BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan transportasi terus meningkat dari hari ke hari. Peningkatan kebutuhan transportasi disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas seharihari yang semakin beragam. Oleh karena itu harus diiringi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang seimbang (Lewaherilla, 2014). Prasarana transportasi yang dikembangkan di Indonesia selama beberapa dekade terakhir terfokus pada pembangunan jaringan jalan raya tanpa mempertegas aturan dan sanksi terhadap pelanggaran. Hal tersebut menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat sehingga kemacetan semakin parah. Perkembangan prasarana transportasi kereta api yang dilakukan pemerintah dinilai cukup rendah sementara moda transportasi kereta api cukup menjanjikan karena relatif murah, dapat mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah besar, serta terhindar dari kemacetan (Maulana, 2006). Beberapa tahun terakhir pemerintah pusat melalui Kementrian Perhubungan sudah mulai mengembangkan moda transportasi kereta api di seluruh Indonesia sebagai alternatif lain pengganti moda transportai jalan raya. Salah satu yang menjadi prioritas adalah pembangunan jalan rel trans-sumatera yang akan menghubungkan provinsi Sumatera Utara sampai Lampung dengan panjang ± 1400 km (Advertorial Pemprov Riau, 2015). Jalur Kereta Api Pekanbaru-Muaro mempunyai panjang ± 200 km dan merupakan salah satu rangkaian jalan rel trans Sumatera yang akan melintasi Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Berdasarkan data topografi, trase rencana jalur Kereta Api Pekanbaru-Muaro melewati banyak daerah lembah. Kondisi ini mengakibatkan perlunya timbunan tanah untuk mencapai elevasi rencana trase jalur kereta api. Sta. 37+800 sampai sta. 38+800 merupakan salah satu lembah yang dilintasi trase jalur Kereta Api Pekanbaru-Muaro. Pada stationing tersebut kedalaman lembah 1
2 bervariasi sehingga timbunan tanah juga bervariasi. Analisis stabilitas lereng timbunan harus dilakukan untuk memastikan bahwa timbunan yang bervariasi tersebut aman terhadap longsor. Semakin tinggi timbunan maka volume tanah yang dibutuhkan semakin besar sehingga menyebabkan beban yang harus didukung juga semakin besar dan pada kondisi kritis dapat mengakibatkan longsor. Banyak upaya yang digunakan untuk mengurangi risiko longsor salah satunya adalah dengan perkuatan geosintetik pada lereng untuk menambah kestabilan lereng. Hal yang harus diperhatikan adalah semakin tinggi timbunan maka bahan geosintetik yang digunakanan semakin banyak, biaya konstruksi yang harus dikeluarkan juga semakin tinggi dan pekerjaan akan semakin sulit dilakukan. Pada tinggi tertentu timbunan dinilai sangat mahal dan memerlukan alternatif lain yang lebih ekonomis, workable dan kuat dalam menahan beban statis dan dinamis. Alternatif lain yang dinilai dapat menggantikan timbunan adalah jembatan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bermaksud untuk melakukan penentuan tinggi optimum timbunan dan jembatan kereta api ditinjau dari sisi geoteknik dan biaya konstruksi. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, terdapat satu permasalahan utama yang harus diselesaikan pada tugas akhir ini yaitu bagaimana cara menentukan pemilihan timbunan dan jembatan yang optimal dari segi geoteknik dan biaya konstruksi. Tujuan Penelitian Penelitan ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya: a. Melakukan analisis stabilitas lereng timbunan dan penurunan tanah pada kondisi dengan dan tanpa perkuatan dalam menahan beban statis dan dinamis. b. Melakukan perancangan tipikal jembatan kereta api. c. Melakukan estimasi dan perbandingan biaya konstruksi timbunan dan tipikal jembatan kereta api.
3 d. Melakukan penentuan tinggi optimum timbunan dan jembatan kereta api berdasarkan tinjauan geoteknik dan biaya konstruksi. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari pekerjaan Jalan Kereta Api Muaro-Pekanbaru. b. Data tanah yang digunakan berupa data sondir di sta. 38+500 dengan asumsi nilai yang sama sepanjang sta. 37+800 sampai dengan sta. 38+800. c. Parameter kuat geser tanah dengan kriteria Mohr-Coloumb. d. Analisis numeris stabilitas lereng timbunan merupakan analisis 2 dimensi dengan menggunakan software Slope/W. e. Analisis beban dinamik timbunan dilakukan dengan metode pseudostatik. f. Elevasi muka air tanah untuk analisis stabilitas lereng timbunan diasumsikan sama dengan elevasi tanah asli. g. Perancangan jembatan kereta api hanya dilakukan untuk struktur bawah sementara struktur atas langsung menggunakan tipe jembatan yang sudah dirancang pada pekerjaan Jalan Kereta Api Muaro-Pekanbaru. h. Standar biaya yang digunakan dalam perhitungan rencana anggaran biaya adalah berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 78 Tahun 2014 tentang standar biaya di lingkungan Kementrian Perhubungan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui tinggi timbunan maksimum yang masih aman terhadap penurunan tanah dasar dan longsor. b. Memberikan alternatif penangan lereng timbunan terhadap longsor. c. Memberikan penanganan jembatan sebagai pengganti timbunan tinggi. d. Mengetahui tinggi timbunan optimum yang masih aman dan ekonomis dibandingkan dengan penggunaan jembatan. e. Memberikan referensi dan pertimbangan dalam memilih penggunaan timbunan atau jembatan sebagai alternatif pada daerah lembah.
4 Keaslian Penelitian Berikut penelitian-penelitian terdahulu tentang kestabilan lereng timbunan dan perancangan jembatan: a. Handiman (2005) melakukan analisis dan simulasi numeris kelongsoran pada (embankment) jalur Kereta Api Ciganea-Sukatani km 113+300. Hasil yang diperoleh berupa faktor aman lereng timbunan pada saat muka air rendah dan tinggi dan pengaruh perbaikan sistem drainase dan perkuatan lereng timbunan menggunakan tiang rel beserta gabion terhadap faktor aman. b. Ismanti (2012) melakukan analisis perilaku timbunan dengan perkuatan geosintetik menggunakan software Plaxis pada ruas Jalan Tol Semarang-Solo Tahap I di Ruas Semarang-Bawen Seksi I: Tembalang-Gedawang. Hasil yang diperoleh berupa kapasitas dukung tanah dan faktor aman lereng timbunan. c. Susanto (2015) melakukan analisis distribusi beban kereta api pada konstruksi timbunan jalur kereta api pada km 410+900 dan km 472+800 Kroya-Kutoarjo. Hasil yang diperoleh berupa distribusi beban kereta api pada bantalan sampai tanah dasar dan faktor aman lereng timbunan. d. Kasim dkk. (2013) melakukan simulasi tinggi timbunan yang aman di atas tanah lunak dengan menggunakan software Plaxis 2D. Hasil yang diperoleh berupa tinggi kritis timbunan yang memenuhi syarat penurunan dan juga pengaruh penggunaan geotekstil berlapis terhadap penurunan. e. Wulandari dan Tjandra (2015) melakukan penelitian tentang analisis perkuatan geotekstil pada jalan menggunakan Plaxis 2D. Hasil yang diperoleh berupa pengaruh kuat tarik geotekstil pada tanah dasar terhadap faktor aman dan penurunan tanah yang terjadi. f. Fauziah (2010) melakukan studi alternatif desain geoteknik pada timbunan jalan rel ruas Sidoarjo-Bangil sta 38+750-sta 42+000. Hasil yang diperoleh berupa desain perkuatan geotekstil berlapis, micropile dan stone column. Selain itu hasil yang diperoleh berupa metode pelaksanaan dan biaya konstruksi desain perkuatan yang paling ekonomis.
5 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada kasus yang ditinjau, alternatif perkuatan yang diajukan, saran alternatif lain pengganti timbunan tinggi yaitu jembatan, dan optimasi timbunan dan jembatan berdasarkan analisis biaya konstruksi.