BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. melampaui kemampuan biasanya saat bermain. Csikszentmihalyi. performance (penampilan puncak) menyimpulkan bahwa emotion

BAB II TINJAUAN TEORI A. PEAK PERFORMANCE. Privette (1983) mengatakan peak performance merupakan bentuk dasar

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mereka dan kejadian di lingkungannya (Bandura, dalam Feist & Feist, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. dunia Internasional. Nama-nama besar telah lahir seperti Ferry Soneville,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

BAB I PENDAHULUAN. diminati dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Ketegaran Mental (Mental Toughness) Oleh: Agus Supriyanto

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi individu, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

Transkripsi:

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peak Performance 1. Pengertian Peak Performance Cox, R.H (dalam Herman, 2011) mengemukakan bahwa Sport Psychology is a science in wich the principles of psychology are applied in a sport setting. Jadi, Psikologi Olahraga pada hakikatnya adalah psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan (performance) atlet tersebut. Penampilan puncak adalah kekuatan yang luar biasa ketika seorang atlet dapat mengeluarkan kemampuannya secara maksimal baik fisik maupun mental. Penampilan luar biasa, bahkan melampaui kemampuan biasanya saat bermain (Williams,1998). Komarudin (2013) Penampilan puncak adalah kemampuan yang dicapai untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian puncak dapat membangun kepercayaan diri atlet. Zinser (dalam Komarudin, 2013) berpendapat bahwa penampilan puncak adalah korelasi langsung antara tingginya tingkat kepercayaan diri dan kinerja olahraga yang sukses. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penampilan puncak (peak performance) adalah suatu kondisi optimal yang dimiliki seorang atlet saat melakukan segala bentuk kegiatan olahraga pada saat pertandingan. 10

11 2. Aspek-Aspek Peak Performance Garfied dan Bennett (dalam Williams 1998) menjelaskan bahwa ada delapan aspek peak performance. Aspek-aspek di saat atlet mengekuarkan kemampuan terbaiknya, antara lain: a. Mental rileks Mental rileks adalah individu atau atlet tidak merasa terburuburu waktu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, mereka melakukan aktivitasnya dengan tenang, efektif, tidak melampaui batas waktu, karenanya mereka merasakan waktu bergerak lebih lambat dari pada pergerakan yang mereka lakukan. b. Fisik rileks Fisik rileks adalah ketika kondisi ini atlet tidak merasakan adanya ketegangan, atau kesulitan dalam melakukan suatu gerakan tertentu. Segala aktivitas motorik dapat dilakukanya dengan mudah, refleks yang dilakukan terarah secara tepat dan akurat. c. Optimis Atlet merasa penuh percaya diri, yakin dengan apa yang dilakukanya akan membuahkan hasil sesuai dengan harapan, serta beberapa faktor lain yang mendukung seperti dukungan keluarga, atau orang terdekatnya sehingga mereka tidak merasakan adanya keraguan untuk memberi reaksi yang tepat bahkan terhadap ancaman tantangan lawan yang tangguh sekalipun.

12 d. Terpusat pada kekinian / Fokus Atlet merasakan adanya keseimbangan psikofisik, segala sesuatu bekerja secara harmonis sebagai sesuatu kesatuan yang selaras dan berlangsung secara otomatis pada saat ini. e. Berenergi tinggi Istilah yang dikenal awam adalah panas. Biasanya awam menggunakan istilah belum panas untuk meberikan penilaian terhadap atlet yang tampaknya belum siap bertanding, masih mencobacoba melakukan serangan dan lain-lain. Dalam kondisi puncak, atlet menikmati aktivitas dengan keterlibatan emosi yang tinggi. f. Kesadaran tinggi Dalam kondisi ini atlet memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang terjadi pada diri lawanya. Atlet peka terhadap perubahan posisi, sasaran, serangan, pertahanan, dan sebaliknya. Atlet menjadi peka terhadap berbagai rangsangan dan mampu mengantisipasi rangsang secara akurat. g. Terkendali Atlet seolah-olah tidak secara sengaja mengendalikan gerakangerakannya, namun segala sesuatu berlangsung seperti ada hal lain yang mengendalikan. Segala sesuatu berlangsung dengan benar. h. Terselubung Dalam kondisi ini atlet merasa seperti berada di dalam kepompong, sehingga ia mampu menutup penginderaannya dari gangguan-gangguan eksternal maupun internal.

13 Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aspekaspek peak performance yaitu, mental rileks, fisik rileks, optimis, terpusat pada kekinian/fokus, berenergi tinggi, kesadaran tinggi, terkendali, dan terselubung. 3. Karakteristik Peak Performance Ravizza (Williams, 1998) menjelaskan bahwa 80% atlet mengalami apa yang dikenal sebagai penampilan puncak melaporkan bahwa dalam kondisi mereka mengalami hal-hal sebagai berikut: a) Hilangnya rasa takut, atlet tidak merasa takut untuk gagal b) Tidak terlalu memikirkan penampilan c) Terlibat secara mendalam didalam aktivitas olahraganya d) Penyempitan dan pemusatan perhatian e) Merasakan tidak terlalu berupaya, tidak memaksakan sesuatu berjalan dengan sendirinya f) Merasakan demikian mudah untuk mengendalikan segalanya disoreientasi waktu dan tempat, seolah-olah hal lain menjadi lebih lambat, dan peluang untuk melakukan sesuatu menjadi demikian besar g) Segala sesuatunya sepertinya demikian menyatu dan terintegrasi dengan baik h) Perasaan adanya sesuatu keunikan yang berlangsung seolah-olah tanpa disadari, dan bersifat sementara.

14 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peak Performance Chon (dalam Williams, 1998) lebih diperkuat temuan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi peak performance antara lain: a. Fokus Garfield dan Bennet (dalam Williams, 1998) Atlet merasakan adanya keseimbangan psikofisik, segala sesuatu bekerja harmonis sebagai suatu kesatuan yang selaras dan berlangsung secara otomatis pada saat kini. Pemikiran seorang atlet terpusat pada suatu titik objek yang menjadi sasaranya. Ketika atlet dapat fokus dalam suatu pertandingan maka atlet akan mudah untuk mencapai penampilan puncak. b. Merasa bahwa kinerja bekerja secara otomatis dan mudah Atlet merasakan bahwa penampilan dan kemampuanya saat bertanding dapat bekerja secara otomatis dan sangat mudah dalam melakukan sesuatu sehingga atlet dapat mencapai penampilan puncak. c. Perasaan terkontrol atas emosi, pikiran, dan gairah Atlet dapat mengendalikan emosi, pikiran, dan gairah sehingga atlet dapat bermain sebaik mungkin dan mencapai performa terbaiknya. d. Merasa sangat percaya diri Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinkan kuat pada dirinya untuk berbuat

15 atau melakukan sesuatu tindakan. Seorang atlet yang memiliki rasa percaya diri yang baik percaya bahwa dirinya akan mampu menampilkan penampilan terbaiknya. e. Tidak adanya rasa takut Atlet merasakan keberanian yang sangat tinggi sehingga atlet tidak merasa takut meskipun berhadapan dengan atlet yang lebih baik dari dirinya. f. Merasa santai fisik dan mental Atlet merasakan kondisi yang santai sehingga tidak merasakan ketegangan dan kecemasan baik pada fisik dan psikologis atlet. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap peak performance, yaitu fokus, merasa bahwa kinerja bekerja secara otomatis dan mudah, perasaan terkontrol atas emosi, pikiran, dan gairah, merasa sangat percaya diri, tidak adanya rasa takut, dan merasa santai secara fisik dan mental. B. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuanya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efficacy didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan self sebagai yang dirujuk

16 (Wallatey, 2001). Memiliki keyakinan diri merupakan hal yang penting bagi seorang atlet. Seperti yang diungkapkan Bandura (dalam Friedman & Schustack, 2008), efikasi diri memiliki dampak yang penting bahkan menjadi motivator utama terhadap keberhasilan seseorang. Menurut Dale Schunk (2001), self efficacy mempengaruhi seseorang dalam memilih kegiatanya. Individu dengan self efficacy rendah mungkin menghindari hal-hal yang melibatkan banyak tugas, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan individu dengan self efficacy tinggi mempunyai keinginan besar dalam memotivasi dirinya untuk mengerjakan tugas yang dianggap menantang. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy Bandura (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy yaitu: a. Pengalaman Keberhasilan ( mastery expiriences ) Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self efficacy yang dimiliki seseorang, sedangkan kegagalan akan menurunkan self efficacy nya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor diluar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self efficacy. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan self efficacy nya.

17 b. Pengalaman Orang Lain ( vicarious experience ) Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self efficacy tersebut dapat melalui social models yang biasanya teradi pada diri seseorang untuk melakukan modeling, namun self efficacy yang didapatkan tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model. c. Persuai Sosial ( social persuation ) Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang merasa mampu melakukan suatu tugas 3. Aspek-Aspek Efikasi diri ( Self Efficacy ) Efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu dengan yang lainya, menurut Bandura (1997)efikasi diri terdiri atas beberapa aspek, meliputi: a. Tingkat kesulitan (Magnitude) Magnitude merupakan aspek yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu melakukannya dan akan menghindari perilaku serta situasi di luar batas kemampuan individu tersebut. Individu akan melaukan tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakanya dan akan tugas-tugas yang diperkirakan diluar batas kemampuan yang dimilikinya.

18 b. Kekuatan (Strengtht) Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuanya. Jadi tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah digoyahkan oleh pengalamanpengalaman yang melemahkannya, sedangkan seseorang yang miliki efikasi diri yang kuat tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang melemahkanya. c. Generalisasi (Generality) Seberapa individu memahami dan yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari melakukan sesuatu aktivitas dalam situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. Jadi individu yakin akan kemampuan dirinya dalam situasi tertentu sehingga dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya. C. Atlet 1. Pengertian Atlet Olahragawan atau atlet merupakan orang yang terlatih kekuatan, ketangkasan dan kecepatanya untuk diikutsertakan dalam pertandingan. Mereka melakukan latihan agar mendapatkan kekuatan badan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan dan kekuatan dalam mempersiapkan diri jauh-jauh sebelum pertandingan dimulai. Mereka biasanya berprestasi baik tingkat daerah, nasional maupun internasional (Hoffman, 2010).

19 D. Hubungan Self Efficacydengan Peak Performance Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuanya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efficacy didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan self sebagai yang dirujuk (Wallatey, 2001). Memiliki keyakinan diri merupakan hal yang penting bagi seorang atlet. Seperti yang diungkapkan Bandura (dalam Friedman & Schustack, 2008), efikasi diri memiliki dampak yang penting bahkan menjadi motivator utama terhadap keberhasilan seseorang. Komarudin (2013) Penampilan puncak adalah kemampuan yang dicapai untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian puncak dapat membangun kepercayaan diri atlet. Zinser (dalam Komarudin, 2013) berpendapat bahwa penampilan puncak adalah korelasi langsung antara tingginya tingkat kepercayaan diri dan kinerja olahraga yang sukses. Kaitan anatara self efficacy dengan peak performance dapat diambil kesimpulan bahwa seorang atlet self efficacy yang baik atau mempunyai kepercayaan diri yang bagus terutama pada saat pertandingan seorang atlet dituntut untuk dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dapat memberikan performa terbaiknya. E. Kerangka Berpikir Zinser (dalam Komarudin, 2013) berpendapat bahwa penampilan puncak adalah korelasi langsung antara tingginya tingkat kepercayaan diri dan kinerja olahraga yang sukses.

20 Seorang atlet dalam menghadapi pertandingan nasional maupun internasional menginginkan agar dapat tampil sebaik mungkin dengan harapan mencapai peak performance. Ketika atlet merasa penampilanya sangat baik maka seorang atlet akan menjadi termotivasi untuk memenangkan setiap pertandingan. Untuk mendapatkan informasi dari atlet sehingga atlet tidak mengetahui adanya penelitian maka peneliti terlibat juga menjadi atlet bulutangkis dan mengikuti kebiasaan berlatih yang dilakukan oleh para atlet bulutangkis, sehingga dapat menjadi bagian dalam kelompoknya. berikut: Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai Atlet Bulutangkis Di Klub Purwokerto Peak performance: 1. Mental rileks 2. Fisik rileks 3. Optimis 4. Fokus 5. Berenergi tinggi 6. Kesadaran tinggi 7. Terkendali 8. Terselubung (Williams, 1998) Efikasi Diri/Self Efficacy: 1. Tingkat kesulitan 2. Kekuatan 3. Generalisasi (Bandura, 1997) Gambar 1. Kerangka Berpikir

21 F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah Ada hubungan antara self efficacy dengan peak performance pada atlet bulutangkis di klub Purwokerto.