BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediary antara pemilik sumber dana dengan pihak yang memerlukan dana, dimana kedua pihak ini sangat mempunyai fungsi strategis dalam memajukan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Bank mempunyai kegiatan usaha khusus seperti yang diatur dalam pasal 6 dan pasal 17 Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang perbankan), yaitu : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan beupa Giro, Deposito berjangka, Deposito, Tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit c. Melakukan kegiatan valuta asing dengan keuntungan yang ditetapkan oleh bank indonesia. Konsekuensi bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotivasi laba adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit). Bagi bank, kredit adalah aset yang akan menghasilkan pendapatan bunga dan atau keuntungan atas dasar bagi hasil. Karena kredit adalah aset yang menghasilkan pendapatan, maka porsi kredit dalam aset perbankan sangat dominan. Tujuan utama pengelolaan kredit adalah agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari sejumlah dan tingkat pertumbukan kredit yang disalurkan. (Kashmir. 2002) 1
2 Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha atas kredit yang disalurkan. Semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan berarti potensi pendapatan semakin besar. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa disalurkan dengan baik sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dan penyaluran kredit kepada masyarakat biasanya mengalami hambatan, Selain pendapatan bunga dan keuntungan, penyaluran kredit oleh bank memberikan banyak manfaat lain, seperti jaringan kerja dan informasi yang masih luas. (Kashmir. 2002) Kredit dari segi ekonomi berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi yang sama akan di kembalikan kepada bank setelah jangka waktu tertentu sesuai kesempatan/ kesepakatan yang telah disetujui bank dengan nasabah. Sebagai keuntungan dari pihak kreditur karena telah memberikan nilai ekonomi tersebut maka bank menerima pembayaran bunga dari nasabah. Dari pihak bank dalam memberikan kredit harus benar-benar teliti, sebab dalam hal ini perbankan memberikan kepercayaan kepada nasabah untuk mengembalikan uang yang diterima dari orang-orang yang percaya kepada bank. (Rahardja.2000) Sumber dana kredit yang ada pada dunia perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukanlah dana milik sendiri, melainkan dana yang berasal dari masyarakat. Hal ini menyebabkan perbankan dalam melakukan penyaluran kredit harus melakukan dengan prinsip kehati-hatian melelui analisis yang akurat dan mendalam, pemyaluran kredit yang tepat dan pengawas kredit yang ketat, serta perjanjian kredit yang sah menurut hukum pengikatan jaminan yang kuat dan administratif perkreditan yang teratur dan lengkap. Semua tindakan tersebut semata-mata bertujuan agar kredit yang
3 disalurkan oleh pihak bank kepada masyarakat dapat kembali tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian kreditnya. (Rahardja.2000) Analisis yang dilakukan perbankan untuk mengetahui dan menentukan apakah seseorang itu layak atau tidak untuk memperoleh kredit. Pada umumnya pihak perbankan menggunakan instrumen analisis yang dikenal dengan The Six of Credit atau 6C, yaitu Character (kepribadian) yaitu penilaian atas karakter atau watak dari calon debiturnya, Capasity (kemampuan) yaitu prediksi tentang kemampuan bisnis dan kinerja bisnis debitur untuk melunasi hutangnya, Capital (modal) yaitu penilaian kemampuan keuangan debitur atau kemampuan bayar debitur, Condition of economy (kondisi ekonomi) yaitu analisis terhadap kondisi perekonomian debitur secara mikro maupun makro, Collateral (jaminan) yaitu harta kekayaan debitur sebagai jaminan bagi pelunasan hutang jika kredit dalam keadaan macet dan, Constrain (batasan atau hambatan) yaitu penilaian debitur yang dipengaruhi oleh hambatan yang tidak memungkinkan untuk usaha disuatu tempat. (Putra. 2015) Kegiatan perkreditan adalah risk asset bagi bank karena asset bank dikuasai oleh pihak luar bank, yaitu para debitur, akan tetapi kredit yang diberikan kepada para debitur selalu ada resiko berupa kredit tidak kembali tepat pada waktunya yang dinamakan kredit bermasalah. Banyak terjadi kredit yang diberikan menjadi bermasalah yang disebabkan sebagai alasan, misalnya usaha yang dibiayai dengan kredit mengalami kebangkrutan atau merusut omset penjualannya. Krisis ekonomi, kalah bersaing ataupun kesengajaan debitur melakukan penyimpangan dalam penggunaan kredit seperti untuk membiayai usaha yang tidak jelas masa depannya, sehingga mengakibatkan sumber pendapatan usaha dan akhirnya mematikan usaha debitor. (Putra.2015)
4 Penyelesaikan kredit bermasalah akan melihat terlebih dahulu kondisi kredit bermasalah debitur tersebut. Pada umumnya penyelesaian kredit yang mengalami masalah yang dilakukan oleh bank itu sendiri terdiri dari dua jalur penyelesaian yaitu: a. Penyelesaian melalui jalur litigasi, Penyelesaian yang dilakukan dengan menempuh jalur hukum, dimana jalur ini dilakukan terhadap debitur yang usahanya masih berjalan tetapi tidak mau melunasi kewajiban kreditnya baik angsuran pokok maupun bunganya. Sedangkan debitur yang usahanya tidak lagi berjalan adalah debitur yang tidak mau berkerjasama dan tidak mau memenuhi kewajiban kreditnya. b. Penyelesaian melalui jalur non litigasi, Penyelesaian yang dilakukan dengan bernegosiasi dengan debitur untuk mendapatkan penyelesaian kredit yang terbaik, dimana usaha yang diberi modal kredit masih berjalan meskipun angsurannya tersendat-sendat atau kemampuan usahanya mengalami penurunan usaha atau debitur yang usahanya sudah tidak berjalan sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran kredit. Dalam hal ini penyelesaian kredit dapat dilakukan melalui upanya negosiasi dengan debitur maupun dengan keluarga debitur agar dapat memenuhi kewajibannya atau debitur mempunyai usaha lain yang dianggap layak untuk memungkinkan diberi suntikan dana tambahan dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan sehingga dapat digunkan untuk membayar kewajibannya Seperti sudah di sebut sebelum bahwa dengan adanya kredit bermasalah, bank tengah menghadapi default risk (standar resiko). Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, karena bank tidak
5 mungkin menghindari adanya kredit bermasalah, bank hanya berusaha menekankan seminimal mungkin kredit bermasalah agar tidak melebihi. (Beni. 2015) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan pokok pembahasan laporan Tugas Akhir (TA) dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana proses dan prosedur penanganan kredit bermasalah di PT.Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi Blitar Jawa Timur? 2. Kendala dan Solusi apa saja dalam penanganan kredit bermasalah di PT.Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi Blitar Jawa Timur? C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka batasan masalah pada penelitian ini dibatasi dengan Penanganan Kredit Bermasalah Pada Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi yang telah di lakukan oleh kantor Bank BTPN Wlingi Blitar Jawa Timur. D. Tujuan dan Manfaat Berdasarkan perumusan masalah diatas penulis dapat merumuskan tujuan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses dan prosedur penanganan kredit bermasalah di PT.Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi Blitar Jawa Timur.
6 2. Untuk mengetahui kendala dan solusi apa saja dalam penanganan kredit bermasalah di PT.Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi Blitar Jawa Timur Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Untuk memberikan ulasan dan informasi mengenai proses penanganan kredit bermasalah pada Bank tersebut. 2. Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi serta dijadikan informasi tambahan untuk menambahi ilmu dan wawasan mengenai proses penanganan kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Kcp Wlingi Blitar Jawa Timur