BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif dan pasif, artinya setiap individu berusaha untuk mempengaruhi, menguasai, dan mengubah sesuai dengan batasan-batasannya. Setiap berhubungan dengan orang lain individu memerlukan komunikasi baik dengan individu lain maupun dengan lingkungannya. Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini faktor komunikasi yang efektif memainkan peran yang penting apalagi dalam dunia modern sekarang ini. Komunikasi yang efektif dapat terbentuk apabila penerima informasi dapat menangkap isi dari komunikasi penyampai dan antara keduanya terdapat umpan balik. Sedangkan komunikasi dinyatakan tidak efektif apabila isi peran tidak dapat dipahami sehingga hubungan diantara komunikasi menjadi rusak. Siswa merupakan bagian dari masyarakat sehingga dituntut untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain dimana siswa berinteraksi dalam lingkungannya. Lingkungan ini adalah lingkungan sekolah yang setiap hari siswa menghabiskan waktunya untuk berinteraksi. Perubahan yang terjadi pada remaja akan mempengaruhi setiap butir komunikasinya termasuk dalam berhubungan 1
dengan orang lain. Hal ini berarti apabila individu dapat melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain mungkin akan mempermudah untuk mengenal lingkungannya dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang dalam bahasa inggris berarti to share. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses member dan menerima dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan perallihan sejumlah fakta (dalam Liliweri, 2007). Menurut Liliweri (2007) komunikasi adalah ; (1) pernyataan diri yang efektif, (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau metode lain, (4) pengalihan informasi dari sesseorang kepada orang lain, (5) pertukaran makna antarpribadi dengan system symbol, dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu. Bimbingan di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya. Nurihsan (2005), menyatakan bahwa strategi lain dalam meluncurkan layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok yang diimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa) dalam hal ini siswa dapat mengatasi perasaan cemas yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. 2
Setiap kali individu akan melakukan komunikasi, individu tidak hanya menyampaikan isi dari pesan tersebut tetapi juga harus menentukan dari seberapa jauh kadar hubungan interpersonal yang dapat diambil dari komunikasi yang dilakukan. Artinya, setiap komunikasi mampu memberikan dampak relationship terdapat masyarakat maupun lingkungan. Menurut segi psikologi komunikasi, individu dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan presepsi dirinya, sehingga makin efektif konumikasi yang berlangsung diantara komunikan. Dalam melakukan komunikasi interpersonal dikenal adanya hambatan komunikasi. Menurut Burgoon dan Ruffner (dalam Lita, 2004) menjelaskan bahwa hambatan komunikasi interpersonal merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan reaksi negatif dalam bentuk kecemasan yang dialami oleh seseorang dalam pengalaman komunikasinya.untuk mengatasi perasaan cemas yang dialami oleh para siswa diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak, salah satunya dengan member layanan bimbingan kelompok dengan tujuan supaya para siswa dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa dalam berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat untuk masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Penelitian Rini (2004) menyatakan bahwa bimbingan kelompok dapat mengurangi kecemasan dan hasilnyapun signifikan. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan hasil yang positif penggunaan bimbingan untuk mengatasi masalah siswa, maka penulis ingin membuktikan 3
sendiri apakah bimbingan kelompok dapat mengurangi atau tidak kecemasan yang dialami siswa. Sehingga penulis mengambil judul penelitian Mengatasi Kecemasan Komunikasi Interpersonal menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan bagi peserta didik baru kelas VII SMP Negeri 2 Banyubiru. Penulis memilih SMP Negeri 2 Banyubiru karena pada saat pra penelitian penulis menyebarkan angket kecemasan komunikasi interpersonal dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1.1 Katagori Kecemasan Komunikasi Interpersonal Siswa Interval Skala Katagori Total Subjek 85-104 Sangat Tinggi 2 65-84 Tinggi 8 45-64 Rendah 22 Dari table 1.1 (katagori) diatas dari 32 siswa ini menunjukan bahwa ada 22 siswa kelas VII C mengalami kecemasan dalam katagori rendah, sehingga para siswa ini memerlukan pertolongan. 4
1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Adakah kecemasan komunikasi interpersonal yang signifikan melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik permainan pada peserta didik baru kelas VII SMP Negeri 2 Banyubiru? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ; Mengetahui signifikan kecemasan komunikasi interpersonal melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik permainan pada peserta didik baru kelas VII SMP Negeri 2 Banyubiru. 1.4 Manfaat Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritik Jika dalam penelitian ini ada kecemasan antara siswa yang diberi dan tanpa layanan bimbingan kelompok, maka penelitian ini sejalan dengan Rini (2004) yang menyatakan bahwa bimbingan kelompok dapat mengurangi kecemasan. 2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa mengenai dampak kecemasan supaya dapat melakukan antisipasi dan pencegahan. Bagi guru pembimbing di SMP Negeri 2 Banyubiru, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan program 5
bimbingan konseling, khususnya yang berkaitan dengan upaya penanganan siswa yang mengalami kecemasan. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahluan, berisi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi : pengertian komunkasi interpersonal, pengertian permainan, pengertian bimbingan kelompok, tujuan, tahap dan asas, hipotesis. Bab III Metode Penelitian, berisi : jenis penelitian, populasi dan sampel, definisi oprasional, teknik pengumpulan data, uji coba instrument dan teknik analisis data. Bab IV Pelaksanaan dan Hasil analisis: gambaran subjek penelitian, pengumpulan data, tahap pelaksaan, analisi data, uji hipotesis dan pembahasan. Bab V Penutup: berisi kesimpulan dan saran bagi guru BK, siswa dan peneliti selanjutnya. 6