BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat dengan dukungan dari kemajuan teknologi yang semakin canggih akan berdampak pada kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang sebenarnya juga memberi gambaran akan kualitas ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai aspek mulai dari kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, pembiayaan, pengelolaan dan sarana prasarana. Sarana prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang sistem pembelajaran yang sekaligus akan menentukan kualitas pembelajaran itu sendiri. Salah satu sarana yang harus ada dan digunakan untuk menunjang efektifitas pembelajaran adalah perpustakaan. Perpustakaan didefinisikan sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun dengan koleksi dalam berbagai bentuk dan jenis yang disusun secara sistematis untuk digunakan bagi pengguna sesuai dengan keberadaaan perpustakaan tersebut. Batasan tersebut diperjelas oleh pendapat Bafadal (2011: 4) yang menyatakan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan. 1
Prastowo (2012: 45) menjelaskan bahwa: Perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku. Darmono (2007: 2) menyatakan bahwa perpustakaan sebagai salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya. Fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar siswa dapat berjalan optimal seyogyanya didukung oleh penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakan yang ideal. Pengelolaan perpustakaan sekolah yang ideal memperhatikan standar nasional perpustakaan. Standar nasional perpustakaan terdiri atas: a) standar koleksi perpustakaan; b) standar sarana dan prasarana; c) standar pelayanan perpustakaan; d) standar tenaga perpustakaan; e) standar sumber pendanaan; f) standar pengelolaan dan pengembangan (Undang-Undang Perpustakaan nomor 43 tahun 2007 bab VII pasal 23). Keberadaan perpustakaan sekolah akan meningkatkan minat baca siswa untuk gemar membaca sehingga dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, bila siswa mempunyai minat untuk mengunjungi perpustakaan 2
sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk mengunjungi perpustakaan, antara lain: adanya tugas dari guru, sarana dan prasarana yang memadai, lokasi yang strategis, dan pengelolaan perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang sangat berguna bagi pelaksanaan dan peningkatan proses belajar mengajar di sekolah. Eksistensi perpustakaan diharapkan dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar, karena perpustakaan juga sebagai perangkat pelengkap pendidikan. SMA Negeri 12 Semarang merupakan salah satu sekolah negeri di Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 30 rombel. Berdasarkan UU Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 dan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007, SMA Negeri 12 Semarang sudah menyediakan sumber belajar termasuk perpustakaan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa perpustakaan SMA 12 Semarang merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru dan siswa untuk memperoleh bahan pustaka ilmu pengetahuan dan informasi. Perpustakaan sekolah ini pernah meraih juara ke-3 dalam lomba perpustakaan sekolah kelompok SMA tingkat kota Semarang pada tahun 2004. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perpustakaan SMA 12 Semarang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil observasi awal penelitian ditemukan kondisi faktual berkaitan dengan komponen perpustakaan di SMAN 12 Semarang mencakup: (1) Koleksi 3
perpustakaan; (2) sarana dan prasarana; (3) layanan perpustakaan; (4) tenaga perpustakaan; (5) pendanaan dan (6) pengelolaan dan pengembangan. Ditampilkan dalam bagan berikut ini: 4
Gambar 1.1 Model Awal Komponen Standar Perpustakaan Sekolah SMA Negeri 12 Semarang Koleksi 1. Buku teks pelajaran 2. Buku panduan pendidik 3. Buku referensi 4. Buku fiksi 5. Koleksi serial 6. Koleksi digital Pengadaan koleksi dari sekolah, bantuan pemerintah Sarana dan prasarana 1. Ruang di lantai dua 2. Buku 3. Perabot Sarana teknologi belum lengkap 4. Media pendidikan 5. Perlengkapan lain Layanan 1. Kurang prima 2. Ada tata cara layanan 3. Sirkulasi masih manual 4. Memanfaatkan sumber daya perpustakaan 5. Sebagian mengacu SNP 6. Belum ada kerjasama antarperpustakaan 7. Katalog on-line Tenaga perpustakaan 1. Kepala perpustakaan 2. Pustakawan 3. Tenaga teknis (belum bintek/ diklat) Pengelolaan dan pengembangan 1. Jarang ada lomba menulis resensi buku 2. Koleksi serial belum memiliki barcode 3. Koleksi digital belum diinventaris Pendanaan 1. APBN 2. APBD 3. Tidak ada dana dari: a. Komite b. Sumbangan masyarakat c. Kerja sama d. Bantuan luar negeri e. Hasil usaha jasa 5
Berdasarkan gambar model di atas dapat diterangkan bahwa struktur organisasi perpustakaan belum dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan enam komponen standar perpustakaan sekolah yaitu: 1) Koleksi buku. Pengadaan koleksi buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku refrensi, buku fiksi, koleksi serial, koleksi digital di perpustakaan SMAN 12 Semarang sementara ini mengandalkan bantuan pemerintah. 2) Sarana dan prasarana belum lengkap. Ruang berada di lantai dua sehingga memerlukan waktu untuk mengakses perpustakaan. Sarana teknologi belum lengkap. Perabot mebelair model lama. Suasana di dalam perpustakaan kurang nyaman, ruang baca cenderung berantakan, terasa panas, penerangan redup menjadikan guru atau siswa tidak betah berlama-lama. 3) Layanan perpustakaan belum optimal. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pencarian dan pengolahan data serta layanan online dan offline masih terbatas ditunjukkan dengan fasilitas yang ditemui peneliti masih kurang terutama fasilitas berbasis teknologi seperti digital library dan penggunaan barcode untuk atribut koleksi buku. 4) Tenaga perpustakaan belum memadai. Ketersediaan tenaga perpustakaan belum memenuhi kebutuhan minimal baik dari segi kemampuan maupun kuantitas. Terdapat hanya satu orang pustakawan dengan latar belakang pendidikan D-2 Ilmu Perpustakaan dan untuk tenaga teknis menggunakan bantuan guru mapel yang diberi tugas tambahan mengelola perpustakaan. Keahlian dan keterampilan petugas dalam penerapan teknologi 6
informasi dan komunikasi masih rendah diindikasikan dengan penggunaan sistem konvensional antara pustakawan dan pengguna yang antara lain adalah siswa dalam melaksanakan proses transaksi maupun sirkulasi sehingga terkesan lambat. Kebijakan cenderung terpusat dan pasif. 5) Pendanaan belum maksimal. Alokasi anggaran untuk pengelolaan perpustakaan dan pengembangan sumber daya belum memadai ditunjukkan dengan keterbatasan dana yang masuk hanya berasal dari APBN dan APBD serta minimnya dana pelatihan kepustakaan bagi pustakawan atau guru yang berkompeten. 6) Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah belum maksimal. Kondisi tersebut menjadikan minat siswa atau guru dalam menggunakan perpustakaan dan memanfaatkan sumber daya informasi yang dimiliki masih rendah ditunjukkan ketika terdapat waktu istirahat sebagian siswa memilih pergi ke kantin atau duduk di dalam kelas. Terdapat siswa atau guru masih memiliki persepsi bahwa perpustakaan sebagai unit pengadaan koleksi untuk menunjang tugas belajar semata dan mengabaikan fungsi sebagai pusat informasi dan pusat penelitian. Ditunjukkan jika berdekatan dengan waktu ulangan akhir semeter peminjaman buku menurun. Fenomena di atas menunjukkan bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang belum berjalan optimal, cenderung menggunakan sistem konvensional, kurang efektif dan efisien. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang 7
tidak maksimal. Diperlukan model pengembangan komponen perpustakaan yang sesuai dengan standar pengelolaan perpustakaan sekolah sebagaimana termaktub dalam UU Perpustakaan No 43 Tahun 2007 mengenai standar nasional perpustakaan sekaligus linear dengan karakteristik sekolah. Diperkuat oleh pendapat Sutarno (2006: 79-120) bahwa pengelolaan dan pembinaan perpustakaan sekolah mencakup aspek struktur organisasi, aspek koleksi, aspek pelayanan, aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia, aspek anggaran serta aspek manajerial. Pengembangan model komponen perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang diharapkan mampu mengadopsi semua aspek tersebut untuk mewujudkan pengelolaan perpustakaan yang kreatif dan inovatif. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah menjadi dasar penting dalam meningkatkan pembinaan perpustakaan sekolah. Hal itu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah, di samping terbatasnya hasil penelitian yang mengkaji mengenai model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah khususnya di tingkat SMA. 8
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model komponen standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif. b) Hasil penelitian dapat memberikan bukti empiris terhadap pentingnya model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif dapat meningkatkan potensi perpustakaan sekolah. 1.4.2 Manfaat praktis a) Bagi pustakawan diharapkan dapat membantu mempermudah pengelolaan perpustakaan di sekolah. b) Memacu guru mata pelajaran untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah. c) Bagi siswa agar termotivasi menggunakan fasilitas on line dan off line di perpustakaan sekolah. 9
d) Bagi kepala sekolah, dapat mendukung komponen pengelolaan perpustakaan sebagi suatu dukungan sistem terselenggaranya program pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah. 1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah. Model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah yang dimaksud adalah mengembangkan enam komponen standar perpustakaan sekolah mencakup koleksi buku, sarana dan prasarana pendukung, layanan, tenaga perpustakaan, pendanaan, dan tahapan nyata pengelolaan dan pengembangan sehingga mampu memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pengguna. 1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1.6.1 Model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah akan mudah diterapkan oleh pustakawan serta staf sekolah lainnya jika dilakukan secara bertahap. 1.6.2 Pengetahuan perpustakaan dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung 10
yang diperoleh melalui cara pendidikan, pelatihan dan partisipasi langsung. 1.6.3 Pengelolaan perpustakaan sekolah dengan cara kreatif dan inovatif akan mampu memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pengguna. 11