tabel 1.1 pada halaman empat menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun 2010-2014 sebanyak 8.503.247 pengunjung. Hal ini menunjukankan bahwa Perkembangan sektor jasa pariwisata saat ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi, kebutuhan dan keinginan manusia tidak hanya berupa barang saja, tetapi juga jasa pariwisata. Para individu menghabiskan proporsi pendapatan mereka lebih banyak untuk jasa perjalanan, restoran dan jasa hiburan untuk menyempurnakan kualitas hidup mereka. Rutinitas yang dialami orang dalam kesehariannya menimbulkan ketegangan, kebosanan dan kejemuan. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengisi waktu senggang tersebut adalah pariwisata atau rekreasi. Persaingan dalam dunia bisnis pariwisata menuntut tempat-tempat wisata atau rekreasi di kota Yogyakarta untuk mampu membaca peluang yang ada serta mampu membaca kondisi pasar dan dapat 1

mempelajari karakter pengunjung agar tempat rekreasi dapat tetap eksis dan jumlah kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mengalami peningkatan pertahunnya. Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlalu luas apabila dibandingkan dengan provinsi lain, hanya terdiri dari 5 daerah Kabupaten/Kota yaitu: Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Masing-masing daerah memiliki berbagai macam potensi wisata yang dapat terus dikembangkan, mulai dari wisata geologi dan vulkanologi di Gunung Merapi, wisata agro di lereng Gunung Merapi, wisata sejarah di Candi Prambanan, Ratu Boko dan sekitarnya, wisata keluarga di Kaliurang, wisata belanja di kawasan Malioboro dan Pasar Beringharjo, wisata budaya di Keraton Kesultanan dan Pakualaman, wisata kerajinan di Bantul, wisata Karst di Gunung Kidul, wisata pantai di pesisir selatan, sampai wisata seni di berbagai museum dan galeri seni yang tersebar di Daerah Istimewoa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi di Indonesia yang menyandang status Daerah Istimewa. Dengan menyandang gelar sebagai Daerah Istimewa sebenarnya sudah merupakan sebuah kekuatan tersendiri bagi Yogyakarta. Berbagai potensi wisata yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta adalah modal dasar pembangunan pariwisata. Namun, mengandalkan kekayaan alam, budaya, dan kesenian saja belum cukup untuk mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Diperlukan organisasi pariwisata yang kuat dan langkah strategis untuk mengembangkan dan merancang pola pembangunan pariwisata. Peranan para pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat dan 2

daerah, pengusaha, Lembaga Swadaya Masyarakat, asosiasi pariwisata, para pemerhati dan peneliti pariwisata serta masyarakat umum yang secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dalam kegiatan pariwisata memiliki peran yang berbeda-beda dalam mensukseskan rencana-rencana pembangunan pariwisata daerah keberhasilan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengelolaan destinasi wisata dapat terlihat dari Tabel 1.2 tentang jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke tempat-tempat wisata di daerah tujuan wisata yang ada di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta yang selalu menunjukan kenaikan signifikan dari 2010-2014. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah wisatawan yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 8.503.247 orang. 3

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Didaya Tarik Wisata Per Kabupaten/Kota Pada Tahun 2010-2014 Sumber: Diolah dari statistik pariwisata 2014 (hal 59 ). Dari tabel 1.1 dapat di cermati jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2010 sebanyak 687.705 orang. menunjukkan bahwa Gunung Kidul menduduki peringkat ke empat di DIY. Kemudian pada tahun 2011 jumlah kunjungan sedikit meningkat menjadi 688.405 orang, akan tetapi pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 1.279.065 masih tetap menduduki peringkat ke empat tetapi sudah meninggalkan jauh jumlah kunjungan kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan kabupaten Gunung Kidul hampir mendekati jumlah kunjungan kabupaten Bantul sebanyak 1.822.251 dan pada tahun 2014 kabupaten Gunung Kidul berhasil menduduki peringkat ketiga dan menggeser kabupaten Bantul dengan jumlah 4

kunjungan sebanyak 3.685.137. Tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya kabupaten Gunung Kidul akan mencapai peringkat ke dua. Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa kabupaten gunung kidul semakin banyak diminatai oleh wisatawan karena kabupaten tersebut banyak obyek wisata seperti wisata pantai, wisata gua, wisata budaya dan wisata alam. Salah satu wisata gua yang ada di kabupaten Gunung Kidul ialah obyek wisata Gua Pindul. Obyek wisata Gua Pindul merupakan obyek wisata berupa gua yang terletak di desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul. Gua Pindul merupakan obyek wisata yang menarik karena untuk menikmati keindahan Gua Pindul tidak seperti gua-gua pada umumnya, yakni dengan cara menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah susur gua. Aliran sungai bawah tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya pengunjung akan bergantian untuk melewati bagian ini. Panjang Gua Pindul ialah 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter, penelusuran Gua Pindul memakan waktu kurang lebih selama 45 menit yang berakhir pada sebuah dam. Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh. Obyek wisata Gua Pindul diresmikan pada 10 Oktober 2010, pada mulanya Gua Pindul ditemukan oleh masyarakat sekitar dan diresmikan menjadi obyek wisata guna meningkatkan ekonomi warga sekitar. Gua Pindul dikelola oleh warga sekitar, pada awalnya pengelola Gua Pindul hanya memiliki satu 5

pengelola/operator saja yakni Dewa Bejo, awal merintis obyek wisata Gua Pindul tentu banyak tantangan dan kendala akan tetapi pihak pengelola tidak menyerah yang awalnya jumlah kunjungan hanya beberapa orang mulai membuahkan hasil, jumlah tingkat kunjungan semakin meningkat dari tahun 2010-2015 hingga akhinya pada tahun 2012 tingkat kunjungan Gua Pindul melonjak signifikan sampai saat ini berikut rincian data yang diperoleh: Grafik 1.1 Kunjungan Obyek Wisata Gua Pindul. 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Frekuensi Kunjungan Gua Pindul 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Dewa Bejo Wira wisata Panca wisata Tunas Wisata Sumber: Pengelola Obyek Wisata Gua Pindul Dari grafik 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan obyek wisata Gua Pindul pertahun mengalami peningkatan, oleh karna itu banyak warga sekitar ingin menjadi pengelola Gua Pindul, hingga akhirnya bermunculan pengelola baru, tetapi sebelum pengelola baru mendirikan tempat harus menemukan dulu obyek wisata baru yang bereda disekitar Gua Pindul seperti Gua Seriti untuk menjadi icon pengelola tersebut, yang dimaksud dengan icon disini untuk menjadi identitas dari pengelola tersebut. Tanpa icon pengelola tidak bisa mendirikan 6

tempat baru dan dianggap pengelola ilegal/tidak resmi. Pada saat ini ada empat pengelola resmi yang berada di Gua Pindul, pengelola tersebut ialah Dewa Bejo, Wira Wisata, Panja Wisata, dan Tuna Wisata. Yang menjadi induk serta panutan dari keempat pengelola tersebut ialah Dewa Bejo karena Dewa Bejo merupakan pengelola yang pertama kali berdiri. Setiap pengelola memiliki kedudukan yang sama seperti: (1) Memiliki struktur organsasi yang jelas. (2) Memiliki karyawan dan pemandu yang kompeten. (3) Menjual tiket dengan harga yang sama dengan yang lain. (4) Pemandu mendapatkan pelatihan serta sertifikat pelatihan dari dinas pariwisata Kab.Gunung Kidul. (5) Mimiliki strategi pemasaran guna menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Meskipun terdapat empat pengelola di dalam Gua Pindul setiap ketua pengelola tersebut selalu berkoordinasi dengan ketua-ketua dari pengelola lain, mengenai permasalahan-permasalah yang ada di Gua Pindul dan mencari solusinya secara bersama sama. Contoh permasalahan yang serius saat ini ialah Gua Pindul dalam segi pengelolaannya resmi diambil alih oleh Pemda, hanya saja saat ini Pemda belum mengambil alih keseluruhan dalam pengelolaannya, Pemda hanya menetapkan biaya kontribusi sebesar Rp.10.000/orang untuk memasuki Gua Pindul pengelolaan di dalam Gua Pindul tetap dikelola oleh keempat pengelola tersebut yaitu: ialah Dewa Bejo, Wira Wisata, Panja Wisata, dan Tuna Wisata. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan pada tahun yang akan datang pemda tidak hanya menetapkan biaya kontribusi, melainkan benar-benar mengambil alih pengelolaan secara keseluruhan terkait pengelolaan Gua Pindul. 7

Ditinjau dari segi pengelolaan yang terbagi atas empat pengelola/ manajemen, hal ini tentu mempengaruhi pelayanan kualitas jasa yang disediakan oleh obyek wisata Gua Pindul karena tidak semua pengelola memiliki kualitas jasa yang sama, akan tetapi kualitas jasa bisa di standarkan agar kualitas jasa yang ada di Gua Pindul memiliki standar yang sama seperti: (1) karyawan yang bertugas harus rapi dan ramah.(2) pemandu memberikan penjelasan dan pengarahan dengan baik.(3) pemandu harus respek/peka terhadap pengunjung yang hendak celaka dalam penyusuran gua. (4) pemandu memiliki skill berenang karena penting untuk menyelamatkan pengunjung yang hendak tenggelam. Jika tidak memiliki standar kualitas jasa tentu akan mempengaruhi citra Gua Pindul terhadap wisatawan karena wisatawan yang berkunjung ke Gua Pindul tidak mengetahui bahwa Gua Pindul terdiri atas empat pengelola jadi misalkan pengelola Dewa Bejo memberikan kualitas jasa yang buruk terhadap pengunjungnya maka nama Gua Pindullah yang kualitas jasanya terkesan buruk dimata pengunjung bukan pengelola Dewa Bejo, hal ini tentu akan merugikan bagi pengelola yang lain. Oleh karena itu penting untuk mengetahui kualitas jasa saat ini yang disediakan oleh keempat pengelola yang ada di Gua Pindul terkait kepuasan pengunjung. 8

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh kualitas jasa mencakup (dimensi bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati) terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kualitas jasa (dimensi bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati) terhadap lima pengelola (Dewa Bejo, Wira Wisata, Panca Wisata, dan Tunas Wisata ) dalam pengelolaan obyek wisata Gua Pindul? 1.3 Hipotesis Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut : Hipotesis mayor Terdapat pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. Hipotesis minor H₁ : Dimensi bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. H₂ : Dimensi kehandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. 9

H₃ : Dimensi daya tanggap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. H₄ : Dimensi Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. H₅ : Dimensi Empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung obyek wisata Gua Pindul. H6: Tingkat kualitas jasa pengelola (Dewa Bejo, Wira Wisata, Panca Wisata, dan Tunas Wisata) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. H7: Terdapat perbadaan tingkat kualitas jasa pengelola (Dewa Bejo, Wira Wisata, Panca Wisata, dan Tunas Wisata) 10