BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan modal bagi dunia usaha agar tetap eksis dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, Indonesia sebagai negara berkembang sedang giatgiatnya

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Dalam upaya untuk menghasilkan laba, tentu perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya perusahaan dihadapkan pada beberapa masalah penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Perbandingan dividen yang di berikan ke pemegang saham dan laba

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. go public yang terdaftar di bursa efek setiap tahun berkewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal menduduki posisi yang sangat strategis, karena dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan. menjadi cerminan dinamika ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Oktober 1988, dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. agar tercapainya tiga tujuan utama yaitu kesinambungan hidup (going concern),

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Nugroho, 2014). bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal dengan menggunakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis. Pada aktivitas pasar modal investasi saham merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. melalui utang maupun penjualan saham di lantai bursa (Riyanto, 2002). pembiayaan pembangunan nasional (Riyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut. Pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar bagi pihak-pihak yang bergelut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin tingginya volume perdagangan saham. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat ini tantangan dalam dunia usaha semakin dirasakan oleh para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. kerugian perusahaan serta arus kas. Informasi-informasi tersebut akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini mengakibatkan persaingan dunia usaha terjadi sangat ketat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia bisnis yang modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kesejahteraan suatu negara. Perkembangan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO)

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif membutuhkan keikutsertaan para pelaku usaha untuk lebih aktif dalam menarik investor domestik dan mancanegara. Pasar modal mempunyai peranan penting untuk dapat memenuhi kebutuhan modal bagi dunia usaha agar tetap eksis dalam perekonomian global. Saat ini kegiatan perekonomian memberikan peluang bagi perusahaan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Persaingan yang ketat di lingkungan usaha akan muncul dengan diterapkannya perdagangan bebas pada era globalisasi. Agar mampu menghadapi kondisi tersebut, perusahaan perusahaan yang telah ada baik itu yang dikelola oleh pihak swasta maupun pemerintah harus benar benar mempersiapkan diri agar dapat bertahan dan terus maju di dalam persaingan usaha untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu kemakmuran pemegang saham dan para karyawannya. Dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut, para manajer perusahaan harus senantiasa dapat mengantisipasi perubahan yang ada baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan (Elvira Zeyn, 2007). Pada pertengahan tahun 1997 terjadi ketidakstabilan (krisis) ekonomi Negara-negara Asia yang menyebabkan kemerosotan beberapa pasar modal di Asia termasuk Indonesia. Pasar modal Indonesia mengalami gejolak hebat akibat krisis ekonomi regional dimana harga saham jatuh dan banyak investor asing yang 1

B A B I P e n d a h u l u a n 2 keluar dari pasar bursa. Dampak krisis ekonomi ini masih terus dirasakan sampai tahun 1999 dimana fluktuasi harga saham yang terjadi dilantai bursa lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, bukan faktor internal yang bersifat fundamental bagi pemegang saham atau investor. Kondisi perekonomian di Indonesia tiap tahunnya mengalami kondisi turun naik. Dan perusahaan yang tidak mampu bersaing maka perusahaan tersebut tidak dapat bertahan dan dapat tersingkir dari dunia usaha yang dijalankannya. Hal ini berkaitan erat dengan salah satu tujuan penting dari semua jenis usaha yaitu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam waktu yang lama (going concern), selain dari tujuan perusahaan pada umumnya yaitu untuk memperoleh laba dari bidang usahanya. Dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan sejenis maka perusahaan harus bisa berinovasi dalam menghasilkan produk baru (Darmadji, 2001). Sesungguhnya investor membeli saham adalah untuk ikut serta dalam memiliki perushaan yang dimaksudnya adalah menikmati laba perusahaan dengan cara menerima deviden secara teratur (Indriyo Gitosudarmo, 1994). Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Salah satu kewajiban perusahaan yang telah go public diantaranya memberikan keuntungan bagi para investor yang telah menanamkan modalnya berupa saham diperusahaan tersebut. Sebab tujuan dari pada investor dalam membeli saham adalah mendapatkan deviden. Deviden adalah bagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan dan dialokasikan bagi pemegang saham.

B A B I P e n d a h u l u a n 3 Semakin besar laba yang ditahan, semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan. Rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen disebut dengan Rasio Pembayaran Dividen ( Dividend Payout Ratio) (Syamsuddin, 2004). Mengingat kebijakan dividend payout ratio memiliki dampak penting bagi investor yang maupun membayarkan dividennya. Bagi para pemegang saham atau investor, dividen merupakan tingkat pengembalian investasi berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, pembagian dividen ini nantinya akan mengurangi kas yang dimiliki oleh perusahaan sehingga hal ini menyebabkan kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi menjadi berkurang. Kemudian bagi kreditor, pembagian dividen dapat menjadi sinyal positif untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar bunga maupun melunasi pokok pinjaman. Umumnya para investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan dengan tujuan utama yaitu mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain demi meningkatkan kesejahteraannya. Disisi lain, perusahaan juga menginginkan adanya pertumbuhan yang terus meningkat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya serta memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya (Darmadji, 2001). Pemberian dividend payout ratio sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Dengan kondisi keuangan yang bagus maka perusahan tersebut akan mampu menentukan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan yang diinginkan oleh pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh berkembang. Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba

B A B I P e n d a h u l u a n 4 bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi Internal Financial perusahaan akan semakin kuat, sehingga unsur dividend payout ratio terdiri dari persentase deviden yang dibagi atau cash dividend dari EAT atau laba bersih setelah pajak (Indriyo 2000:232). Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relative stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang di harapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba di tahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout ratio nya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh kepada kondisi keuangan perusahaan (Riyanto, 2001). Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapatkan dari aktivitasnya. Jika

B A B I P e n d a h u l u a n 5 perusahaan memperoleh laba yang tinggi maka tingkat return on investment (ROI) yang dihasilkan perusahaan pun akan tinggi sehingga banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham peusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi (Susan Irawati, 2004). Return on Investment termasuk kedalam rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Rasio ini digunakan untuk mengukur kekuatan penghasilan dari aktiva. Rasio tersebut menyatakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh penghasilan terhadap operasi bisnis dan menjadi ukuran keefektifan manajemen. Rasio ini menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila di ukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus (Sunariyah, 2004). Adapun fenomena umum yang terjadi yang penulis ambil dari berita di economy.okezone.com pada tanggal 22 November 2010 mengenai saham sektor pertambangan batu bara dalam tiga bulan terakhir menjadi fokus perhatian investor karena mendominasi pasar melalui tingginya volume dan nilai transaksi, serta menjadi penggerak pasar di tengah-tengah melemahnya saham-saham unggulan sektor perbankan dan telekomunikasi. Bahkan, kapitalisasi pasar PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil menggantikan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) di urutan teratas. Kinerja saham sektor pertambangan batu bara tersebut terutama

B A B I P e n d a h u l u a n 6 disebabkan faktor meningkatnya harga komoditas batu bara di pasar internasional, dipicu tingginya permintaan dari China dan India. Menguatnya harga minyak mentah dunia dari USD100 per barel hingga mendekati USD150 per barel selama enam bulan terakhir juga mengangkat harga batu bara sebagai bahan bakar subtitusi secara signifikan, dari sekitar USD55 per ton menjadi hampir dua kali lipatnya dalam periode yang sama. Penguatan harga saham-saham batu bara tersebut juga berhasil menahan penurunan indeks lebih dalam akibat sentimen negatif dari tingginya tingkat inflasi dalam negeri, serta faktor ekonomi global yang cenderung negatif karena ancaman tingkat inflasi dan krisis di sektor keuangan. Arah pergerakan harga saham sektor tambang batu bara masih sangat dipengaruhi fluktuasi harga minyak mentah dunia. Terbukti, saat harga minyak dunia turun tajam, saham batu bara dan sektor sejenis mengalami tekanan jual yang signifikan sehingga mendorong indeks kembali ke level terendah sepanjang 2010. Pada kondisi ini, timbul harapan pelaku pasar terhadap saham batu bara untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap prospek pasar modal. Menurut Kepala Badan Energy Internasional Louis Capital Robert Van Batenburg mengatakan bahwa turunnya sektor tambang batu bara memimpin pelemahan kali ini karena sektor ini merupakan sektor yang sangat berkaitan dengan pertumbuhan global. Sehingga, ketika harga saham komoditas bergerak, maka pasar saham siap mengikuti.

B A B I P e n d a h u l u a n 7 Kondisi inilah yang menyebabkan turunnya saham-saham sektor pertambangan dalam seminggu terakhir. Meski demikian, prospek saham-saham sektor pertambangan batu bara diperkirakan masih cukup baik, Terkait faktor harga minyak mentah dunia yang relatif masih tinggi. Kendati demikian, perlu dicermati rencana pemerintah untuk membatasi ekspor batu bara untuk mengamankan pasokan dalam negeri, serta kebijakan pembayaran royalti sebesar 13,5 persen dari produksi dalam bentuk batu bara. Dua kebijakan itu diperkirakan menjadi sentimen negatif terhadap pergerakan harga saham batu bara dalam jangka pendek. Namun, dengan prospek yang masih baik, penurunan harga saham akibat sentimen negatif perubahan bentuk royalti maupun relatif melemahnya harga batu bara di pasar justru dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi beli. Sebab, jika sentimen pasar kembali membaik, saham-saham sektor batu bara diperkirakan kembali menjadi penggerak menguatnya indeks. Berikut ini Return On Investment dan Harga Saham pada perusahaan manufaktur tahun 2007-2010.

B A B I P e n d a h u l u a n 8 Tabel 1.1 Harga Saham dan Return On Investment Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2010 No Perusahaan Tahun Harga Saham Tahun ROI (%) 2008 320 2007 2,68 1. BRNA 2009 600 2008 4,80 2010 1600 2009 3,99 2011 1770 2010 6,31 2008 930 2007 3,32 2. INDF 2009 3550 2008 2,61 2010 4875 2009 5,14 2011 4600 2010 6,25 2008 7800 2007 36,84 3. UNVR 2009 11050 2008 37,01 2010 16500 2009 40,67 2011 18800 2010 38,92 2008 4600 2007 9,82 4. INTP 2009 13700 2008 15,46 2010 15950 2009 20,69 2011 17050 2010 21,01 2008 4175 2007 20,85 5. SMGR 2009 7550 2008 23,80 2010 9450 2009 25,68 2011 11450 2010 23,34 2008 400 2007 10,04 6. TSPC 2009 730 2008 10,81 2010 1710 2009 11,03 2011 2550 2010 13,62 2008 650 2007 9,68 7. SMSM 2009 750 2008 9,84 2010 1070 2009 14,11 2011 1360 2010 14,10 Sumber: www.yahoofinance.com dan laporan keuangan

B A B I P e n d a h u l u a n 9 Harga saham INDF tahun 2011 mengalami penurunan dari 4875 menjadi 4600 padahal return on investment pada tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu dari 2,61 menjadi 5,16. Hal ini dapat dikarenakan rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2010 meningkat sehingga investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada INDF dan menyebabkan harga sahamnya turun. Harga saham BRNA pada tahun 2011 mengalami kenaikan tetapi return on investment pada tahun 2010 mengalami penurunan. Hal ini dapat dikarenakan tingkat rasio profitabilitas pada tahun 2010 menurun, sehingga investor tetap tertarik untuk berinvestasi pada BRNA dan menyebabkan harga sahamnya naik. Harga saham UNVR, INTP, SMGR, TSPC dan SMSM tahun 2011 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan besarnya return on investment yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan laba perusahaan pada tahun 2010 mengalami kenaikan, sehingga membuat investor tertarik berinvestasi dan menyebabkan harga sahamnya naik. Berdasarkan gambaran tersebut penulis menarik untuk diteliti mengenai Pengaruh Devidend Payout Ratio (DPR) dan Return On Investment (ROI) Terhadap Harga Saham (Survey Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010.

B A B I P e n d a h u l u a n 10 I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah I.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Harga saham INDF tahun 2011 mengalami penurunan yang tidak di ikuti dengan turunnya return on investment. Hal ini dapat dikarenakan rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2010 meningkat sehingga investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada INDF dan menyebabkan harga sahamnya turun. 2. Kenaikan harga saham BRNA pada tahun 2011 tidak diikuti dengan kenaikan return on investment pada tahun 2010. Hal ini dapat dikarenakan tingkat rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2010 menurun sehingga investor tetap tertarik untuk berinvestasi pada BRNA dan menyebabkan harga sahamnya naik. 3. Menurunnya harga saham batu bara akibat sentimen negatif dari tingginya tingkat inflasi dalam negeri, serta faktor ekonomi global yang cenderung negatif karena ancaman tingkat inflasi dan krisis di sektor keuangan menyebabkan turunnya saham-saham sektor pertambangan batu bara. Arah pergerakan harga saham sektor tambang batu bara masih sangat dipengaruhi fluktuasi harga minyak mentah dunia. Terbukti, saat harga minyak dunia turun tajam, saham batu bara dan sektor sejenis mengalami tekanan jual yang signifikan sehingga mendorong indeks kembali ke level terendah sepanjang 2010.

B A B I P e n d a h u l u a n 11 I.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan diatas, maka rumusan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur. 2. Bagaimana Return On Investment terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur. 3. Berapa besar pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap Harga Saham secara parsial dan simultan pada Perusahaan Manufaktur. I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan oleh penulis adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur. I.3.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur. 2. Untuk mengetahui Return On Investment Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur.

B A B I P e n d a h u l u a n 12 3. Untuk mengetahui Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur I.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain: 1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi perusahaan Sebagai bahan pertimbangan nantinya di dalam menentukan arah kebijakan yang akan diambil. 2. Bagi investor dan calon investor Hasil penelitan ini dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi saham. 1.4.2. Kegunaan Akademis 1. Bagi Pengembang Ilmu Akuntansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi atau masukan dalam pengembang kajian akuntansi keuangan, dalam hal keterkaitan pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap harga Saham. 2. Bagi Penulis Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi keuangan yaitu mengenai pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap Harga Saham.

B A B I P e n d a h u l u a n 13 3. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap Harga Saham. 4. Bagi Peneliti selajutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh Dividend Payout Ratio dan Return On Investment terhadap Harga Saham. 1.4. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur dengan mengambil data sekunder yang didapat dari Pusat Informasi Pasar Modal jl. Veteran No 10 dan melalui situs internet yang beralamatkan www.yahoofinance.com. 1.4.2 Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal penelitian yang secara rinci waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini:

B A B I P e n d a h u l u a n 14 No 1 2 3 4 5 Kegiatan Pra Survei : a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan Usulan Penelitian: a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpula n draf skripsi Tabel 1.2 Jadwal Penelitian Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agust 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4