BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Dernberg & Mc Dougall (1981), apabila suatu perekonomian berusaha mencapai perkembangan yang lebih cepat daripada tingkat perkembangan yang diperlukan, pasti perekonomian yang bersangkutan akan mengalami inflasi. Inflasi dapat timbul apabila pemerintah berusaha menyerap sumber-sumber yang lebih besar daripada yang dibebaskan oleh faktor swasta pada tingkat harga yang sedang berlaku; apabila berbagai golongan dalam perekonomian itu berusaha memperoleh pertambahan bagian pendapatan relatif yang lebih besar daripada kenaikan produktivitas mereka; apabila pengharapan (expectation) yang meluap-luap menyebabkan permintaan barang-barang dan jasa naik lebih cepat daripada pertambahan output yang mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan; atau dapat juga disebabkan oleh salingpengaruh antara beberapa atau semua faktor tersebut diatas. Samuelson & Nordhaus (2004) berpendapat bahwa inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Inflasi merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu periode tertentu. 1
Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Sedangkan menurut Bank Indonesia (2017), secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Menurut Utari, Cristina & Pambudi (2016), inflasi yang rendah dan stabil merupakan indikasi perekonomian nasional yang dikelola dengan baik. Bagi masyarakat umum, inflasi berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup karena memengaruhi daya beli; dan bagi dunia usaha, laju inflasi merupakan faktor yang penting dalam membuat berbagai keputusan. Dampak dari inflasi yang tidak stabil dan tinggi dapat menyebabkan: 1) Penurunan daya beli masyarakat Inflasi yang tinggi akan mengurangi daya beli masyarakat oleh karena nilai uang yang semakin rendah. Dampak penurunan nilai mata uang sebagai akibat inflasi tidak sama terhadap seluruh masyarakat. Apabila hal ini dibiarkan dapat menimbulkan masalah sosial, seperti meningkatnya aksi buruh untuk kenaikan upah dan meningkatnya kemiskinan. 2
2) Kondisi ketidakpastian Masyarakat akan kesulitan untuk menentukan alokasi dananya. Masyarakat cenderung menyimpan dananya dalam bentuk aset fisik dibandingkan tabungan di bank. Oleh karenanya, inflasi mengurangi insentif untuk menabung. Bagi dunia usaha, inflasi yang tinggi akan mengurangi insentif untuk investasi, karena ketidakpastian akan profit dan biaya di masa depan. Kondisi ketidakpastian ini dalam jangka panjang akan menghambat pertumbuhan ekonomi. 3) Berkurangnya daya saing produk nasional Inflasi yang tinggi membuat biaya produksi juga tinggi sehingga barang produksi nasional menjadi tidak kompetitif, baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun diekspor. Hal ini akan mendorong peningkatan impor yang akan berpengaruh terhadap performa neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Menurut Suseno &Astiyah (2016), di negara-negara maju, tingkat inflasi yang rendah dan dianggap wajar pada umumnya berkisar antara 2% sampai 3%. Di Indonesia angka inflasi single digit, yang artinya kurang dari 10% masih dianggap wajar. Namun terlepas dari berapa angka inflasi yang dianggap cukup rendah, dampak inflasi adalah harus dapat dikendalikan. Untuk mengendalikan laju inflasi dengan lebih efektif, diperlukan koordinasi kebijakan fiskal, moneter, maupun kebijakan lainnya dengan sebaik-baiknya. 3
Menurut Warjiyo dan Solikin (2016), Inflation Targeting merupakan suatu kerangka kerja kebijakan moneter yang mempunyai ciri-ciri utama yaitu adanya pernyataan resmi dari bank sentral bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah, serta pengumuman target inflasi kepada publik. Menurut Bank Indonesia (2017), Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Setiap tahun Bank Indonesia juga mengeluarkan penetapan target atau sasaran inflasi yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil. Pada tanggal 19 Agustus 2016 secara resmi Bank Indonesia menggunakan kebijakan suku bunga acuan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate. Menurut Bank Indonesia (2017), diharapkan dengan diterapkan suku bunga acuan 7-Day Repo Rate akan dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil. Salah satu kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah BI rate yang telah digantikan oleh 7-Day Repo Rate dimana kedua kebijakan 4
bertujuan untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali. Dari sini maka penulis ingin menganalisis seberapa kuat korelasi yang terjadi antara BI Rate atau 7- Day Repo Rate dengan Inflasi. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalahnya adalah menentukan seberapa kuat korelasi yang terjadi antara BI rate dengan Inflasi. Serta ingin menganalisis seberapa kuat korelasi yang terjadi antara Inflasi dengan BI Rate pada time lag 1 bulan dan 3 bulan. Oleh karena itu hasilnya dapat mencerminkan apakah BI rate yang diberlakukan berhubungan oleh inflasi yang terjadi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang muncul dari masalah diatas adalah: 1) Apakah ada korelasi yang kuat antara BI rate dengan Inflasi? 2) Seberapa kuat korelasi yang terjadi antara Inflasi dengan BI Rate dengan time lag 1 bulan dan 3 bulan? 1.4 Tujuan Penelitian Dengan merujuk kepada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan korelasi yang terjadi antara BI rate dan Inflasi untuk periode yang sama 5
2) Menganalisis korelasi antara inflasi dengan BI rate dengan time lag 1 bulan dan 3 bulan 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diterima dari analisis korelasi antara BI rate dengan inflasi adalah sebagai berikut: 1) Untuk sisi akademis, dapat menambah pengetahuan serta pemahaman tentang korelasi antara BI rate dengan inflasi maupun sebaliknya. 2) Untuk sisi perbankan, memberikan sumbangan kepada pihak perbankan agar dapat memprediksi BI Rate berdasarkan inflasi yang terjadi dan dapat digunakan untuk meramalkan suku bunga bank. 3) Untuk sisi pembuat kebijakan, semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah dan Bank Indonesia dalam proses merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang dinamis. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu luas, maka batasan yang ditentukan adalah: 1) Data BI rate yang digunakan hanya pada periode 2014 2016. 2) Data Inflasi yang digunakan hanya pada periode 2013 2016. 6
3) Analisis korelasi antara BI rate terhadap Inflasi dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan pendekatan analisis korelasi atau asosiasi. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan thesis ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Penjelasan terkait masing masing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini membahas terkait latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian. Bab II Landasan Teori Pada bab ini membahas terkait teori teori serta tinjauan pustaka yang berhubungan dengan suku bunga BI, inflasi, perbankan, serta instrumen kebijakan moneter. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini membahas terkait desain penelitian, metode, jenis dan pendekatan penelitian, sumber dan pengumpulan data, sampel, dan populasi, spesifikasi model, hipotesa yang akan diuji, metode analisis data yang digunakan dan alur penelitian yang dilakukan. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini membahas analisa terkait hasil penelitian yang telah dilakukan pada Bab III. 7
Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini membahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran yang dapat diberikan. Keterbatasan penelitian juga dijelaskan dalam bab ini. 8