BAB I PENDAHULUAN. Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di

dokumen-dokumen yang mirip
WATERFRONT CITY, BANJARMASIN Sebuah Upaya Inovatif Pengembalian Citra Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

V. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

UKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

Bab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

fungsional, pendekatan kontekstual, pendekatan aspek pencitraan, pendekatan aspek teknis dan kinerja, serta pendekatan lokasi dan tapak.

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

IV. INVENTARISASI. Tabel 4 Luas, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kota Banjarmasin Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di tepian sungai dan memiliki potensi alam berupa sungai-sungai yang membelah kotanya. Menurut Subiyakto (2008) ratusan tahun lalu, Sungai Martapura dilalui oleh kapal-kapal besar yang membawa barang-barang dari luar Kalimantan. Kelotok dan jukung berperan menyusuri sungai-sungai dan masuk hingga ke pedalaman Pulau Borneo (Kalimantan) untuk melakukan jual beli hasil kebun dan hutan mulai dari lada hingga hasil bumi berupa intan yang dibawa hingga ke Eropa. Ekspedisi pada tahun 1847 oleh bangsa Belanda menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan saling tembus satu dengan lainnya menemukan kehidupan orang Banjar yang hidup di tepian sungai dan memanfaatkan sungai untuk keperluan seharihari dan terjalin intreraksi yang bersifat mutualisma dengan perahu sebagai sarana transportasi utama pada masa itu. Perahu merupakan alat transportasi utama di Kota Banjarmasin hingga tahun 1950an dan digunakan warga untuk menyusuri sungai yang menghubungkan kampung-kampung dan pasar. Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat kemudian merubah budaya warga tepian sungai dalam memanfaatkan potensi sungai. Fungsi sungai sebagai prasarana transportasi, khususnya untuk kapal angkutan manusia mulai menurun seiring dengan berkembangnya jaringan infrastruktur jalan darat yang dikenalkan kolonial. Orientasi bangunan berubah arah dari "muka" menghadap sungai menjadi "belakang", dimana pada zaman dahulu bagian "muka" tersebut memiliki akses langsung menuju sungai. Menurut Subiyakto (2013) sebagian badan sungai di Kota Banjarmasin di pusat kota ditutup dengan bangunan bahkan dijadikan lahan parkir. Pemanfaatan ruang sepanjang sempadan sungai di Kota Banjarmasin menjadi tidak terarah dengan pola perkembangan yang tidak teratur. 1

Sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Banjarmasin memasukkan konsep penataan kota berbasis sungai ke dalam RTRW, salah satunya melalui program pemantapan fungsi jaringan Sungai Martapura sebagai jalur pergerakan regional dan jalur pergerakan dalam Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin dalam upaya mengembalikan sungai nya sebagai basis penataan kota mengadakan sayembara bertaraf internasional berupa penataan waterfront city dan menjadikan bantaran sungai sebagai ruang terbuka dengan konsep riverwalk. Sampai tahun 2014, realisasi konsep tersebut berupa Taman Siring Sungai Martapura sepanjang 3 km dari 5 km yang direncanakan, dengan relokasi permukiman sekitar 30-60 KK. Relokasi perumahan pada badan sungai dilakukan melalui proses ganti rugi, penyediaan lahan khusus pada kawasan perumahan yang direncanakan dan melalui insentif dan disinsentif. Tepian Sungai Martapura direncanakan sebagai Obyek Wisata Tepian Sungai, dengan menata berbagai kegiatan wisata seperti pameran, musik dan wisata kuliner yang berbasis budaya lokal dan ramah lingkungan (sumber : RTRW Kota Banjarmasin 2010-2030). RTRW Kota Banjarmasin 2011-2032 dalam sub bab rencana perwujudan pola ruang kawasan lindung sempadan sungai dan rawa menetapkan bantaran sungai dan rawa harus bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi untuk mempertahankan ekosistem sungai dan rawa. Untuk mendukung program tersebut diatur pula penyusunan database dan sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai. Gambar 1.1 tentang landuse eksissting dalam dokumen RTRW Kota Banjarmasin 2010-2030 menunjukkan penggunaan lahan di Kota Banjarmasin yang didominasi oleh guna lahan berupa permukiman, perdagangan & jasa dan industri di sepanjang aliran Sungai Martapura. Gambar 1.1 berisi rencana pemanfaatan Kota Banjarmasin dalam dokumen RUTR Kota Banjarmasin 2001-2011 menunjukkan penggunaan lahan sepanjang Sungai Martapura sebagai kawasan perumahan, perindustrian (besar, menengah dan kecil) juga sebagian perdagangan dan jasa. 2

3 Gambar 1.1. Peta Landuse Eksisting Kota Banjarmasin Sumber : RTRW Kota Banjarmasin 2010-2030

4 Gambar 1.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Banjarmasin Sumber : RUTR Kota Banjarmasin 2001-2011

1.2. Perumusan Masalah Kota memiliki keunggulan komparatif untuk mewadahi penduduk dengan berbagai macam kegiatannya dimana di dalam proses perencanaan sebuah kota kegiatan tersebut diatur berdasarkan jenisnya melalui tata ruang, sehingga tata ruang dapat disama artikan dengan tata laku. Melville dalam Suryantoro (2002) menyebutkan bahwa kota merupakan aglomerasi penduduk dengan kegiatannya. Aglomerasi yang terjadi berupa kegiatan penduduk dalam wilayah kota dengan kemampuan kota sebagai simpul produksi dan distribusi barang serta jasa, pusat pelayanan kegiatan serta pusat komunikasi. Aglomerasi menyebabkan sebuah kota mengalami perubahan pemanfaatan ruang, secara umum dapat diklasifikasikan dari lahan belum terbangun berupa lahan kosong dan lahan pertanian yang berubah menjadi lahan terbangun berupa permukiman dan lahan dengan fungsi pemenuhan kegiatan penduduk. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Banjarmasin, yang merupakan sebuah kota yang memiliki keunggulan komparatif berupa sungai-sungai yang membelah kotanya. Banjarmasin adalah sebuah kota yang berkembang dari tepian sungai, masyarakatnya memanfaatkan sungai dalam kehidupan sehari-hari dan terjadi sebuah hubungan yang bersifat mutualisma. Banjarmasin semakin berkembang dengan pola perkembangan tidak lagi linier mengikuti jaringan sungai tetapi sudah berpindah orientasi mengikuti pola perkembangan infrastruktur jalan. Kondisi yang terjadi adalah perubahan budaya yang tidak lagi mempergunakan peran dan fungsi jaringan sungai sebagai potensi kota. Menurut Subiyakto (2013) Kota Banjarmasin yang mendapat sebutan Kota Seribu Sungai oleh ekspedisi Belanda pada abad ke-19 makin pudar pada masa sekarang, hal ini terlihat pada sebagian badan sungai di pusat kota yang ditutup dengan bangunan dan dijadikan lahan parkir pebuah pusat pertokoan. Perubahan yang lain juga terlihat penamaan kampung di Kota Banjarmasin yang selalu dinamakan dengan nama sungai seperti Kampung Sungai Jingah, Kampung Sungai Bilu, Kampung Sungai Alalak dan Kampung Saka (kanal) 5

Permai. Pada masa sekarang kampung-kampung tersebut tetap menyandang namanya tetapi sungainya sudah tidak ada. Hilangnya sungai bagi orang Banjar berarti hilangnya asal-usul mereka menurut Suriansyah dalam Subiyakto (2013). Menurut Subiyakto (2010) pertumbuhan penduduk kota yang terus meningkat menjadi salah satu sebab tidak berfungsinya kanal, seiring dengan pertumbuhan penduduk perubahan pemanfaatan ruang juga semakin meningkat. termasuk adanya peningkatan pembangunan sarana fisik kota, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas komersial dan jasa, fasilitas jalan, dan fasilitas lainnya. Penelitian perubahan pemanfaatan ruang Kota Banjarmasin dilakukan dengan menggunakan interpretasi terhadap peta citra dan peta digital tahun 2005, 2010 dan 2014 dengan tinjauan utama pada perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Peta citra satelit digunakan sebagai alat untuk melakukan identifikasi dan interpretasi terhadap pemanfaatan ruang di tepian sungai. Peta citra satelit memperlihatkan gambaran objek secara lengkap yang ada di permukaan bumi, bahkan dapat dilakukan interpretasi terhadap objek yang tidak dapat dilihat secara langsung di lapangan. Sesuai dengan tinjauan utama permasalahan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin maka dalam penelitian ini dikemukakan dua permasalahan, yakni : 1. Bagaimana pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura sejalan dengan perubahan fungsi sungai yang menurun. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura. Penataan bantaran Sungai Martapura didalam RTRW Kota Banjarmasin salah satunya disebutkan sebagai kawasan wisata dengan penggunaan lahan berupa pembangunan taman siring dan ruang terbuka, diharapkan pembangunan tersebut menjadi faktor untuk meningkatkan kembali interaksi antara manusia dengan sungai seperti dimasa lalu interaksi 6

yang bersifat mutualisma. Penggunaan lahan bantaran Sungai Martapura yang lain sebagai lahan permukiman, kegiatan industri dan perdagangan di Kota Banjarmasin masih dapat ditemui, penggunaan lahan berupa permukiman menunjukkan interaksi yang harmonis antara manusia dengan sungai, penggunaan lahan untuk kegiatan industri dan perdagangan diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi kota selain itu peran dan fungsi sungai sebagai salah satu jalur transportasi utama kota tempo dulu juga diatur didalam RTRW Kota Banjarmasin. Rencana perwujudan struktur ruang Kota Banjarmasin terkait dengan sistem transportasi menyebutkan upaya untuk mengintegrasikan transportasi sungai dengan darat yang menetapkan sistem trayek kendaraan umum/penumpang dan barang, perbaikan dan pembangunan terminal, halte dan dermaga. Pertumbuhan pembangunan sarana fisik yang pesat di Kota Banjarmasin dapat dipastikan berakibat langsung terhadap perubahan pemanfaatan ruang kota, dimana sangat diperlukan arahan dalam perencanaan melalui penelitian-penelitian sejenis, agar dapat tercapai pembangunan kota yang tertib terkait dengan pemanfaatan potensi kota dalam hal ini sungai di Kota Banjarmasin. Dari beberapa pembahasan di atas ditemukan satu inti masalah yang disusun menjadi sebuah bentuk pertanyaan penelitian (research question), yaitu : Bagaimanakah perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun 2005 sampai tahun 2014 dan apakah faktor penyebabnya? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini adalah untuk : 1. Menggambarkan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin sejak tahun 2005 sampai tahun 2014. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. 7

1.4. Lokasi Daerah Penelitian Lokasi yang diambil sebagai objek penelitian adalah kawasan sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin yang meliputi 5 (lima) kecamatan dengan dasar pertimbangan : (i) tersedianya data berupa peta citra satelit dan peta digital serta data sekunder lainnya untuk identifikasi keruangan pada lokasi penelitian, (ii) lokasi penelitian terletak di Kota Banjarmasin sebagai Ibu Kota Propinsi yang menjadi pusat pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya, serta aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang berakibat pada penggunaan lahan kota menjadi bervariasi sesuai dengan kebutuhan penduduk, (iii) lokasi penelitian dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk dikembangkan dan ditata ulang melalui program revitalisasi. Kota Banjarmasin memiliki luas 98,46 km² yang terdiri atas 5 Kecamatan, Yaitu Kecamatan Banjarmasin Selatan seluas 38,27 km² (38,87%), Banjarmasin Timur seluas 23,86 km² (24,23%), Banjarmasin Barat seluas 13,13 km² (13,34%), Banjarmasin Tengah seluas 6,66 km² (6,76%) dan Banjarmasin Utara seluas 16,54 km² (16,80%) dengan total jumlah kelurahan sebanyak 52 Kelurahan yang terbagi menjadi 118 Rukun Warga dan 1.552 Rukun Tetangga pada tahun 2011. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini diharapkan mempunyai manfaat secara ilmiah maupun terapan. Manfaat ilmiah dari penelitian ini berupa pengembangan pembahasan tentang perubahan pemanfaatan ruang di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, dengan fokus utama pembahasan tentang perubahan luas dan jenis penggunaan lahan serta faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Upaya identifikasi perubahan pemanfaatan ruang dan faktor yang 8

mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang, baik berupa faktor yang dapat diinterpretasi dari peta citra satelit dan peta digital atau dari luar peta citra satelit dan peta digital diharapkan dapat dilakukan langkah antisipasi terhadap pengaturan tata guna lahan di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, mengingat sungai merupakan keunggulan komparatif kota. Sedangkan manfaat terapan yang dapat diambil terhadap hasil penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin serta faktor yang mempengaruhinya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan agar didapatkan hasil optimal. Kajian terhadap perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin yang mendasarkan informasi dan interpretasi dari peta citra satelit multi waktu diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan kota bagi upaya-upaya serupa di masa yang akan datang. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah mengenai pola perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura dan pemanfaatan ruang yang tidak konsisten agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi rencana tata ruang agar dapat menjadi lebih relevan terhadap kondisi yang ada sekarang. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang perkotaan memang telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bastoni (1998) dengan studi kasus Kota Atas Semarang. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1980 sampai tahun 1996. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan dan perluasan wilayah kota terhadap pemanfaatan lahan serta mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh faktor fisikal kota terhadap pergeseran tata guna lahan di sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pergeseran penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh 9

faktor jaringan transportasi, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah fasilitas umum yang nmenjadi pusat kegiatan serta faktor kemiringan lereng atau kondisi bentang lahan wilayah penelitian. Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Koesalireni (1999) dengan mengambil kasus pada kawasan hutan mangrove Teluk Benoa Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1983 sampai tahun 1997. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan Teluk Benoa, kemudian melakukan pengamatan dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang di sana. Tujuan selanjutnya dari penelitian ini adalah untuk mengakji dampak yang muncul setelahnya. Penelitian ini menggunaka metode deskriptif kualitatif dengan teknik eksploratif dalam proses pengumpulan data primer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang terjadi dengan intensitas yang terus meningkat dan berdampak terhadap kebutuhan sarana dan prasarana. Penelitian tentang perubahan penggunaan selanjutnya dilakukan oleh Genep (2001) yang bertujuan untuk mengidentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan pantai di kawasan pariwisata Lovina, Buleleng, Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1991 sampai tahun 2000. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bersifat eksploratif dengan metode pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara dan pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diatas menunjukkan perubahan guna lahan yang terjadi pada kawasan pariwisata Lovina dipengaruhi faktor-faktor antara lain kurang efektifnya peran pemerintah dan lemahnya penegakan hukum, kurangnya pemberdayaan masyarakat khususnya lembaga adat, minimnya pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan serta keterlibatan pelaku ekonomi seperti pengusaha. 10

Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bijuri (2005) dengan mengambil lokasi penelitian di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada sepanjang jalan arteri yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1992 sampai tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali faktor-faktor penyebab tingginya perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun (non-built up area) menjadi lahan terbangun (built up area) pada kiri dan kanan jalan arteri yang menghubungkan dua kota tersebut di atas. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang tergolong cepat dilihat dari Skala Likerts dengan pola memanjang, perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor daya tarik jaringan jalan, aksesibilitas, dan posisi pusat kegiatan atau dengan kata lain prospek bisnis. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian perubahan pemanfaatan ruang kota dengan fokus sepanjang kawasan Sungai Martapura Kota Banjarmasin dengan menggunakan bantuan interpretasi peta citra satelit dan peta digital multi waktu untuk mengidentifikasi perubahan jenis penggunaan lahan di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014, serta menganalisis dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian sungai masih belum pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada beberapa unsur utama penelitian, yaitu : (i) lokasi penelitian, (ii) tahun penelitian, (iii) tahun data yang diambil sebagai waktu perekaman, (iv) analisis data, dan (v) kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang diajukan. 11

1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Lebih jelasnya susunan sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian yang dimulai dari sejarah dan perkembangan perencanaan tata guna lahan, pengelolaan sungai, tinjauan historis Kota Banjarmasin, perumusan masalah, lokasi wilayah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka, bab ini membahas berbagai tinjauan teoritis dari beberapa literatur tentang penggunaan lahan dan tentang sungai yang akan digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan analisis terhadap perubahan guna lahan di tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Bab III. Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan, penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan data penelitian, dan metode analisis data. Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah dan gambaran khusus lokasi penelitian. Bab V. Hasil Temuan di Lapangan, bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan yang diperoleh melalui pengumpulan data dan hasil analisis data. Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisi tentang kesimpulan hasil analisis penelitian yang digunakan dan rekomendasi sebagai respon terhadap kesimpulan yang diperoleh. 12