I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

STRATEGI PEMBAGIAN AIR SECARA PROPORSIONAL UNTUK KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN AIR 1)

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEMINAR HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

3. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN MANAJEMEN AIR BAKU STRATEGI ANTISIPATIF TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL ( STUDI KASUS KECAMATAN KOTABUNAN, SULAWESI UTARA)

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian rencana strategi BPBD Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Opak Serang (Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 81 Tahun 2013).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2015 JUDUL:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN TEORI...

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

A. Latar Belakang Masalah

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT TERBUKA UNTUK BAPAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 1 Pendahuluan I - 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana kekeringan terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah curah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya air menjadi isu penting dalam dua dekade terakhir di Indonesia, dan pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala dan bahkan memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir dan banyak persoalan air lain yang terkait seperti konflik penggunaan air. Persoalan yang semakin berat ditinjau dari sisi permintaan adalah terjadinya peningkatan yang semakin besar karena meningkatnya jumlah penduduk dan meluasnya diversifikasi penggunaan air di berbagai sektor. Konsumen terbesar yang semula dari sektor pertanian, sekarang mengalami diversifikasi ke industri, domestik, penggelontoran kota (untuk keperluan taman, toilet, menyiram tanaman, dan pemadam kebakaran), dan lainlain. Ditinjau dari pemerataan konsumsinya, sumber daya air juga masih mengalami ketimpangan antara konsumsi kelompok yang memiliki pendapatan tinggi dengan yang berpendapatan rendah. Dari sisi suplai, sumber daya air mengalami penyusutan akibat kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air akibat alih fungsi lahan dan pencemaran. Sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas tampung DAS baik secara kuantitas maupun kontinyuitas sehingga pasokan air semakin terbatas. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap air terutama air tawar untuk keperluan rumah tangga di perkotaan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan adanya persaingan di antara pengguna air, maka suplai air menjadi masalah yang krusial di suatu wilayah. Karena air telah memiliki nilai ekonomi dalam semua persaingan penggunaannya sehingga trend permintaan terhadap air menjadi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan suplainya (Seragelgin, 1994). Berdasarkan data survei sosial ekonomi melalui wawancara mendalam dengan masyarakat menunjukkan bahwa walaupun sumber daya air berlimpah, tetapi ketika musim kemarau sumber daya air berkurang (tidak tersedia sepanjang tahun) sehingga sumur-sumur dan sawah menjadi kering. Puluhan perusahaan air minum mulai dari yang relatif besar seperti Aqua, Ades, dan 2Tang, sampai pada industri skala lebih kecil banyak mengeksplorasi air di daerah ini dimana pada 1

2 musim kemarau produksinya meningkat sehingga penggunaan airnya semakin intensif. Survei di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak warga di DAS Cicatih khususnya di Kecamatan Cicurug dan Cidahu yang terpaksa menggunakan limpahan air irigasi sawah untuk keperluan hidup sehari-hari karena kekurangan air bersih. Data menunjukkan bahwa perusahaan air tidak hanya memanfaatkan mata air dan air permukaan, tetapi juga mengebor airbumi (ground water) sehingga terjadi penurunan muka air tanah. Sumur- sumur menjadi semakin dalam dibandingkan sepuluh tahun lalu dengan debit yang cenderung menurun. Survei kedalaman sumur berdasarkan data sekunder dan pengukuran menunjukkan bahwa sepuluh tahun yang lalu kedalaman sumur kurang dari 5 m, tetapi pengukuran tahun 2009 menunjukkan kedalaman sumur sudah lebih dari 8 m, bahkan di beberapa tempat sudah lebih dari 10 m. Selain perusahaan AMDK, di wilayah ini juga terdapat puluhan perusahaan yang produksinya berbasis air, misalnya teh botol dan susu cair. Sehingga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan potensi air yang ada. Survei menunjukkan bahwa sejak sepuluh tahun terakhir, saluran irigasi selalu kering saat musim kemarau sehingga penduduk hanya bisa menanam padi sekali setahun. Sebelumnya dengan adanya saluran irigasi masyarakat di wilayah ini pasokan air masih terjamin walaupun musim kemarau sehingga masih bisa menanam padi dua kali atau bahkan tiga kali setahun. Ironisnya kendati jutaan meter kubik air tanah telah di eksplorasi oleh industri-industri air, pemerintah setempat hanya mendapat pemasukan yang kecil dari pajak penggunaan air. Uang hasil pajak penggunaan air ini yang seharusnya diperuntukan untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan infrastruktur, tidak digunakan sesuai peruntukakan. Hal ini terlihat dari masyarakat sekitar perusahaan AMDK tersebut tetap hidup miskin dan infrastruktur lingkungan seperti jalan desa yang juga rusak parah. Survei lapangan menunjukkan bahwa usaha ikan air tawar di kolam-kolam yang dulu marak, sekarang sudah banyak yang menutup usaha perikanannya karena kekurangan air setiap kali musim kemarau. Sedangkan di sisi lain pada musim kemarau, perusahaan-perusahaan pengguna air justru meningkatkan produksinya karena peningkatan permintaan pasar.

3 Terjadinya persaingan dalam penggunaan air antar pengguna air baik domestik, pertanian, maupun industri berpotensi memunculkan konflik antar pengguna air. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan model optimasi alokasi air yang berkaitan dengan kebutuhan, potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, terutama dalam mendukung pertanian berkelanjutan di masa datang. Pendekatan model ketersediaan dan kebutuhan air telah banyak dikembangkan. Sutoyo (2005) membuat model ketersediaan dan kebutuhan air berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan model STELLA untuk mengevaluasi antara ketersediaan air permukaan dan kebutuhan air dalam suatu kawasan DAS. Wallingford (2003) melakukan pendekatan melalui penilaian dan peramalan (assessment and forecast) kebutuhan air permukaan untuk lingkungan, pertanian, domestik pedesaan, perkotaan, dan industri di Sahara Afrika dalam upaya pengelolaan sumber daya air di Sub DAS dan DAS. Amarasinghe (2005) menghitung prakiraan pasokan air permukaan dan permintaan air yang kemudian digunakan untuk membuat akuntansi (account) total sumber daya air terbarukan di DAS di Srilangka. Hasil parameter akuntansi air digunakan untuk menentukan indikator tingkatan perkembangan air, fraksi deplesi/penipisan air yang dikembangkan, tingkat abstraksi air tanah dan produksi biji-bijian dan non bijibijian surplus atau defisit. Sehingga indikator ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan DAS menjadi salah satu dari empat kategori yaitu: (1) air langka/makanan kurang, (2) air langka/surplus makanan, (3) surplus air/ defisit makanan, dan surplus air/surplus makanan. Sedangkan yang secara komprehensif mengembangkan program tentang optimasi ketersediaan air (air permukaan, air tanah, dan mata air) dan kebutuhan air di DAS belum banyak dilakukan. Program komputer untuk optimasi kebutuhan air yang dikembangkan dikemas dalam perangkat lunak OptiWaSh (Optimal Water Sharing) untuk menghitung alokasi kebutuhan air optimal antara stakeholders (domestik, pertanian, industri). Hasil optimasi akan mampu menjawab apakah tren ketersediaan air saat ini dan akan datang mampu untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, dan industri secara optimal berdasarkan perkembangan penduduk dan perkembangan industri. Selain itu apakah optimasi ketiga kebutuhan tersebut masih menyisakan air untuk AMDK, sampai kapan?. Apakah pertanian

4 dapat menghemat penggunaan air apabila diaplikasikan irigasi intermittent di lahan sawah?. Bagaimana kondisi neraca ketersediaan dan kebutuhan air pada saat terjadi tren perubahan iklim?. Sampai kapan ketersediaan air masih mencukupi kebutuhan air untuk masing-masing pengguna?. 1.2 Perumusan Masalah Penyebab utama dari permasalahan sumber daya air di DAS Cicatih adalah: (1) Berkurangnya pasokan sumber daya air terutama pada musim kemarau, mengakibatkan persaingan penggunaan air pada musim kemarau semakin tinggi, (2) Adanya peningkatan kebutuhan air berbagai sektor (rumah tangga/domestik, pertanian, dan industri) dengan peningkatan jumlah penduduk, (3) Penguasaan absolut mata air oleh sektor industri AMDK, memunculkan keterbatasan akses bagi pengguna air lain yang menafaatkan mata air (domestik, pertanian, kolam ikan, industri non AMDK, dan pariwisata), dan (4) Belum berjalannya institusi pengelola alokasi air di daerah mengakibatkan masing-masing pengguna air menggunakan air melebihi kebutuhan khususnya sektor industri. Inti permasalahan adalah pada kondisi business as usual timbul permasalahan yang krusial di wilayah DAS Cicatih yaitu kebutuhan air melebihi ketersediaan air sehingga terkadi krisis air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka perlu mengetahui kondisi sumber daya air secara komprehensif dengan mengidentifikasi air permukaan, mata air, dan air tanah. Ketersediaan air dihitung berdasarkan kesetimbangan komponen neraca air (curah hujan, evapotranspirasi, dan aliran permukaan). Seperti diketahui bahwa tren perubahan iklim sangat berpengaruh pada sumber daya air, maka perlu dilakukan analisis tren perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan air, sehingga diketahui kondisi ketersediaan air pada saat terjadi tren perubahan iklim. Selanjutnya perlu mengidentifikasi kebutuhan air untuk domestik, pertanian, dan industri berdasarkan data perkembangan penduduk, perkembangan luas sawah, dan perkembangan industri. Dengan mengetahui potensi ketersediaan air dan kebutuhan air, maka diketahui kapan terjadi kelebihan dan kapan terjadi krisis air. Apabila terjadi krisis air, maka perlu diupayakan dengan optimasi kebutuhan air untuk mendapatkan alokasi kebutuhan air optimal untuk masing-masing sektor.

5 Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah adalah: a. Ketersediaan air tidak selalu stabil, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti kondisi curah hujan, kondisi lingkungan DAS, penggunaan lahan, dan penggunaan lainnya. b. Kecukupan air untuk domestik dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: jumlah dan komposisi penduduk, jenis kelamin, dan umur. c. Kecukupan air industri dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: jumlah dan jenis industri, jumlah tenaga kerja, dan kebutuhan air per unit industri. d. Kebutuhan air untuk pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: luas lahan sawah, pola tanam, intensitas tanam, dan kebutuhan air tanaman. e. Status air di suatu wilayah ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: ketersediaan, kebutuhan, dan kecukupan air. 1.3 Kerangka Pemikiran Peningkatan kebutuhan berbagai sektor (rumah tangga/domestik, pertanian, dan industri) terhadap air yang semakin meningkat di DAS Cicatih mengakibatkan tekanan dan persaingan pemanfaatan sumber daya air semakin tinggi. Persaingan dalam penggunaan air telah memunculkan konflik terbuka antara penduduk dan pengelola industri air. Konflik umumnya terjadi bilamana ada pihak yang merasa haknya diambil secara tidak adil, sehingga batas penggunaan air oleh para pihak perlu diketahui secara transparan. Dalam meminimalisir terjadinya konflik penggunaan air diperlukan pembagian air yang optimal antar pengguna, dengan menerapkan optimal water sharing. Dengan optimal water sharing diharapkan semua stakeholder pengguna air dapat terpenuhi kebutuhan airnya untuk jangka waktu yang panjang tetapi tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan optimasi dengan tujuan memaksimalkan dampak terhadap nilai tambah ekonomi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam optimal water sharing terjadi alokasi yang optimal terhadap semua stakeholder pengguna air dan setiap stakeholder mendapatkan keuntungan tidak boleh ada yang mendapatkan kerugian. Sehingga untuk mewujudkan optimal water sharing diperlukan model alokasi air yang berkaitan dengan kebutuhan, potensi dan

6 optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, terutama dalam mendukung pemanfaatan air yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Model optimal water sharing harus mempunyai tujuan untuk memaksimalkan nilai tambah penggunaan air dengan kendala bahwa kebutuhan untuk domestik harus terpenuhi karena berhubungan dengan kelangsungan hidup masyarakat. Air untuk industri merupakan potensi karena apabila air sedikit tidak bisa berproduksi, dan untuk pertanian, air merupakan ketersediaan karena managable (dapat diatur) dimana apabila air tidak tersedia bisa dilakukan efisiensi penggunaan air misalnya dengan irigasi intermittent, irigasi tetes, mengintroduksi varietas padi hemat air, dan lainlain. Model optimal water sharing yang dikembangkan memberikan gambaran secara lengkap mengenai kemampuan setiap wilayah dalam menyediakan sumber daya air. Hasil studi ini dapat digunakan untuk mendukung upaya optimalisasi sumber daya air suatu wilayah serta mendukung pembagian air secara adil dan optimal. Berdasarkan pada kerangka pemikiran di atas, diperoleh komponenkomponen hasil sebagai berikut: (1) Ketersediaan air (pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim) dan proyeksi ketersediaan air sampai dengan tahun 2030, dan (2) Kebutuhan air untuk domestik, kebutuhan air untuk pertanian, kebutuhan air untuk industri non AMDK, kebutuhan air untuk AMDK dan proyeksi kebutuhan sampai dengan tahun 2030, (3) Sisa air yang merupakan selisih antara ketersediaan dan total kebutuhan air pada business as usual, dan (4) Sisa air setelah semua kebutuhan dioptimasi (business as unusual). Pola pemikiran ini diharapkan dapat mewujudkan optimal water sharing di suatu wilayah. Pola pikir pendekatan optimasi pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air dalam mendukung optimal water sharing disajikan pada Gambar 1.

7 KETERSEDIAAN KEBUTUHAN - Data iklim, debit - Citra (landuse) - Peta-peta (stasiun hujan, rupabumi, satuan lahan) Identifikasi Mata Air Survei geolistrik Jumlah penduduk, trend kebutuhan air/orang Jumlah industri, jenis industri, kebutuhan air/unit industri Luas lahan sawah, intensitas tanam, pola tnm, kebutuhan air tan Air permukaan Mata Air Air Tanah Penggunaan air untuk domestik Penggunaan air untuk industri non AMDK Penggunaan air untuk pertanian 1,2,3 kali tanam Kebutuhan air untuk lingkungan Potensi air yang dapat dimanfaatkan TOTAL KEBUTUHAN AIR Ketersediaan air Saat Kondisi Normal (kondisi normal) Ketersediaan air saat terjadi tren perubahan iklim Business as usual Business as unusual TOTAL KETERSEDIAAN AIR Terpenuhi Tidak Optimasi Ya Optimal Water Sharing Gambar 1. Kerangka pemikiran model alokasi air dalam mendukung optimal water sharing

8 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan alokasi air optimal untuk memenuhi kebutuhan air untuk domestik, pertanian, dan industri di DAS Cicatih untuk mendukung keberkelanjutan ketersediaan sumber daya air. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Karakterisasi dan analisis ketersediaan air dan identifikasi pengaruh perubahan penutupan lahan serta pengaruh pola cuaca (tren perubahan iklim) terhadap ketersediaan air. 2. Karakterisasi dan analisis kebutuhan air (pertanian, domestik, dan industri) pada berbagai skenario model penggunaan air. 3. Pengembangan perangkat lunak OptiWaSh sebagai model optimasi untuk menyusun rekomendasi optimal water sharing antar sektor untuk meminimalisir konflik penggunaan air. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai: 1. Dasar bagi penyusunan peraturan tentang penetapan alokasi air optimal untuk kebutuhan riil antar sektor dan subsektor untuk saat ini dan perencanaan jangka panjang. 2. Dasar bagi penyusunan kebijakan, peraturan, dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan air yang berkelanjutan. 3. Dasar bagi penerbitan SIPPA (Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air) untuk industri. 4. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur data (benchmarking data) bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang terkait dengan optimal water sharing. 1.6 Novelty (Kebaruan) Penelitian Beberapa kebaruan penelitian antara lain adalah: 1. Obyek penelitian dilakukan secara komprehensif dengan melakukan identifikasi ketersediaan sumber daya air secara keseluruhan (air permukaan, air tanah, dan mata air) untuk menentukan alokasi kebutuhan air optimal untuk kebutuhan domestik, pertanian, dan industri.

9 2. Penggunaan model verhults untuk memprediksi ketersediaan air dan kebutuhan air (lingkungan, domestik, pertanian, dan industri). 3. Dihasilkannya peta satuan lahan DAS Cicatih sebagai peta dasar dalam pengelolaan DAS Cicatih. 4. Dihasilkannya peta potensi airbumi (groundwater) DAS Cicatih yang memberikan gambaran tentang karakteristik dan potensi debit airbumi. 5. Dihasilkannya software OptiWaSh sebagai program komputer untuk menghitung alokasi kebutuhan air optimal pada berbagai skenario penggunaan air. 1.7 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan berkaitan dengan ketersediaan data untuk analisis, sehingga memerlukan asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan model optimasi alokasi air, yaitu: 1. Kebutuhan air digunakan untuk memenuhi konsumsi di wilayah tersebut, sehingga mengabaikan distribusi masuk dan keluar. 2. Kebutuhan air untuk perikanan dan peternakan tidak diperhitungkan karena dianggap relatif kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. 3. Model proyeksi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan industri tidak memasukkan faktor sosial dan ekonomi seperti perubahan harga bahan baku industri, bencana alam, konflik, dan peperangan. 4. Dalam menyusun model optimasi belum mengintegrasikan teori ekonomi sumber daya.