BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali sebagai Pulau Dewata memang sudah terkenal di seluruh dunia sebagai pulau yang eksotis dan memiliki berjuta pesona, tidak hanya pemandangan alamnya yang elok, tetapi juga pesona kebudayaannya yang memikat dan membuat Bali menjadi salah satu tujuan utama pariwisata. Dengan pesona yang telah dimiliki tersebut mendorong masyarakat Bali untuk mengembangkan diri terutama dalam sektor pariwisata, dimana pemerintah Indonesia pun turut andil dalam pembangunan Bali dalam sektor pariwisata. Bali yang lebih menonjol dalam sektor pariwisatanya merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia. Sektor pariwisata Bali berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun, sehingga mendorong masyarakat dan pemerintah untuk terus melakukan pengembangan dalam sektor ini. Namun hal itu hanya tinggal kenangan setelah terjadi insiden bom Bali I tahun 2002, dimana akibat insiden tersebut Bali kembali menjadi seperti Bali di era 60-an, dimana Kuta yang menjadi jantung pariwisata Bali terlihat seperti kota mati. Hal tersebut tidak berlangsung lama, perlahan-lahan pariwisata di Bali mulai bangkit walaupun hasil yang didapat tidak seperti sebelum terjadi insiden bom Bali, setidaknya sudah mengalami sedikit perkembangan. Disaat Bali mulai bangkit lagi, insiden bom Bali II terjadi, dampak yang ditimbulkan lebih buruk dari pada dampak yang ditimbulkan oleh bom Bali I, kepercayaan internasional berkurang karena Bali dianggap sudah tidak aman lagi. Dengan berjalannya waktu perkembangan industri pariwisata di Bali berangsur mulai pulih, kepercayaan dunia mulai tumbuh terhadap kondisi internal Bali. Bukti dari pulihnya kepercayaan terhadap
kondisi keamanan pulau Bali adalah dicabutnya larangan kunjungan wisata ke Bali oleh negara negara yang selama ini menjadi penyumbang terbesar wisatawan yang datang ke Bali. Semakin banyaknya kedatangan para wisatawan yang berkunjung ke Bali, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara mendorong pemerintah Indonesia untuk terus mengembangkan pariwisata di Bali. Hal tersebut sangat nyata terlihat dengan banyaknya fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh para wisatawan ketika berada di Bali seperti, bandar udara yang terus ditingkatkan kenyamanannya, fasilitas hiburan yang semakin beragam dan tidak kalah bersaing dengan yang ada di luar negeri, dan juga banyaknya fasilitas akomodasi yang dibangun sesuai dengan selera dan kebutuhan wisatawan. Fasilitas akomodasi yang kian beragam mulai dari hotel berbintang, apartemen, resort, bungalow, villa, dan lain sebagainya telah banyak terdapat di Bali, hal tersebut tidak lepas dari peran serta pemerintah dalam mengesahkan izin pembangunan fasilitas-fasilitas akomodasi tersebut. Pengaruh perkembangan industri pariwisata Bali yang semakin membaik membuat beberapa investor baik dari dalam maupun luar negeri mulai mencari celah untuk dapat turut serta berpartisipasi didalamnya. Berbagai sektor bisnis pariwisata mulai dilirik lagi karena perkembangan sektor pariwisata Indonesia semakin berkembang beberapa tahun belakangan ini setelah sempat mengalami beberapa gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan perkembangan sektor pariwisata tersebut, peluang bisnis perhotelan dan villa semakin besar. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya tumbuh hotel-hotel dan villa villa dengan fasilitas yang ditawarkan. Berbagai bentuk fasilitas dan pelayanan jasa yang ditawarkan kepada para pengunjung sebagai daya tarik dari hotel dan villa yang bersangkutan, hal ini merupakan pendorong bagi para pengusaha yang bergerak di bidang bisnis ini, untuk mengelola bisnis tersebut secara profesional sehingga memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi.
Dalam dunia usaha, pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam perumusan strategi untuk dapat menentukan keberhasilan, karena seperti diketahui bahwa pemasaran merupakan ujung tombak bagi perusahaan. Pemasaran produk atau jasa harus direncanakan sebaik mungkin agar dapat menjangkau pangsa pasar yang diharapkan. Penguasa pangsa pasar memerlukan strategi yang baik guna menentukan keberhasilan perusahaan. Dengan demikian strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang segala hal yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap peluang yang ada di masa yang akan datang. Berkenaan dengan dampak yang terjadi selanjutnya sangat signifikan terhadap bisnis pariwisata, maka bagi para pelaku pariwisata perlu mengambil suatu langkah yang cepat dan tepat untuk mengatasi resiko seminimal mungkin. Melihat kejadian tersebut terutama bagi perkembangan industri pariwisata yang bergerak di bidang perhotelan mengalami keterpurukan yang sangat memprihatinkan akibat dari berbagai tragedi yang beruntun. Hal tersebut dapat dicermati dari arus kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara pada pasca bom Bali, seperti terlihat pada Tabel 1 dibawah ini Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancenegara Dan Nusantara Ke Bali Tahun 2010-2014
2014 12% 3278598 6976536 2013 0,50% 2892019 6063558 Pertumbuhan 2012 15% 2756579 5646343 Wisatawan Nusantara 2011 19% 2493058 4646343 Wisatawan Mancanegara 2010 222945 3521135 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2014 Selain itu, dengan munculnya berbagai macam fasilitas dan penawaran dari jasa dan akomodasi lainnya, yang makin banyak jumlahnya dari waktu ke waktu, menyebabkan konsumen yang datang memiliki banyak pilihan lain dan menyebabkan keuntungan bagi beberapa jasa akomodasi mulai menurun. Persaingan antar hotel berbintang, villa dan hotel non bintang menjadi semakin ketat sejak pasca Bom Bali II terutama yang berada di kawasan Kuta, Nusa Dua, dan Jimbaran. Ini dapat terlihat dari perkembangan jumlah akomodasi di Bali dari tahun 2010-2014 sebagai berikut : Tabel 1. 2 Perkembangan Jumlah Akomodasi Di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 Tahun Hotel Bintang Hotel Melati Villa Pertumbuhan Jumlah Kamar Jumlah Kamar Jumlah Kamar Jumlah 2010 157 21,118 1,037 20,516 981 4,380
2011 158 20,387 1,036 20,387 996 4,445 0.1% 2012 161 20,753 1,026 20,199 1,016 4,478 0.4% 2013 156 20,269 1,031 21,114 1,025 4,642 0.1% 2014 223 21,704 1,090 17,077 1,259 5,580 0.3 % Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali 2014 Seperti pada data di Tabel 1. 2 jika dikaitkan dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang diiringi dengan perkembangan jumlah hotel dan villa yang ada di Bali, tidak sepertinya memberikan peluang yang sama bagi pihak pengelola akomodasi yang menggunankan strategi apa yang tepat yang nantinya dapat bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis ini dan perubahan lingkungan eksternal dan internal yang terjadi. Sesuai dengan tabel diatas bisa kita analisa bahwa perkembangan pembangunan akomodasi untuk pariwisata bertambah setiap tahunnya, yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kunjungan wistawan ke bali setiap tahunnya disini pengusaha akomodasi perhotelan harus menentukan strategi pemasaran yang tepat guna menyerap wisatawan yang berkunjung ke bali setiap tahunnya. The Sunset Bali Hotel adalah salah satu hotel yang tumbuh seiring berkembangnya bisnis akomodasi yang berada di daerah Kuta Bali. Hotel ini didirikan oleh investor dari negeri sendiri pada bulan Oktober tahun 2010 dengan harapan dapat bersaing dengan Hotel - hotel yang telah lebih dulu berdiri ataupun juga yang telah lama eksis di Bali. Lokasi yang relatif jauh dari hingar bingar kehidupan kota dan juga daerah pusat wisata yang terkenal di Bali yaitu Legian area. Jika dilihat dari sisi arsitektur bangunannya hotel ini
sangat layak disebut luxury Hotel karena dilengkapi dengan beberapa fasilitas penunjang didalamnya seperti restaurant, dan public swimming pool. Dalam perkembangan usahanya selama 4 tahun (mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2014) The Sunset Bali Hotel belum merasa puas terhadap rata rata tingkat hunian kamar pertahunnya untuk di tahun ini 2014 hanya mencapai 70% occoupancy dari target 85% untuk occoupancy tahun 2014, padahal semua penunjang telah tersedia untuk membantu menarik minat konsumen atau wisatawan untuk tinggal dan menikmati semua fasilitas yang ada di The Sunset Bali Hotel. Selama ini The Sunset Bali Hotel hanya mengandalkan pemasaran melalui internet dan pemberian jatah kamar kepada travel agent yang berada di Bali. Berikut ini dapat dilihat pada tabel 1.3, jumlah kamar, penjualan kamar dan tingkat hunian kamar di The Sunset Bali Hotel, selama 1 tahun terakhir dari tahun 2011-2014 sebagai berikut : Tabel 1. 3 Jumlah Kamar dan Penjualan Kamar Di THE SUNSET BALI HOTEL TAHUN 2011-2014 Tahun Ketersediaan Kamar Kamar Terjual Kamar Terjual ( %) Rata-rata (US$) Jumlah Tamu Pertumbuhan 2011 16.560 4.968 30 50 10045 6% 2012 16.560 6.775 45 47 13754 14% 2013 16.560 8.777 53 47 18754 27% 2014 16.560 8.689 52 45 18657 25%
Sumber : The Sunset Bali Hotel & Restaurant Berdasarkan data pada tabel 1. 3 dapat dikemukakan bahwa tingkat hunian kamar di The Sunset Bali Hotel masih belum tercapai 100 % (full occupancy), namun tingkat hunian kamar masih kecil. Dimana untuk tingkat hunian kamar tertinggi sebesar 27% pada tahun 2013 sedangkan tingkat hunian kamar terendah pada tahun 2011 hanya 6%. Belum tercapainya target yang direncanakan yang disebabkan perubahan berbagai faktor internal maupun eksternal yang dihadapi The Sunset Bali Hotel. Faktor internal yang dimaksud adalah belum optimalnya kegiatan pemasaran, sedangkan faktor eksternal yang dimaksud adalah semakin ketatnya persaingan akibat banyaknya villa dan hotel baru yang bermunculan disekitar daerah Kuta, Seminyak dan Jimbaran. Salah satu pesaing The Sunset Bali Hotel adalah Kuta Central Park Hotel dan Berry yang merupakan Hotel yang memiliki standar fasilitas hotel yang sama dan memiliki target market yang sama yaitu wisatawan domestik dan mancanegara. Kuta Central Park Hotel dan The Berry menawarkan harga yang hampir sama dengan The Sunset Bali Hotel. Adapun harga yang ditawarkan perkamarnya berisi satu kamar adalah berkisar US$ 50 untuk wisatawan yang melakukan pemesanan kamar langsung melalui website dan berkisar US$ 48 untuk agent- agent perjalanan. Sehingga diketahui bahwa hasil penjualan kamar antara The Sunset Bali Hotel dengan Kuta Central Park Hotel untuk tahun 2014 adalah sebesar Rp 8.579.299.433 untuk The Sunset Bali Hotel dan untuk Kuta Centtral Park Hotel sebesar Rp 8.575.086.085, dari hasil tersebut terlihat bahwa perbedaan hasil penjualan kamar dari kedua hotel tersebut tidaklah terlalu signifikan. Dengan demikian The Sunset Bali Hotel perlu memperhitungkan keberadaan pesaingnya, dalam hal ini Kuta Central Park Hotel sebagai pesaing utama. Dengan memperhatikan perkembangan The Sunset Bali Hotel dan keberadaan Kuta Centtral Park Hotel sebagai pesaing utama, maka pihak manajemen hotel harus
memperhitungkan strategi pemasaran apa yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan tersebut dalam situasi persaingan yang ketat. Jadi sebelum pihak manajemen melakukan pemasaran apa yang tepat bagi jalannya perusahaan dimasa yang akan datang, manajemen perlu menganalisis pemasaran Inilah yang menjadi dasar dan ketertarikan untuk mengkaji strategi pemasaran yang akan diterapkan oleh hotel dalam upaya meningkatkan tingkat hunian kamar dengan Matrix Pertumbuhan Pangsa Pasar (BCG) dan Analisis SWOT yang sesuai dengan kondisi sekarang. Dari hasil yang telah dicapai maka adapun harapan dari pemilik hotel dalam beberapa tahun ke depan agar manajemen mampu untuk meningkatkan hunian kamar dari 40% menjadi 80% atau lebih di tahun tahun berikutnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut : Bagaimana Strategi Pemasaran di The Sunset Bali Hotel Kuta- Bali untuk dapat meningkatkan hunian kamar? 1. 3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannnya penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pemasaran apa yang efektif guna meningkatkan hunian kamar di The Sunset Bali Hotel Kuta-Bali. 1. 4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Dari penelitian ini diharapkan berguna untuk lebih memahami teori-teori dalam bidang manajemen pemasaran, khususnya yang mencakup strategi pemasaran.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan guna mengambil kebijakan strategis pemasaran yang tepat dimasa yang akan datang.