BAB V PEMBAHASAN A. Metode DO IT di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 pada klausul 4.3.3 Tujuan dan Program K3. Masih banyak hal yang dapat dijadikan sebagai target, namun perusahaan telah menentukan prioritas atas target yang telah ditentukan diatas yaitu Safe Act, Safe Condition dan penaatan prosedur kerja. 2. Observe Observasi yang dilakukan dalam kegiatan PPIK merupakan salah satu bentuk pemantauan Hal tersebut menunjukkan bahwa telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 klausul 4.5.1 tentang Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3 huruf c yang berbunyi memantau efektivitas pengendalian-pengendalian (untuk kesehatan juga keselamatan), huruf e yang berbunyi mengukur kinerja secara reaktif untuk memantau kecelakaan, sakit penyakit, insiden (termasuk nyaris terjadi, dan lain-lain) dan bukti catatan lain penyimpangan kinerja K3 serta telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 14 ayat 1 yang berbunyi pengusaha 70
71 wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Dalam pelaksanaannya observasi dalam PPIK ini belum dilakukan secara continue dan kurang terstruktur. Maka dengan demikian perlu adanya sebuah prosedur yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis observasi sehingga observasi berlangsung efektif dan efisien. 3. Intervene Intervensi yang dilakukan meliputi intervensi secara langsung di lapangan seperti mengadakan diskusi kecil mengenai K3 dan intervensi yang diwujudkan dalam sebuah program intervensi. intervensi yang dilakukan secara langsung dilapangan telah sesuai dengan menunjukkan bahwa kegiatan intervensi telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 pada klausul 4.4.3 tentang Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi. Adapun intervensi yang dilakukan terhadap target yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut : a) Safe Act Himbauan terhadap penggunaan APD telah sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja BAB III tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 huruf m mengenai syarat keselamatan kerja adalah untuk memberi perlindungan pada para pekerja. Sedangkan penyediaan APD oleh perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
72 Diri Pasal 2 ayat 1 berisi Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat kerja. Intervensi lain yang dilakukan terhadap penggunaan APD yaitu dengan pemasangan safety sign telah sesuai dengan Undangundang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat b mengenai kewajiban pengurus yang berbunyi : memasang dalam tempat kerja, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Pelatihan yang diberikan perusahaan terhadap penggunaan APD sebagai bentuk pengendalian bahaya yang dikarenakan kesalahan atas penggunaan APD yang kurang tepat hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 kalusul 4.4.2 tentang Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian, dan telah sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pada Lampiran 1 bagian Pelaksanaan Rencana K3 angka 2 mengenai Menyediakan Prasarana dan Sarana yang Memadai pada huruf c yang menyebutkan bahwa salah satu tindakan pengendalian dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Selain itu dengan diadakannya sosialisasi kepada tenaga kerja terkait cara angkat-angkut yang benar maupun penggunaan perlatan dan perlengkapan kerja yang benar dalam Grand QHSSE meeting
73 hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 13 yang berbunyi Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan. b) Safe Condition Dengan diberikannya safe guarding pada mesin-mesin yang memiliki potensi bahaya, maka hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1 tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan pasal 42 ayat 1 yang berbunyi Mesin-mesin yang digunakan harus dipasang dan dilengkapi dengan alat pengaman untuk menjamin keselamatan kerja. Pelaksanaan monitoring good house keeping guna mendukung kondisi lingkungan yang aman dan sehat telah sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, Penerangan Dalam Tempat Kerja, antara lain tercantum syarat untuk bangunan, halaman, tempat kerja, fasilitas saniter, ventilasi dan penerangan di tempat kerja. Selain itu dengan dilakukannya pengukuran dan monitoring terhadap faktor fisika, kimia maupun biologi guna menentukan tindakan pengendalian yang tepat telah sesuai dengan OHSAS
74 18001:2007 tentang SMK3 klausul 4.3.1 tentang Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian. c) Penaatan Prosedur Kerja Pelaksanaan kepatuhan terhadap prosedur kerja yang di intervensi yaitu prosedur Permit To Work (PTW), hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 10 ayat 3 huruf b mengenai sumber daya manusia di bidang K3 harus memiliki : kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi dan telah sesuai pula dengan OHSAS 18001:2007 tantang SMK3 klausul 4.4.6 tentang Pengendalian Operasi, dimaksudnkan organisasi harus menetapkan operasi dan aktivitasnya yang berhubungan dengan hasil identifikasi bahaya dimana diperlukan pengendalian untuk mengelola risiko K3. Hal ini harus termasuk di dalamnya manajemen perubahan. Untuk operasi dan aktivitas tersebut, organisasi harus menjalankan dan memlihara : 1) Kendali-kendali operasional, sesuai keperluan organisasi dan aktivitas-aktvitasnya ; organisasi harus mengintegerasikan kendali-kendali operasionalnya kedalam system manajemen K3. 2) Pengendalian terkait pembelian material peralatan dan jasa-jasa. 3) Pengendalian terkait kontraktor dan tamu-tamu lain ke tempat kerja.
75 4) Mendokumentasikan prosedur-prosedur mencakup situasisituasi dimana ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-tujuan K3. 5) Kriteria-kriteria operasi yang telah ditetapkan dimana ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-tujuan K3. Selain itu dengan diikutsertakannya pekerja dalam melengkapi risk assessment pada lampiran PTW hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 klausul 4.4.3.2 tentang Partisipasi dan Konsultasi huruf a, bahwa organisasi harus membuat, menerapkan dan memlihara prosedur untuk partisipasi pekerja melalui keterlibatannya dan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian. 4. Test Dengan adanya test pada penerapan BBS, hal ini menunjukkan bahwa perusaahaan telah memenuhi OHSAS 18001:2007 tentang SMK3 pada klausul 4.5.1 yaitu Pemantauan dan Pengukuran Kinerja dan telah sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah Repblik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 bagian kelima tenatng Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 Pasal 14 ayat 1 yang berbunyi Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Dalam hal ini organisasi harus menjalankan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 secara berkala.
76 Pengukuran dilakukan dalam penerapan BBS tergolong measurement of control yang bertujuan untuk mengukur upaya pencegahan atau pengendalian yang dilakukan organisasi. Ukuran kinerja ini dititikberatkan kepada upaya atau program K3 khususnya yang berkaitan dengan manajemen K3. Pengukuran kinerja ini tentu harus dilakukan secara rutin, hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan sekeceil apa pun terkait K3.