BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS RATNA NEVYDA ARDYAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge) seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo : 2003 : 127).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

PENGERTIAN MASA NIFAS

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan mengungkapkan teori dan acuan tentang konsep-konsep dan

SUKSES MENYUSUI DENGAN PIJAT OKETANI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu ( know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (compherension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompomen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. B. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara

langsung dilihat,tetapi hanya dapat ditafsirkan terlabih dahulu dari perilaku tertutup. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan. 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi darii sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang memerima tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. C. Definisi Masa Nifas (Postpartum) Masa nifas yang disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni,dkk, 2009, hal.1). Masa nifas atau masa postpartum mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira enam minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal.237). Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar payudara (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal. 237).

Adapun tahapan-tahapan masa nifas adalah: 1. Puerperium dini yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan. 2. Puerperium intermedial yakni masa kepulihan dari organ-organ genitalia kirakira 6-8 minggu. 3. Remote puerperium yakni waktu yang diperlukan untuk pulh kembali dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. D. Pengertian Bendungan ASI Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem lakteal oleh air susu (Suherni, 2009, hal. 136). Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-kadang disertai dengan kenaikan suhu badan. (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal. 700).

Pembesaran payudara adalah kondisi penuh yang berlebihan pada payudara. Payudara yang mengalami pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan kulit tegang dan mengkilat. Pada periode postpartum awal, payudara yang membesar tidak hanya penuh oleh air susu, payudara juga terdiri dari darah ekstra dan limfe yang tertarik ke payudara karena perubahan hormon yang mempresipitasi produksi air susu matur (Varney, et al. 2008, hal. 993). Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam dua sampai tiga hari. Dengan ini faktor hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak diproduksi lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi juga mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu (Sarwono Prawirohardjo. 2002, hal.700). Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atatu kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. Payudara terasa panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhu badan tidak naik. Puting susu bisa mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu juga terhalang oleh sebab duktuli menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe (Swarwono Prawirohardjo. 2002, hal.700).

E. Faktor Penyebab Bendungan ASI Lawrence (1994, dalam Linda V. Walsh, 2002, hal.390) mengatakan bahwa teori tentang etiologi keadaan ini adalah bahwa distensi alveoli menekan duktus susu, mengakibatkan obstruksi pengiriman susu dari duktus ke bayi. Obstruksi ini menimbulkan distensi lebih lanjut, dan akhirnya terjadi statis vaskular dan limfatik sekunder. Teori populer lain menyatakan bahwa peningkatan dalam sirkulasi darah dan limfe ketika susu pertama kali disintesis menyebabkan pembengkakan pada areola yang dapat mempengaruhi cakupan mulut bayi. Hal ini mengakibatkan pengosongan duktus penampung inkomplet, dengan distensi dan obstruksi lebih lanjut. Peningkatan vaskularitas dapat berlanjut ke tingkat ketika payudara keseluruhan menjadi padat dan nyeri tekan. Beberapa faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan terjadinya keadaan ini yaitu jadwal menyusui yang dibatasi, dapat juga karena terjadinya hambatan aliran susu karena tekanan eksternal seperti pemakaian BH yang tidak menyokong dan pakaian yang terlalu ketat, tekanan jari-jari ibu saat menyusui, posisi bayi yang kurang tepat seperti terlalu tinggi atau terlalu rendah pada lengan ibu. F. Pencegahan Bendungan ASI Ketidakberhasilan saat menyusui dikarenakan sumbatan saluran yang menyalurkan air susu, serta tekanan tinggi yang membuat produksi ASI semakin menurun. Oleh karena itu, hendaknya ibu memijat payudaranya sejak enam minggu sebelum melahirkan. Pijatan dimulai dari pinggir payudara menuju tengah payudara

guna mengeluarkan sel-sel yang mungkin dapat menyumbat pengeluaran ASI di masa mendatang. Ibu harus merawat puting yang kering dan lecet dengan menggunakan krim antiseptik. Sebaiknya segera setelah melahirkan, ibu dapat membantu membangun pasokan air susu dan menghindari beberapa masalah yang mungkin akan timbul di awal pertama kali menyusui dengan cara memeluk bayi sehingga mempunyai akses yang penuh ke payudara atau menyusui bayi sesegera mungkin atau membiarkan bayi menghisap payudara sesering mungkin. Sebagian besar bayi yang baru lahir umumnya siap dan berminat menyusu atau menghisap payudara selama satu jam pertama sesudah dilahirkan. Riset menunjukkan bahwa pemberian ASI yang sering dan tidak dibatasi membantu mencegah pembesaran payudara yang nyeri dan memungkinkan terbentuknya pasokan susu dalam jumlah besar. Selain itu, ibu mesti membersihkan puting dengan air hangat sebelum menyusui. Ibu tidak boleh memaksa bayi untuk menghisap ASI jika ia menolak, karena bayi akan memberontak ketika puting payudara ditempelkan pada mulutnya. Sebaiknya bayi disusui sesegera mungkin. Pada umumnya, sebelum 5 jam setelah melahirkan, ibu mesti mencoba menyusui bayinya, walaupun ASI belum keluar. Pada dua hari pertama kelahiran bayi, produksi ASI belum banyak. Oleh karena itu, ibu jangan membiarkan bayinya menghisap terlalu lama guna menghindarkan rasa sakit pada puting susu (Simkin, Penny. 2008).

G. Cara Merawat Payudara Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui yang bisa dilakukan 2 kali sejak hari kedua pascamelahirkan. Cucilah tangan sebelum memassase. Lalu tuangkan minyak ke kedua tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya: Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lalu lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu. Selanjutnya buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Gambar 2.1 Gerakan memutar Selanjutnya tangan kanan membentuk kepalan tangan dengan buku-buku jari, kemudian lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau kearah puting susu dan

merata ke seluruh payudara. Kemudian lakukan hal yang sama untuk payudara yang lain. Gambar 2.2 Mengurut dengan buku tangan Setelah itu, lanjutkan dengan sisi tangan dan lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau ke arah puting susu. Lakukan secara bergantian untuk payudara yang lain.

Gambar 2.3 Pengurutan dari pangkal payudara Cara yang lain dapat dilakukan dengan kedua tangan ke arah puting susu. Kedua ibu jari di atas payudara dan jari-jari yang lain menopang payudara. Lakukan massase dan pemijatan berulang-ulang selama 25-30 kali. dan kenyal. Terakhir lakukan gerakan memelintir puting susu sampai puting susu elastis Gambar 2.4 Gerakan memelintir Kemudian cuci payudara dengan dengan air hangat dan kompres payudara denagn handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat secara bergantian selama 5 menit. Kemudian lanjutkan dengan kompres dingin dan ulangi secara bergantian sebanyak 3 kali untuk setiap payudara.