MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TERPERINCI MELALUI DISKUSI PADA MATA KULIAH KIMIA FISIK I

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALOPO

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

*Keperluan korespondensi, HP: ,

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

*Keperluan korespondensi, HP: ,

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn


BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Pembelajaran Operasi Pecahan dengan Cuisenaire rods

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Fatriya Adamura FPMIPA IKIP PGRI Madiun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

Amalia Karella Pilihan, K. Anom W., Rodi Edi (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 01 PAYAKUMBUH BALAI GADANG.

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH KALKULUS LANJUT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB MELALUI PENDEKATAN PAILKEM DI SDN 29 GANTING UTARA KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

Rinendah Sihwinedar 16

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEPADATAN POPULASI MANUSIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GADINGREJO. Oleh

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 5 ISSN X. Megasasmita SDN 10 Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

Transkripsi:

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TERPERINCI MELALUI DISKUSI PADA MATA KULIAH KIMIA FISIK I Lisa Tania Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung E-mail : lisatania07@gmail.com Abstract: Pembelajaran Kimia Fisik I biasanya dilakukan dengan metode ceramah, hal ini membuat pembelajaran berpusat pada dosen (teacher centered learning) sehingga mahasiswa menjadi pasif dalam menerima materi. Seharusnya mahasiswa aktif dalam membangun konsepnya dan berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Pada materi entalpi, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir terperinci dalam menurunkan atau mengintegralkan persamaan dalam membangun konsep, yang kemudian diterapkan dalam soal. Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif mahasiswa untuk menemukan konsep dalam pembel-ajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan berpikir terperinci mahasiswa pada mata kuliah Kimia Fisik I. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kimia Fisik I pada semester ganjil TA 2013-2014 yang berjumlah 39 orang.penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang meliputi 4 siklus, tiap siklusnya terdiri dari tahapan perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan pemberian umpan balik (see). Hasilnya, terdapat peningkatan aktivitas mahasiswa dilihat dari antusias mereka dalam berdiskusi pada tiap siklusnya. Keterampilan berpikir terperinci mahasiswa juga mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Keywords: aktivitas, keterampilan berpikir terperinci, diskusi Kimia sebagai produk (pengetahuan kimia berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori ilmuwan) dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Melalui pembelajaran kimia diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi. Keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu aspek penting kecakapan hidup. Keterampilan berpikir kreatif diperlukan mahasiswa untuk memecahkan berbagai masalah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pada mata kuliah Kimia Fisik I selama ini dilakukan dengan metode ceramah, membuat mahasiswa pasif dan kurang melatihkan keterampilan berpikir kreatif. Salah satu keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir terperinci. Pada materi entalpi, mahasiswa dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir terperinci dalam menurunkan atau mengintegralkan persamaan dalam membangun konsep, yang kemudian diterapkan dalam soal. Metode diskusi merupakan salah satu metode yang melibatkan partisipasi aktif mahasiswa untuk menemukan konsep dan dengan menggunakan Lembar Kerja Mahasiswa dapat melatihkan keterampilan berpikir terperinci dalam pembelajaran. Penerapan metode diskusi kelas dinilai efektif dalam meningkatkan aktivitas mahasiswa serta mengurangi tingkat kegaduhan akibat mahasiswa bergurau sendiri dengan temannya pada saat kuliah berlangsung (Aisyah, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut maka diadakan lesson study dengan judul: Meningkatkan Aktivitas Dan Keterampilan 27

28 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume 15, Nomor 1, April 2014 Berpikir Terperinci Melalui Diskusi Pada Mata Kuliah Kimia Fisik I Tujuan dari lesson study ini adalah : 1. Meningkatkan aktivitas mahasiswa melalui diskusi pada mata kuliah Kimia Fisik I. 2. Meningkatkan keterampilan berpikir terperinci mahasiswa melalui diskusi pada mata kuliah Kimia Fisik I. Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2008). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Sagala, 2010). Mahasiswa harus mampu membangun konsepnya sendiri dan berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Paham konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai (Nur dalam Trianto, 2010). Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut: 1) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami; 2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus; 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri; 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya; 5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk menyelesaiakan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan (Soetomo, 1993). Dalam diskusi, setiap mahasiswa turut berpartisipasi secara aktif dan turut aktif pula dalam memecahkan masalah. Dengan melaksanakan metode diskusi maka suasana kelas akan menjadi semakin hidup, setiap anak diharapkan menjadi berpartisipasi secara aktif. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator yang mengatur jalannya diskusi. Dengan metode diskusi ini mahasiswa akan berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan suasana kelas menjadi lebih hidup an pembelajaran menjadi berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Mahasiswa saling tukar menukar informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi. Berpikir kritis dan kreatif dapat meningkatkan berbagai keterampilan intelektual anak. Sikap kritis dan kreatif sangat dibutuhkan untuk mencari kebenaran fakta, teori, dan konsep berdasarkan pembuktian yang logis. Selain itu, berpikir kreatif sangat diperlukan mahasiswa untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan. Keterampilan berpikir kreatif meliputi berpikir lancar, luwes, orisinil, dan terperinci. Keterampilan berpikir terperinci meliputi keterampilan dalam mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; memperinci secara detail dan memperluas suatu gagasan (Kellin, 2009).

Lisa Tania, Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan 29 METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran. Subjek penelitian ini merupakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kimia Fisik I pada semester ganjil TA 2013/2014 di Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lampung. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Pembelajaran dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok menggunakan LKM yang membangun konsep dan melatihkan keterampilan berpikir terperinci pada materi entalpi. Lesson Study ini terdiri dari 4 siklus, masing-masing siklus diawali dengan merencanakan pembelajaran (plan) dengan menyusun perangkat pembelajaran yang direview oleh tim dosen sejawat, melaksanakan pembelajaran (do) yang diobservasi oleh dosen sejawat, dan mereview atau refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan (see) dengan dosen sejawat untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Lesson Study ke-1 Kegiatan perencanaan pembelajaran (plan) diawali dengan membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus. Pembahasan dimulai dengan menentukan materi apa yang akan disampaikan, metode, dan media yang akan digunakan. Berdasarkan hasil diskusi, pada pertemuan pertama, materi yang disampaikan adalah entalpi dengan metode diskusi menggunakan Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM). LKM yang dibuat merupakan LKM yang membuat mahasiswa dapat membangun konsep dan melatihkan keterampilan berpikir terperinci mahasiswa. Setelah membuat RPP dan LKM, dosen sejawat lain memberikan masukan untuk perbaikan LKM. sejawat. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi mengenai hukum termodinamika I yang sebelumnya telah dipelajari, kemudian membagikan LKM ke kelompok mahasiswa. Mahasiswa sudah dikelompokkan sebelumnya dan diberikan waktu berdiskusi untuk mengerjakan LKM. Pada saat berdiskusi terlihat semua mahasiswa aktif untuk mengerjakan LKM dan mencari informasi dari sumber belajar berupa buku teks. Awalnya mahasiswa terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKM, hal ini mungkin disebabkan mahasiswa yang tidak terbiasa dengan berdiskusi untuk menemukan konsep. Dosen membimbing mahasiswa dalam mengerjakan dan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan. Mahasiswa mengalami kesulitan terutama dalam menurunkan atau mengintegrasikan persamaan, disinilah keterampilan berpikir terperinci dilatihkan. Setelah berdiskusi mahasiswa perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya. Mahasiswa mulanya agak canggung untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Mahasiswa yang lain memperhatikan dan memberikan komentar atau tanggapan terhadap hasil diskusi yang dipresentasikan. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan di ruang dosen Pendidikan Kimia setelah perkuliahan selesai. Refleksi dimulai dengan mendengarkan pandangan dari dosen sejawat yang menjadi observer mengenai pelaksanaan pembelajaran. Menurut pandangannya pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, semua mahasiswa aktif dalam berdiskusi. Masukan yang diberikan adalah pengelolaan waktu berdiskusi yang diberikan kepada mahasiswa. Lamanya waktu

30 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume 15, Nomor 1, April 2014 yang digunakan mahasiswa untuk mengerjakan LKM mungkin disebabkan karena belum terbiasanya mahasiswa mengerjakan LKM. Berdasarkan hal ini, untuk pertemuan berikutnya dosen model lebih memperhatikan distribusi waktu pelaksanaan pembelajaran. Lesson Study ke-2 Kegiatan perencanaan pembelajaran (plan) diawali dengan membuat RPP berdasarkan silabus. Pembahasan dimulai dengan menentukan materi apa yang akan disampaikan, metode, dan media yang akan digunakan. Penyusunan perangkat pembelajaran memperhatikan saran dari kegiatan refleksi pada siklus sebelumnya, terutama dalam perencanaan RPP yang mencakup alokasi waktu. Berdasarkan hasil diskusi, pada pertemuan kedua, materi yang disampaikan adalah termokimia dengan metode diskusi menggunakan LKM. LKM yang dibuat merupakan LKM yang membuat mahasiswa dapat membangun konsep dan melatihkan keterampilan berpikir mahasiswa terutama keterampilan berpikir terperinci. Setelah membuat RPP dan LKM, dosen sejawat lain memberikan masukan untuk perbaikan LKM. sejawat. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi mengenai entalpi kemudian membagikan LKM ke kelompok mahasiswa. Pada saat berdiskusi terlihat semua mahasiswa aktif untuk mengerjakan LKM dan mencari informasi dari sumber belajar berupa buku teks. Pada pertemuan kali ini mahasiswa sudah mulai terbiasa mengerjakan LKM. Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi bertanya kepada dosen, dan dosen menanggapi pertanyaan serta membimbing mahasiswa agar dapat mengerjakan LKM dan menemukan konsep. Setelah berdiskusi, dosen memberikan kesempatan kepada kelompok yang ingin mempresentasikan jawabannya di depan kelas.mahasiswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKM. Pada pertemuan kali ini rasa percaya diri mahasiswa sudah lebih baik, sehingga bila pada pertemuan sebelumnya kelompok yang presentasi ditunjuk oleh dosen, saat ini mahasiswa sudah berani untuk mempresentasikan. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan di ruang dosen Pendidikan Kimia setelah perkuliahan selesai. Refleksi dimulai dengan mendengarkan pandangan dari dosen sejawat yang menjadi observer mengenai pelaksanaan pembelajaran. Menurut pandangannya pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, semua mahasiswa aktif dalam berdiskusi, alokasi waktu yang diberikan juga sudah cukup. Lesson Study ke-3 Tahapan Plan pada siklus ke-3 ini dilakukan untuk merencanakan pembelajaran setelah memperhatikan hasil refleksi pada siklus yang ke-2. Kegiatan ini dilakukan bersama dosen sejawat. Dosen sejawat memberikan masukan dan saran perbaikan RPP dan perangkat yang dibuat oleh dosen. Berdasarkan hasil diskusi, materi pada pertemuan ketiga penentuan entalpi reaksi berdasarkan hukum Hess dan siklus Born-Haber. Setelah membuat RPP dan LKM, dosen sejawat lain memberikan masukan untuk perbaikan RPP dan LKM. sejawat. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi dengan menanyakan mengenai penentuan entalpi reaksi berdasarkan data entalpi pembentukan kemudian membagikan LKM ke kelompok mahasis-

Lisa Tania, Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan 31 wa. Pada saat berdiskusi terlihat semua mahasiswa aktif untuk mengerjakan LKM dan mencari informasi dari sumber belajar berupa buku teks. Pada pertemuan ini terlihat aktivitas mahasiswa semakin meningkat, kerjasama antar mahasiswa pun semakin baik. Pada pertemuan ini keterampilan berpikir terperinci mahasiswa juga dilatihkan seperti dalam membuat diagram energi yang menggambarkan tahapan reaksi berdasarkan hukum Hess dan menggambarkan siklus Born-Haber. Setelah berdiskusi, dosen memberikan kesempatan kepada kelompok yang ingin mempresentasikan jawabannya. Mahasiswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan termasuk menggambarkan diagram energi dan siklus Born-Haber. Kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapi. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan di ruang dosen Pendidikan Kimia setelah perkuliahan selesai. Observer memberikan komentar terhadap pelaksanaan pertemuan ke-3 dan saran perbaikan untuk siklus berikutnya. Menurut pandangannya pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, semua mahasiswa aktif dalam berdiskusi. Lesson Study ke-4 Kegiatan perencanaan pembelajaran (plan) diawali dengan membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus untuk pertemuan ke-4. Pembahasan dimulai dengan menentukan materi apa yang akan disampaikan, metode, dan media yang akan digunakan. Penyusunan perangkat pembelajaran memperhatikan saran dari kegiatan refleksi pada siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil diskusi, pada pertemuan keempat, materi yang disampaikan adalah penentuan entalpi reaksi berdasarkan data energi ikatan dengan metode diskusi LKM. LKM yang dibuat merupakan LKM yang membangun konsep dan melatihkan keterampilan berpikir terperinci mahasiswa. Setelah membuat RPP dan LKM, dosen sejawat lain memberikan masukan untuk perbaikan LKM. sejawat. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi mengenai penentuan entalpi reaksi pada pertemuan sebelumnya, kemudian membagikan LKM ke kelompok mahasiswa. Pada saat berdiskusi terlihat aktivitas mahasiswa semakin meningkat dibandingkan pada siklus-siklus sebelumnya. Pada pertemuan kali ini mahasiswa sudah terbiasa mengerjakan LKM dan membangun konsep. Setelah berdiskusi, dosen memberikan kesempatan kepada kelompok yang ingin mempresentasikan jawaban hasil diskusinya. Mahasiswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKM. Pada pertemuan kali ini, mahasiswa sudah percaya diri karena sudah terbiasa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, hanya saja pada saat ada perwakilan kelompok yang maju menuliskan hasil diskusinya, ada mahasiswa yang tidak memperhatikan, hal ini mungkin dikarenakan posisi tempat duduk mahasiswa yang tidak terlalu jelas ketika melihat ke papan tulis. Dosen mengingatkan mahasiswa tersebut untuk memperhatikan jawaban yang sedang ditulis teman perwakilan kelompok lain. Setelah kelompok mempresentasikan kelomok yang lain menanggapi dengan antusias. Di akhir pembelajaran, mahasiswa bersama dosen menyimpulkan pembelajaran yang dilaksanakan pada hari ini dan mengaitkan dengan materi yang sebelumnya. Kegiatan refleksi dilakukan dengan mendengarkan pandangan dari dosen sejawat yang menjadi observer mengenai pelaksanaan pembelajaran. Menurut pandangannya pembelajaran yang dilaksanakan sudah

32 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume 15, Nomor 1, April 2014 cukup baik, semua mahasiswa aktif dalam berdiskusi, namun terdapat kekurangan pada penataan tempat duduk kelompok, hal ini membuat mahasiswa yang berada di bagian belakang kurang memperhatikan saat teman yang lain mempresentasikan hasill diskusinya, namun menurut observer dosen telah mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan kembali. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pada mata kuliah Kimia Fisik I, terdapat peningkatan aktivitas mahasiswa pada tiap siklusnya, hal ini dilihat dari antusiasme mahasiswa dalam berdiskusi yang terus meningkat. Keterampilan berpikir terperinci mahasiswa juga meningkat di tiap siklusnya, karena dengan metode diskusi menggunakan LKM, mahasiswa dapat membangun konsep dan dilatihkan keterampilan berpikir terperincinya. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi, hendak-nya diperhatikan pengaturan tempat duduk mahasiswa sehingga mahasiswa akan dapat berdiskusi dengan baik dalam kelompoknya. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Usaha Nasional. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. DAFTAR RUJUKAN Aisyah. 2012. Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas Mahasiswa pada Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi. JP3 Vol 2 No.1. Kellin, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia : Social Science Press. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.