BAB 1 PENDAHULUAN. rahim (kanker serviks) merupakan penyakit keganasan ginekologik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

DI KELURAHAN GLUGUR DARAT I KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO 8-9% wanita di seluruh dunia akan mengalami kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PERILAKU PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS KEDUNGREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP IBU MELAKUKAN TINDAKAN SADARI DI DESA GENENGDUWUR GEMOLONG SRAGEN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nama Rumah Sakit Jumlah Kasus

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar pada abad ini. Secara umum kanker dapat menyerang hampir setiap bagian tubuh manusia, diantara kemungkinan yang paling besar terkena kanker adalah sistem reproduksi wanita, salah satunya adalah leher rahim. Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan penyakit keganasan ginekologik yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang. Kanker ini mulai ditemukan di usia 25-34 tahun dan puncaknya pada usia 45-54 tahun (Kusuma, 2004). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 penyakit kanker serviks menempati urutan teratas di antara berbagai jenis kanker penyebab kematian pada perempuan di dunia, terdapat 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks, 240.000 diantaranya mengalami kematian. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks (Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2008 negara-negara dengan kasus kanker serviks tertinggi adalah Afrika Barat (30 per 100-000), Afrika Selatan (26,8 per 100.000), Asia Tengah (24,6 per 100.000), Amerika Selatan dan Afrika Tengah (masing-masing 23,9 dan 23,0 per 100.000). 1

2 Negara dengan kasus kanker serviks terendah adalah Asia Barat, Amerika Utara dan Australia (6 per 100.000). Secara keseluruhan angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks mencapai 275.000 (52%) dan 88% diantaranya terjadi di negara berkembang yaitu 53.000 di Afrika, 31.700 di Amerika Latin dan Karibia, dan 159.800 terjadi di Asia (Globocan,2008). Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua dari segi jumlah penderita kanker pada perempuan namun sebagai penyebab kematian masih menempati peringkat pertama terutama dalam stadium lanjut (Ocviyanti dan Handoko, 2013). Diagnosis kangker serviks pada stadium lanjut merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas (Nadia, 2007). Berdasarkan data WHO pada tahun 2008 di Indonesia diperkirakan setiap harinya ada 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks (YKI, 2012). Data registrasi kanker ginekologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2003) menunjukkan kanker serviks menduduki peringkat pertama (66%). Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta (1995-2000) tercatat kanker serviks merupakan proporsi tertinggi 30,69% (998 kasus) dari sepuluh jenis kanker terbanyak pada perempuan. Berdasarkan data dari Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Aceh terdapat kasus kanker serviks yang masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan pap smear 54 orang yang terdeteksi kanker serviks 22 (40,74 %), meninggal 2 orang meninggal. Pada

3 tahun 2012 WUS yang melakukan pemeriksaan pap smear 153 orang yang terdeteksi kanker serviks 102 orang (66,66 %). Pada tahun 2013 wanita yang melakukan pemeriksaan pap smear 207 orang yang terdeteksi kanker serviks 160 orang (77,29 %) (Medical Record RSUDZA Banda Aceh 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap kepala ruangan Poli Kebidanan terdeteksinya peningkatan kasus kanker servik di Aceh hal ini terjadi karena wanita usia subur yang mengalami kanker servik tersebut sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear dan baru datang untuk memeriksakan diri setelah adanya keluhan seperti keputihan yang banyak, nyeri dan keluar darah setelah melakukan hubungan seksual. Kondisi ini disebabkan oleh kehidupan sosial masyarakat di Aceh pada umumnya menganggap hal tersebut kurang pantas apabila berkaitan dengan pemeriksaan genetalia yang sifatnya pribadi dan rahasia. Seringnya terjadi keterlambatan dalam diagnosa dan pengobatan pada stadium lanjut mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear (YKI, 2012). Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan-perubahan prakanker yang mungkin terjadi pada serviks. Uji ini bisa dilakukan pada semua wanita yang berusia antara 20 sampai 64 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan biaya yang tidak terlalu mahal,

4 dilakukan secara mudah dan cepat. Pap smear dapat menurunkan angka kematian karena kanker serviks sampai lebih dari 50 % (Indrawati, 2009). WHO merekomendasikan semua wanita yang telah menikah atau telah berhubungan seksual untuk menjalani pemeriksaan pap smear minimal setahun sekali. Namun minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terutama perempuan akan kanker maka peringkat kanker serviks menduduki peringkat pertama (Kusuma, 2004). Kendala yang selama ini ditemukan dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada saat pemeriksaan, tidak diizinkan suami serta rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dukungan keluarga terutama suami (Rahma, 2011) Saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah sakit, praktek dokter spesialis kandungan, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih tinggi (Wilopo, 2010). Di Indonesia pada umumnya penderita kanker serviks baru berobat setelah stadium lanjut sehingga lebih sukar diatasi. Hal tersebut mungkin karena kesadaran wanita dalam melakukan pap smear secara teratur masih rendah, juga karena rendahnya tingkat pendidikan, terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya

5 kanker, tidak adanya motivasi, tanda-tanda dini dari kanker, faktor-faktor resiko terkena kanker, cara penanggulangannya secara benar serta membiasakan diri dengan pola hidup sehat (Kusuma, 2004). Aziz (2006) mengatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan ibu tentang kanker servik akan membentuk sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Hal ini juga merupakan faktor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki wanita usia subur tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi dini kanker serviks. Penelitian Nadia di Departemen Patologi Anatomi RSCM (2007), penemuan kanker serviks pada stadium awal berhubungan dengan kesempatan untuk mendapatkan terapi yang berhasil. Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium awal, sembilan dari sepuluh perempuan bertahan hidup 5 tahun setelah diagnosa ditegakkan dengan angka harapan hidup 90%. Namun jika kanker serviks baru didiagnosis setelah mencapai stadium lanjut, angka harapan hidup 5 tahun pasien tersebut akan menurun menjadi satu diantara empat perempuan dengan angka harapan hidup hanyalah 41,5%. Menurut Diananda (2008), Kanker pada stadium lanjut mempunyai tingkat proliferasi yang lebih cepat dan waktu pembelahan yang lebih singkat. Penelitian Rahma (2011) di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas terhadap 100 responden menunjukkan bahwa dari 43 responden yang berpendidikan dasar sebagian besar mempunyai minat yang rendah yaitu 21 orang (43,8%), dari 33 responden yang berpendidikan menengah sebagian besar mempunyai minat dalam kategori sedang yaitu 22 orang (66,7%), sedangkan

6 dari 19 responden yang berpendidikan tinggi hanya 7 orang (36,8%) yang mempunyai minat. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan minat WUS (Wanita Usia Subur) dalam melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan pulasan Asam asetat). Penelitian yang dilakukan oleh Hasbiah M (2004) di Poltekes Palembang Tahun 2004, dimana hasil distribusi responden berdasarkan pengetahuan terdapat 58 orang (65,2%) memiliki pengetahuan tinggi dan dari jumlah tersebut mempunyai prilaku baik terhadap pemeriksaaan Pap smear terdapat 20 responden (34,5%). Distribusi responden berdasarkan motivasi menunjukkan ada 34 responden (38,2%) yang memiliki motivasi tinggi dan dari jumlah tersebut yang mempunyai perilaku baik terhadap pemeriksaan pap smear sejumlah 18 responden (52,9%). Hasil uji Chi Square didapat nilai p = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan bermakna antara motivasi dengan prilaku pemeriksaan pap smear. Distribusi responden berdasarkan dukungan suami adalah sebanyak 48 responden (53,9%) yang memiliki dukungan suami yang cukup, secara statistik ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan pap smear. Permasalahan pada wanita saat ini adalah masih rendahnya kesadaran wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan pap smear karena kurangnya pengetahuan dan cara pencegahan penyakit kanker serviks sehingga kasus kanker serviks meningkat secara terus menerus. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor satu perempuan, dapat menyerang semua lapisan masyarakat, tidak mengenal usia, tingkat pendidikan, pekerjaan maupun status sosial. Deteksi dini kanker serviks dengan

7 pemeriksaan pap smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita. 1.2. Perumusan masalah Seringnya terjadi keterlambatan dalam diagnosa dan pengobatan pada stadium lanjut sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2014. 1.3.1 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.3.1. Pengaruh pendidikan wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di 1.3.2. Pengaruh pengetahun wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di 1.3.3. Pengaruh pekerjaan wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di 1.3.4. Pengaruh motivasi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di

8 1.3.5. Pengaruh budaya wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di 1.3.6. Pengaruh dukungan suami wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di 1.4. Hipotesis Terdapat pengaruh pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, motivasi, budaya dan dukungan suami wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di RSUDZA Banda Aceh tahun 2014 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1.5.1. Sebagai masukan informasi bagi RSUDZA Banda Aceh agar dapat membuat program/pengembangan program pelayanan kesehatan reproduksi wanita khususnya yang berkaitan dengan deteksi dini kanker serviks sehingga sosialisasi upaya-upaya deteksi penyakit kanker serviks dapat menjangkau wanita secara luas. 1.5.2. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan dan melakukan sosialisasi pada pasangan usia subur untuk melaksanakan deteksi dini secara intensif terhadap kanker alat reproduksi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan wanita.