BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ANAK DI LUAR KAWIN MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB V PENUTUP. 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica. kekuatan hukum dengan segala akibatnya. Machica dan putranya,

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

Oleh : Dr.H.Chatib Rasyid,SH.,MH. (Ketua PTA BANDUNG) A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2012 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN SIRI. Oleh : Pahlefi 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PPU-VIII/2010

BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB II LANDASAN TEORI. ) diambil dari kata ( berusaha mendidiknya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU- VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

BAB III KEWARISAN TERHADAP ANAK DI LUAR NIKAH PASCA- PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ PUU-VIII/ 2010

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak bersentuhan dengan titah dan perintah agama atau kewajiban yang

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perkawinan tidak dapat dikatakan sempurna apabila belum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Perkawinan menurut Pasal 1 UU 1/1974 adalah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

BAB I PENDAHULUAN. mereka meneruskan keturunan seperti makhluk lainya. Dalam meneruskan

IMPLIKASI PUTUSAN MK TERHADAP STATUS HUKUM ANAK DI LUAR NIKAH. Abdul Halim Musthofa *

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

BAB III KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor /PUU-VII/2009 tentang UU SISDIKNAS Pendidikan usia dini

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB IV. A. Persamaan antara Ketentuan Batas Usia Anak Dalam Hak H{ad}a>nah Pasca

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah]

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

Jurnal Ilmiah DUNIA ILMU Vol.2 No.1 Maret 2016

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ANAK DI LUAR KAWIN MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Analisis Terhadap Hak Asuh Anak di luar Kawin Hak asuh anak seharusnya diberikan kepada orang tuanya sendiri, jika orang tuanya tersebut tidak memiliki masalah atau perceraian. Akan tetapi dalam kasus ini hak asuh yang diberikan kepada anak yang lahir di luar perkawinan atau tanpa adanya akad nikah yang sah dari kedua orang tuanya. Mengenai tentang hak asuh anak di luar kawin disini adalah hak asuh anak yang lahir tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah dari kedua orang tuanya. Jadi, bisa dikatakan bahwa anak yang lahir tanpa adanya ikatan perkawinan tersebut adalah anak zina atau anak haram. Sehingga menurut peraturan yang berlaku di Indonesia bahwa apabila terdapat anak yang lahir di luar perkawinan, maka status anak tersebut belum jelas statusnya karena anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan. Oleh karena itu hak asuh anak yang lahir di luar perkawinan tersebut sifatnya sangat berbahaya sekali jika tidak ada orang yang ingin mengasuhnya, maka dalam hal ini Imam Malik dan Imam Syafi i berpendapat bahwa anak yang lahir setelah enam bulan dari perkawinan ibu dan bapaknya, anak itu dinasabkan kepada bapaknya. Jika anak 67

68 tersebut dilahirkan sebelum enam bulan maka anak tersebut dinasabkan kepada ibunya. Dalam Kompilasi Hukum Islam anak yang lahir di luar perkawinan hanya bisa dinasabkan dengan ibu dan keluarga ibunya. Tidak terdapat kalimat anak itu dilahirkan sebelum atau sesudah enam bulan hanya anak yang di luar perkawinan itu mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Dengan demikian adanya pernyataan di atas bahwa jelas walaupun tidak ada kata yang menerangkan tentang hak asuh anak akan tetapi didalamnya terdapat kandungan bahwa jika anak tersebut lahir, maka hak asuhnya diberikan kepada orang tuanya sendiri walaupun anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan. Merupakan hal yang tidak adil jika ada seorang anak yang lahir tanpa adanya hubungan seksual dari kedua orang tuanya, walaupun orang tuanya tidak melakukan hal tersebut di dalam perkawinan yang sah itu harus diberikan hak asuhya kepada kepada keluarga ibunya saja. Maka anak tersebut harus dilindungi oleh Negara meskipun anak tersebut lahir tanpa adanya perkawinan yang sah dari kedua orang tuanya. Apalagi selama ini anak yang lahir di luar perkawinan mendapat pandangan yang tidak baik di tengah masyarakat. Dalam pandangan ulama bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya bisa dikaitkan dengan ibunya dan keluarga ibunya tanpa adanya kepastian hukum yang berarti dalam menentukan nasab

69 untuk anak tersebut. Jadi, dalam hukum keluarga diatur tentang hak dan kewajiban antara orang tua dan anak, berupa kewajiban pemeliharaan dan pendidikan terhadap anaknya dan sebaliknya ia berhak mendapatkan sikap hormat dan penghargaan dari anaknya mekipun anak tersebut lahir di luar perkawinan. Pasal 45 ayat 1 dan 2 undang-undang perkawinan menyebutkan bahwa: Ayat 1: Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anakanak mereka sebaik-baiknya. Ayat 2: Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 diatas berlaku sampai anak itu kawin atau berdiri sendiri, kewajiban dimana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tuanya putus. Seorang anak pasti menginginkan hak asuhnya penuh dari orang tuanya meskipun kedua orang tuanya melahirkan dirinya dari tanpa adanya perkawinan yang menurut Undang-Undang ataupun menurut hukum Islam yang sah. Tidak ada satu anak pun yang sanggup hidup tanpa kehadiran orang tua disampingnya. Peran orang tua sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak di masa depan. Jadi keseriusan orang tua mendidik anaknya itu perlu dijaga ekstra oleh keluarga yang lainya supaya anak tersebut dapat tumbuh kembang seperti anak seusianya meskipun anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan. Hak dan kewajiban untuk memelihara anak tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 45 ayat 1 dan 2

70 tersebut hanya dibebaskan kepada orang tua yang sudah melakukan perkawinan yang sah menurut Undang-Undang atau dalam hukum Islam. Tetapi dalam kompilasi Hukum Islam hanya tertulis bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa hak asuh anak tersebut harus diberikan kepada kedua orang tuanya meskipun anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan. Ketentuan pasal 45 ayat 1 dan 2 undang-undang perkawinan diatas memiliki kandungan makna yang sama dengan pasal 298 ayat 2 KUH Perdata tentang hak dan kewajiban orang tua terhadap anaknya, sebagaimana yang dirumuskan sebagai berikut: Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka yang masih dibawah umur, kehilangan kekuasaan orang tua atau kekuasaan wali tidak membebaskan mereka dari kewajiban untuk memberi tunjangan menurut besarnya pendapatan mereka guna membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak-anak mereka itu. Sebagai timbal balik dari kewajiban orang tua terhadap anaknya, maka setiap anak berkewajiban untuk patuh dan hormat kepada orang tuanya, dan ketiak si anak telah dewasa ia akan memikul kewajiban pemeliharaan terhadap orang tuanya, seperti halnya orang tua telah membesarkanya. Meskipun anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan akan tetapi orang tua wajib memberi nafkah kepada anak mereka meskipun anak tersebut sudah dewasa atau sudah menikah.

71 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Hak Asuh Anak di Luar Kawin dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Mengenai tentang hak asuh anak di luar kawin menurut Undang- Undang No 23 Tahun 2002 memang tidak dijelaskan secara spesifik tentang hak asuh anak. akan tetapi, harus digaris bawahi bahwa apa yang ada dalam Undang-Undang tersebut bersifat umum, maka dari itu dalam Pasal 7 Ayat 1 dijelaskan bahwa Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Dalam pasal 14 menerangkan tentang hak asuh anak, akan tetapi tidak diterangkan juga secara rinci apa yang ada dalam isi kandunganya. Hak asuh yang dimaksud adalah hak asuh yang diberikan kepada anak yang lahir tanpa adanya ikatan perkawinan dari kedua orang tua yang telah melahirkanya. Anak tersebut berhak memperoleh hak asuhnya dari orang tuanya sendiri tidak untuk berpihak kepada salah satu orang tua tersebut khususnya pada ibu dan keluarga ibunya, karena dalam putusan Mahkamah Konstitusi tidak demikian. Putusan Mahkamah Konstitusi menetapkan keputusannya mengenai anak di luar kawin bukanlah anak yang lahir dari hasil zina atau tidak adanya ikatan perkawinan. Akan tetapi, anak di luar kawin yang dimaksud dalam putusan MK ini adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dan tidak dicatatkan pada Pegawai Pencatatan Nikah Kantor Urusan Agama. Sehingga menurut peraturan yang berlaku di Indonesia anak yang lahir tanpa dari perkawinan yang sah dan tidak dicatatkan

72 menjadi anak yang tidak sah disebut dengan anak di luar kawin. Akibatnya hubungan perdata anak yang tidak sah atau anak di luar kawin menurut Undang-Undang yang berlaku di Indonesia yaitu pada pasal 43 ayat 1: Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Akan tetapi dalam putusan MK yang mengabulkan uji materiil UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 yang diajukan Hj.Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mukhtar Ibrahim yang meminta putranya Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono agar diakui sebagai anak almarhum Moerdiono mantan Menteri Sekertaris Negara di era Soeharto memicu perselisihan antara dirinya dengan keluarga almarhum Moerdiono. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal 51 ayat 1 Undang-Undang No 24 Tahun 2003 untuk mengajukan perkara konstitusi si pemohon harus memiliki kedudukan hukum (legal standing), sebagai pihak yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang- Undang, yaitu: 1. Perseorangan warga Negara Indonesia

73 2. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang 3. Badan hukum publik atau privat dan 4. Lembaga Negara Dengan demikian, para pemohon yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 harus menjelaskan dan membuktikan terlebih dahulu: 1. Kedudukanya sebagai pemohon sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 51 ayat 1 MK 2. Kerugian hak atau kewenangan konstitusianal yang diberikan oleh UUD Tahun 1945 yang diakibatkan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian Dalam putusan Mahkamah Konstitusi ini tidak dijelaskan secara riil adanya hak asuh anak yang diberikan kepada Muhammad Iqbal Ramadhan, akan tetapi dijelaskan hak keperdataan anak di luar kawin dengan bapaknya itu disahkan oleh putusan tersebut. Namun beda halnya dalam hukum Islam jika anak tersebut dilahirkan dari hubungan yang tidak sah atau di luar perkawinan maka anak tersebut akan diasuh dan dinasbkan kepada ibunya dan keluarga ibunya. Dalam hak asuh anak di luar kawin memang Mahkamah Konstitusi tidak menyebutkan dengan jelas putusanya mengenai tentang hak asuh anak di luar kawin tersebut. Akan tetapi mengandung makna bahwa hak

74 keperdataan yang disebutkan dalam putusan Mahkamah Konstitusi tersebut telah mengandung arti bahwa hak asuh anak di luar kawin juga mendapatkan hak asuhnya kepada ayahnya. Sebagaimana dalam kaidah ushul fiqih yang menjelaskan tentang isya>rat al-na>ss yang mana dalm konteks ini penulis akan memakai konteks dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 233: Berdasarkan konsep analisis isya>rat al-na>ss, dapat disimpulkan bahwa seorang anak secara geneologis senantiasa dinisbatkan kepada bapaknya karena pada ayat tersebut terdapat ungkapan wa ala almau>ludi lahu, yang disandarkan pada lafadz al-walad kepada sang bapak dengan menggunakan huruf lam, yang mengandung makna kepemilikan, dalam hal ini kepemilikan pernasaban. 1 Dari analisis diatas dapat difahami bahwa tidak ada kata yang menjelaskan bahwa hak anak tersebut diambil alih oleh ibu dan keluarga ibunya, melainkan kepada bapaknya. Oleh karena itu kedua orang tua harus saling mempunyai rasa memiliki terhadap anaknya meskipun anak tersebut dilahirkan tanpa adanya suatu ikatan yang sah dari kedua orang tuanya. 1 Asmawi, Perbandingan Ushul fiqh, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), 181

75 Nafkah tersebut harus dibebankan kepada sang ayah karena ayah tersebut seorang imam dalam keluarganya meskipun itu keluarga kecil. Dan apabila ayah tersebut dalam keadaan fakir, tetapi mampu bekerja dan memang benar-benar telah bekerja tapi penghasilanya tidak mencukupi, kewajiban memberi nafkah kepada anak-anaknya itu tidak gugur. 2 Apabila ibu anak tersebut mampu maka yang berhak menafkahi adalah ibunya, akan tetapi itu menjadi utang seorang ayah yang harus dibayar ketika sudah mampu. Dan sebaliknya jika anak tersebut telah berpenghasilan maka kewajiban anak terhadap orang tua adalah memberi nafkah kepada orang tuanya. Meskipun begitu hak dan kewajiban orang tua untuk menafkahi anak tersebut tidak boleh putus sampai anak tersebut meninggal dunia. Anak meninggal dunia pun harus diberi nafkah akan tetapi tidak memberi nafkah lahir akan tetapi nafkah batin yaitu doa. Imam malik berpendapat bahwa kewajiban anak memberi nafkah orang tua itu hanya terbatas sampai ayahnya ibunya sendiri, tidak termasuk kakek dan neneknya. Namun jumhur fuqaha berpendapat bahwa kakek dan nenek dipandang sebagai orang tua yang berhak nafkah dari cucunya. Dengan demikian, tanpa memandang agama yang dipeluk orang tua, anak yang berkemampuan wajib memberikan nafkah untuk orang tua, tanpa membedakan apakah orang tua itu kuasa atau tidak. 3 Mengenai tentang kuasa asuh anak pasti mengenal yang namanya status 2 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2010), 170 3 Ibid, 172

76 anak tersebut, apakah status anak tersebut dilahirkan di luar perkawinan atau di dalam perkawinan. Karena dalam pandangan Imam Abu Hanafi berpendapat bahwa status atau nasab seseorang itu tidak tergantung pada anak itu dilahirkan di luar kawin atau di dalam perkawinan, akan tetapi dilihat dari anak tersebut dilahirkan dari rahimnya siapapun itu anak tersebut wajib diasuh oleh orang yang telah melahirkanya. Mustahil memang jika ada anak lahir tanpa adanya perantara dari kedua orang tuanya tersebut, maka dari itu hak asuh anak ataupun yang lainya mengenai tentang hak anak akan mendapatkan semuanya tanpa terkecuali. Dan anak tersebut tidak boleh dinikahi oleh bapak yang tidak jelas statusnya ini kecuali ada kepastian hukum yang memutuskan bahwa anak tersebut adalah anak hasil dari hubungan dengan wanita yang dihamilinya. Dengan munculnya putusan MK yang menetapkan tentang status anak di luar kawin, maka dalam hal ini sangat cocok untuk disatukan bahwa hak asuh anak tersebut tidak hanya pada ibunya dan keluarga ibunya saja melainkan kepada ayah biologisnya meskipun itu belum ada kepastian hukum yang mengayominya. Meskipun dalam putusan MK tersebut tidak dijelaskan dengan tekstual tentang hak asuh anak di luar kawin tersebut karena dalam putusan MK ini hanya hak keperdataan saja yang bisa dijadikan alat untuk hak asuh anak tersebut harus diberikan

77 kepada kedua orang tuanya meskipun kekuatan hukumnya masih belum jelas. Banyak orang yang berfikiran sempit yang menyatakan bahwa anak yang dilahirkan dari hubungan yang haram tetap akan menjadi anak haram padahal dalam terminologi Islam tidak dikenal dengan istilah anak haram. Dan hal tersebut jelas bertentangan dengan apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Hujarat ayat 13: Artinya:Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 4 Dari ayat tersebut dapat difahami bahwa Sang Pencipta sendiri tidak pernah mengelompokan manusia berdasarkan status kelahiranya. Kedudukan manusia di hadapan Allah hanya dibedakan bedasarkan nilai ketaqwaanya. Agama Islam tidak pernah mengajarkan bahwa dosa orang tua dapat diwariskan kepada anaknya atau harus turut ditanggung oleh keturunanya. Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2002 ini hak asuh anak di luar kawin memang tidak ada yang menerangkan tentang hal tersebut, akan tetapi dalam makna yang terkandung dalam Undang-Undang ini 4 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, (Semarang: CV.Asy-Syifa, 1971), 1159

78 adalah bersifat umum. Jadi, anak yang dilahirkan di dalam perkawinan atau anak yang dilahirkan di luar perkawinan itu juga dapat hak asuh anak dari orang tuanya sendiri. Hak asuh ini berbeda dengan pengangkatan anak (Adopsi), karena jika hak asuh anak ini sudah diketahui orang tuanya sendiri. Akan tetapi, mereka tidak mengetahuinya. Dan untuk pengangkatan anak itu sendiri adalah pengambilan anak orang lain kedalam keluarganya sendiri dan seperti anaknya sendiri. 5 Ketentuan hukum Islam memang sudah jelas dan tegas berdasarkan pendapat Jumhur Ulama bahwa anak luar kawin tidak bisa dinasabkan terhadap ayah biologisnya, karena dalam Islam tidak mengenal yang namanya anak haram. Jika anak tersebut bisa dinasabkan kepada bapaknya, maka pasti ada langkah-langkah hukum yang harus dijalani jika anak tersebut ingin diakui oleh bapak biologisnya. Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 dijelaskan dalam pasal 7 ayat 2: dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini jika anak tersebut ditelantarkan maka anak tersebut boleh diasuh dan diangkat oleh siapa saja yang menginginkanya. Akan tetapi dalam hal suatu sebab ini adalah dikarenakan orang tua mereka 5 Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 33

79 bercerai, maka siapa yang berhak mengasuhnya bapak atau ibunya yang sanggup untuk mengasuhnya sampai dia tumbuh kembang dewasa dan pandai dalam melakukan mana yang baik dan mana yang buruk. Di dalam pasal 105 kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa jika terjadinya hal perceraian maka pemeliharaan anak yang belum mumayyi>z atau belum berumur 12 maka anak tersebut menjadi hak ibunya. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyi>z diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibu sebagai hak asuhnya. Biaya pemeliharaanya ditanggung oleh ayahnya. Sebagaimana yang dijelaskan Syekh Abu Syuja beliau berkata: Artinya:Apabila laki-laki menceraikan istrinya dan ia mempunyai anak dari istri itu maka si istri lebih berhak mengasuh anak itu hingga usia tujuh tahun, setelah itu anak tersebut berhak memilih apakah ikut ayahnya ataukah ibunya, yang mana yang dipilih itulah yang diserai mengasuh si anak. Dari penjelasan diatas ibunya yang berhak mengasuh anak tersebut jika terjadi perceraian. Dari keterangan Kompilasi Hukum Islam diatas meskipun bapaknya tidak ikut campur dalam urusan mengasuh anak. Akan tetapi harus memberi nafkah kepada anak dan ibu yang sudah mengasuhnya yang harus ditetapkan oleh Pengadilan Agama setempat.

80 Dalam hadis lain juga dijelaskan bahwa hak asuh anak yang sudah mumayyi>z maka hak asuhnya diberikan kepada anak tersebut untuk memilih mana yang akan mengasuhnya. Bunyi hadis tersebut adalah: Artinya: Bahwa Rasulullah SAW memberi pilihan kepada mereka yang sudah mumayyi>z untuk ikut ayah atau ibunya.(hr Ibnu Majah) Dan hadis lain juga disebutkan sebagai berikut: Artinya: Lalu anak tersebut memegang tangan ibunya kemudian ibunya pergi bersamanya. Al-hakim mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih. Dalam hukum Islam hak asuh anak di luar kawin itu dinasbakan kepada ibunya dengan alasan ibunya lebih mengerti isi hati dari anak tersebut karena sifat dari ibu tersebut sangat lembut dan sopan untuk menjadikan anak tersebut tumbuh kembang dewasa dan menjadi anak pandai dan cerdas sesuai dengan kemampuanya. Bisa memilah dan memilih mana perbuatan yang seharusnya dilakukan dan mana perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Status anak di luar kawin dan hak asuh anak di luar kawin itu tidak ada hubungan nasab dengan bapak biologisnya dan tidak saling mewarisi antara anak dan bapaknya. Apapun yang terjadi hak asuh anak harus diberikan kepada anak tersebut untuk tumbuh kembangnya anak yang sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang No 23 tahun 2002

81 yang intinya anak harus dilindungi maupun dari pihak luar atau dalam keluarganya sendiri dari bahaya yang bisa mengancam keselamatan bagi anak di Indonesia umumnya. Dan perlindungan anak ini tidak hanya dikhususkan bagi anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah saja. Tetapi anak yang yang dilahirkan di luar perkawinan juga termasuk hak asuh anak.