PROPOSAL PENELITIAN ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG ADA HUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIPO PALU, TAHUN 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

APLIKASI PENGINGAT IMUNISASI BAYI BERBASIS SMS GATEWAY

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BUKU PANDUAN PROSEDUR VAKSINASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

Transkripsi:

i PROPOSAL PENELITIAN ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG ADA HUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIPO PALU, TAHUN 2018 TEMA: KEDOKTERAN KLINIK Imelda Pakaya Register: 14 777 024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAT PALU 2018

ii

iii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul i Halaman Persetujuan ii Daftar Isi iii Daftar Tabel vi Daftar Gambar vii Daftar Singkatan viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Pertanyaan Penelitian 3 D. Hipotesis Penelitian 3 E. Tujuan Penelitian 4 1. Tujuan Umum 4 2. Tujuan Khusus 4 F. Manfaat Penelitian 4 1. Manfaat Pengembangan Ilmu 4 2. Manfaat Aplikasi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Judul : Analisa Faktor-faktor yang Ada Hubungan dengan Cakupan Imunisasi pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tipo Palu, Tahun 2018. A. Landasan Teori 6 1 Imunisasi 6 a. Definisi Imunisasi 6 b. Klasifikasi Imunisasi 1) Imunisasi Aktif 2) Imunisasi Pasif 6 6 6

iv c. Jenis-jenis vaksin 1) live attenuated vaccine 2) inactive vaccine/killed vaccine 7 7 7 d. Tujuan imunisasi 8 e. Manfaat imunisasi 8 f. Tempat mendapatkan imunisasi 8 2 Program imunisasi 8 a. Definisi program imunisasi 8 b. Program imunisasi di Indonesia 9 c. Epidemiologi cakupan imunisasi 9 d. Jenis-jenis imunisasi wajib 12 e. Jenis-jenis imunisasi yang dianjurkan 14 3 Faktor-faktor yang ada hubungan dengan cakupan imunisasi 16 a. Tingkat pendidikan ibu 16 b. Tingkat pengetahuan ibu 17 c. Status ekonomi 20 d. Jumlah anak 20 e. Dukungan keluarga 20 f. Ketersediaan sarana dan prasarana 21 g. Penyimpanan dan transportasi vaksin 21 h. Keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan 21 i. Petugas kesehatan/petugas imunisasi 21 j. Peran serta masyarakat 22 k. Motivasi 22 4 Jadwal Pemberian Imunisasi 23 B. Kerangka Teori 24 C. Kerangka Konsep 25 D. Definisi Operasional 26

v DAFTAR PUSTAKA 28 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 31 B. Waktu dan Tempat Penelitian 32 C. Populasi dan Subyek Penelitian 32 1. Populasi Penelitian 32 2. Subyek Penelitian 32 D. Kriteria Penelitian 32 1. Kriteria Inklusi 32 2. Kriteria Ekslusi 32 E. Besar Sampel 33 F. Cara Pengambilan Sampel 34 G. Alur Penelitian 34 H. Prosedur Penelitian 35 I. Pengolahan data dan analisis data 35 J. Aspek Etika 38 BAB IV. LAMPIRAN A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 39 B. Lampiran 2. Informed Consent 40 a. Naskah Penjelasan untuk Subyek 40 b. Formulir Persetujuan Penelitian 42 C. Lampiran 3. Daftar Tim dan Biodata Peneliti 44 D. Lampiran 4. Formulir-formulir 47 1. Formulir Kuesioner 47 2. Formulir Checklist Tingkat Pengetahuan Ibu 48 E. Lampiran 5. Daftar Alat 50 F. Lampiran 6. Rincian Anggaran 51

vi DAFTAR TABEL No. 1. Tabel 1. Hubungan pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi 2. Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu dengan cakupan imunisasi 3. Tabel 3. Hubungan status ekonomi dengan cakupan imunisasi 4. Tabel 4. Hubungan jumlah anak dengan cakupan imunisasi 5. Tabel 5. Hubungan dukungan keluarga dengan cakupan imunisasi Halaman 36 36 37 37 37

vii DAFTAR GAMBAR Nomor Daftar Gambar Halaman 1. Persentase Cakupan Imunisasi dasar lengkap 10 2. Cakupan Imunisasi Puskesmas Tipo 11 3. Jadwal Pemberian Imunisasi 23 4. Kerangka Teori 24 5. Kerangka Konsep 25 6. Design Penelitian 31 7 Alur Penelitian 34

viii DAFTAR SINGKATAN Singkatan IDAI Kemenkes PPI-Depkes USAID NIAID WHO BCG TB DPT HB Hib MMR HIV ASI PCV Renstra IPD Posyandu BKIA SD SMP MTs SMA SMK PT Kepanjangan Ikatan Dokter Anak Indonesia Kementrian Kesehatan Program Pengembangan Imunisasi Departemen Kesehatan United States Agency for International Development National Institute of Allergy and Infectious Diseases World Health Organization Bacillus Calmatte Guerin Tuberkulosis Difteri, Pertusis, Tetanus Hepatitis B Haemophilus Influenzae Type b Measles, Mumps, Rubela Human Immunodeficiency Virus Air Susu Ibu Pneumococcal Conjugate Vaccine Rencana Strategi Invasive Pneumococcal Disease Pos Pelayanan Terpadu Balai Kesehatan Ibu dan Anak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Madrasah tsanawiyah Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Perguruan Tinggi

ix UMR BKKBN Upah Minimun Regional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Ranuh et al, 2011; IDAI, 2014; Saputra L, 2014; Kaplan, 2016). Program imunisasi adalah salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit tertentu yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak (Depkes, 2015). Program pengembangan imunisasi pada anak sudah berjalan sejak tahun 1974 untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti BCG (Bacille calmette-guerin), polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), hepatitis B dan campak (Thaib et al, 2013; Riskesdes, 2013). Di dunia terjadi kematian 2 hingga 3 juta anak dan bayi akibat penyakit difteri, pertusis dan campak. Diperkirakan 21,8 juta bayi di dunia tidak mendapatkan imunisasi secara rutin terutama di daerah terpencil. Imunisasi lebih fokus diberikan pada anak dan balita karena sistem kekebalan mereka belum sebaik dengan sistem kekebalan orang dewasa, sehingga rentan terhadap penyakit yang berbahaya. Imunisasi tidak hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara lengkap dan bertahap terhadap berbagai penyakit yang membahayakan kesehatan anak (Widyaiswara, 2015; WHO 2015).

2 Di Indonesia, masih banyak orang tua yang ragu atau takut memberikan imunisasi pada anak atau bayinya. Hal ini merupakan salah satu penghambat yang menyulitkan dokter untuk memberikan imunisasi pada anak atau bayi. Imunisasi adalah cara yang paling tepat untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya seperti kecacatan dan kematian terutama pada bayi yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Dengan imunisasi anak mendapatkan perlindungan sekitar 80-95% hal ini lebih efektif jika imunisasi sudah diberikan pada anak atau bayi (IDAI, 2014; Groom et al, 2014) Indonesia memiliki angka cakupan imunisasi dasar yang cukup baik. Namun beberapa daerah masih rendah akan cakupan imunisasi. Imunisasi sangat penting untuk diketahui sebagai salah satu usaha meningkatkan angka cakupan imunisasi. Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan imunitas dan sebagai cara terbaik mencegah penyakit, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu/toksin (American Academy of Pediatrics, 2013; Baratawidjaja, 2014.). B. Rumusan Masalah Imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Indonesia memiliki angka cakupan imunisasi dasar yang cukup baik. Namun beberapa daerah masih rendah akan cakupan imunisasi terutama daerah terpencil. Data dari Puskesmas Tipo menunjukkan terdapat beberapa imunisasi yang belum mencapai target. Balita yang tidak mendapatkan imunisasi akan mudah terkena suatu penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang ada hubungan dengan cakupan imunisasi, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan angka cakupan imunisasi.

3 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Faktor-faktor Apakah yang ada Hubungan dengan Cakupan Imunisasi pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tipo Tahun 2018? C. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo tahun 2018? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo tahun 2018? 3. Apakah ada hubungan antara status ekonomi dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo tahun 2018? 4. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Tipo tahun 2018? 5. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo tahun 2018? D. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi 2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan imunisasi 3. Ada hubungan antara status ekonomi dengan cakupan imunisasi 4. Ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan cakupan imunisasi

4 5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan cakupan imunisasi E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang ada hubungannya dengan cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi pada anak balita b) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan imunisasi pada anak balita c) Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan cakupan imunisasi pada anak balita d) Untuk mengetahui hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan cakupan imunisasi pada anak balita e) Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan cakupan imunisasi pada anak balita F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat pengembangan ilmu Untuk menambah wawasan keilmuan bagi peneliti serta pengalaman dalam meneliti dan digunakan sebagai bahan bacaan dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian serta digunakan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan di Institusi pendidikan kesehatan.

5 2. Manfaat Aplikasi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan program imunisasi untuk meningkatkan angka cakupan imunisasi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo dan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya cakupan imunisasi pada anak.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Imunisasi a. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Ranuh et al, 2011; IDAI, 2014; Saputra L; 2014; Kaplan, 2016). b. Klasifikasi imunisasi 1) Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan dengan menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat antibodi dan bertahan selama bertahun-tahun. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman yang sudah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Pemberian imunisasi aktif diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila terjadi infeksi maka tubuh dapat merespon (Proverawati A, 2010; Mulyanti Y, 2013). 2) Imunisasi pasif Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat terjadi bila seseorang menerima antibodi dari orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif.

7 Imunisasi ini tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh (USAID, 2003; Ranuh et al, 2011; Baratawidjaja, 2014). c. Jenis-jenis vaksin Vaksin dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1) Vaksin hidup (live attenuated vaccine) Vaksin yang terdiri atas mikroorganisme (bakteri atau virus) yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga lemah, masih antigenik tetapi tidak patogenik. Vaksin ini dapat memberikan kekebalan dengan satu atau dua dosis. Tetapi kemungkinan vaksin ini bisa kembali ke bentuk virulen yang dapat meyebabkan penyakit. Contoh vaksin dari virus hidup adalah vaksin polio oral, campak, gondongan, rubella, rotavirus, dan demam kuning. Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah vaksin BCG dan tifoid oral (NIAID, 2008; Saputra L, 2014). 2) Vaksin mati (inactive vaccine/killed vaccine) Vaksin yang dihasilkan dengan membiakkan bakteri atau virus, kemudian membuatnya tidak aktif. Bakteri atau virus dalam vaksin ini tidak patogen dan tidak dapat berkembang biak dalam tubuh. Vaksin ini membutuhkan dosis ganda atau dosis tambahan untuk mempertahankan kekebalan, dosis awal hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respon imun protektif timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Contoh vaksin dari virus yang tidak aktif adalah vaksin influenza, polio, rabies, dan hepatitis A. Contoh vaksin yan diperoleh dari bakteri yang tidak aktif adalah vaksin pertusis, kolera, tifoid, dan lepra (NIAID, 2008; Suyitno H, 2011; IDAI, 2014; Saputra L, 2014).

8 d. Tujuan imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan dan mencegah terjadinya penyakit tertentu, menghilangkan penyakit tertentu serta menurunkan angka penderita (Australian Academy of Science, 2012; Saputra L, 2014). e. Manfaat imunisasi 1) Untuk anak: mencegah penderitaan penyakit yang dapat menyebabkan cacat atau kematian (Proverawati, 2010; IDAI, 2014; Saputra L, 2014). 2) Untuk keluarga: dapat menghilangkan kecemasan orang tua apabila anak sakit dan orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman (Proverawati, 2010; IDAI, 2014). 3) Untuk masyarakat: dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mengurangi angka kematian (Proverawati, 2010; IDAI, 2014; Saputra L, 2014). f. Tempat mendapatkan Immunisasi 1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 2) Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah 3) Praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta (Proverawati, 2010; IDAI 2014). 2. Program imunisasi a. Definisi program imunisasi Program imunisasi adalah salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit tertentu yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak (Depkes, 2015).

9 b. Program imunisasi di Indonesia Di Indonesia terdapat program imunisasi yang di susun oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan Program Pengembangan Imunisasi (PPI-Depkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyusun satgas Imunisasi PP IDAI. Kelompok vaksin yang diwajibkan disubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, baik dari harga maupun ketersediaannya, vaksin-vaksin tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat luas melalui puskesmas dan posyandu. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Sedangkan, kelompok yang kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini, meskipun penting, belum diwajibkan karena biayanya masih cukup mahal (Ismael S, 2011; Depkes 2015). c. Epidemiologi cakupan imunisasi 1) Cakupan imunisasi dasar lengkap menurut provinsi Program imunisasi pada balita mengharapkan agar setiap balita mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang balita dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%. Angka tersebut belum mencapai target Renstra pada tahun 2015 yang sebesar 91%. Sedangkan menurut provinsi, terdapat sepuluh provinsi (29%) yang mencapai target Renstra tahun 2015.

10 Gambar 1. Persentase cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut provinsi tahun 2015 (Kemenkes RI 2015) Tiga provinsi dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2015 adalah provinsi Jambi (99,85%), Nusa Tenggara Barat (99,32%) dan Lampung (99,22%). Sedangkan tiga provinsi dengan capaian terendah yaitu Papua (47,27%), Papua Barat (57,11%), dan Kalimantan Tengah (64,86%) (Kemenkes, 2015).

11 2) Cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja puskesmas Tipo Data dari Puskesmas Tipo tahun 2014 imunisasi DPT-HB3/DPT-HB- Hib3, polio 4, dan campak telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 90%. Sedangkan HB <7 hari dan BCG belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 90%. Pada tahun 2015 yang mencapai target adalah polio 4 dan campak, sedangkan HB <7 hari, BCG, dan DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 95%. Tahun 2016 semua cakupan imuisasi telah mencapai target sedangkan tahun 2017 imunisasi HB <7 hari tidak mencapai target. 250 200 150 100 50 HB < 7 hari BCG DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 Polio 4 Campak 0 2014 2015 2016 2017 Gambar 2. Cakupan imunisasi Puskesmas Tipo tahun 2014-2017 (Puskesmas Tipo, 2017)

12 d. Jenis-jenis imunisasi wajib 1) BCG (Bacillus Calmatte Guerin) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pemberian imunisasi BCG tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberculosis milier. Pemberian imunisasi BCG dengan dosis 0,05 ml, sebanyak 1 kali yang disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus) (Hadianti N, et al, 2015; Saputra L, 2014). Efek sampingnya, setelah 2-6 minggu setelah imunisasi BCG pada daerah bekas suntikan akan timbul bisul kecil (papula) dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan. Kemudian akan sembuh secara perlahan dan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm. Penanganan pada efek samping jika terjadi ulkus dikompres dengan cairan antiseptik, apabila ulkus semakin membesar anjurkan orang tua untuk membawa bayi ke tenaga kesehatan (Hadianti N, et al, 2015) Kontra Indikasi BCG adalah jika menderita HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV, gizi buruk, dan demam tinggi (Saputra L, 2014). 2) DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi ini diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan. DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Pemberiannya secara intramuskular dengan dosis 0,5 ml. Efek sampingnya adalah reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi penyuntikan, demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel) dan menangis dengan nada tinggi terjadi dalam 24 jam setelah pemberian imunisasi. Penanganan pada efek samping, orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI), bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin, jika demam gunakan pakaian yang tipia pada bayi dan berikan paracetamol. Apabila reaksi

13 memberat dan menetap bawa bayi ke dokter (Saputra L, 2014; Hadianti N, et al, 2015). Kontraindikasi DPT adalah riwayat anafilaksis dan ensefalopati pada pemberian vaksin sebelumnya dan kelainan saraf serius (Pambudy IM, et al, 2014; IDAI, 2014). 3) Hepatitis B Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%. Pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 dosis. Dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan). Dosis imunisasi hepatitis B adalah 0,5 ml dan diberikan secara intramuskuler pada anterolateral paha. Efek samping yang ditimbulkan adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Penanganan pada efek samping, orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI), bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin, jika demam gunakan pakaian yang tipis pada bayi dan berikan paracetamol (Saputra L, 2014; Hadianti N, et al, 2015; Kaplan, 2017). Kontraindikasi imunisasi hepatitis B adalah penderita infeksi berat yang disertai kejang (Pambudy IM, et al, 2014; WHO, 2015). 4) Polio Imunisasi polio diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, diberikan secara oral satu dosis 2 tetes (0,1 ml) sebanyak 4 kali dosis pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Efek samping yang ditimbulkan sangat jarang terjadi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan dan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit pemberian segera diberi dosis ulang (Saputra L, 2014).

14 Kontra indikasi imunisasi polio adalah anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (38 o C), muntah atau diare, penyakit kanker, terinfeksi virus HIV, menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum serta anak yang mekanisme kekebalan terganggu (Mahayu, 2014; Saputra L, 2014; WHO, 2015). 5) Campak Imunisasi campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha pada usia 9-11 bulan. Efek sampingnya 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari pasca imunisasi. Penanganan pada efek samping, orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI), bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin, jika demam gunakan pakaian yang tipia pada bayi dan berikan paracetamol. Apabila reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter (Saputra L, 2014; Hadianti N, et al, 2015). Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas (Marimbi, 2010; Mahayu, 2014; IDAI, 2014). e. Jenis-jenis imunisasi yang dianjurkan Ada beberapa imunisasi yang dianjurkan selain imunisasi dasar antara lain, HIB (Haemophylus Influenza Tipe B), PCV (Pneumokokus), influenza, MMR (Measles, Mumps, Rubella), Varisela, Tifoid dan Hepatitis A. 1) HIB (Haemophylus influenza tipe B) Imunisasi HIB adalah imunisasi yang diberikan untuk meningkatkan kekebaln tubuh dan dapat mencegah bakteri Haemophilus Influenza Type B. diberikan 3 kali (2, 3 dan 5 bulan) secara intramuscular (Saputra L, 2014; IDAI, 2014).

15 2) PCV (Pneumokokus) Imunisasi PCV adalah imunisasi yang diberikan untuk kekebaln tubuh. Imunisasi PCV dapat menyebabkan penyakit IPD (Invasive Pneumococcal Disease), yaitu seperti meningitis, bakteremia, dan pneumonia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Streptococcus pneumonia atau pneumokokus. Imunisasi diberikan pada usia 2,4,6,12 bulan secara intramuscular (Saputra L, 2014; IDAI, 2014; Mahayu P, 2014). 3) Imunisasi Influenza Imunisasi influenza adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus. Virus ini mudah menular melalui udara yang bisa terhirup sehingga orang yang terhirup virus tersebut dapat mengalami penyakit influenza. Diberikan pada bayi usia 6 bulan secara intramuskular atau sub kutan (Saputra L, 2014; Mahayu P, 2014). 4) MMR (Measles, Mumps, Rubella) Imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles), gondong, parotisepidemika (mumps), dan campak jerman (rubella). Penyakit mumps disebkan oleh virus paromyxovirus dan gondongan adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus yang menular sehingga terjadi pembengkakan unilateral atau bilateral pada kelenjar liur. Diberikan pada usia 15-18 bulan secara intramuskular atau sub kutan (IDAI, 2011; Saputra L, 2014). 5) Imunisasi Varisela Imunisasi varisela adalah imunisasi yang diberikan untuk kekebalan. Imunisasi varisela atau dikenal dengan cacar air dapat mencegah terjadinya penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela-zoster dan penyakit ini dapat menular. Diberikan satu kali pada usia 12-18 bulan secara sub kutan (Proverawati A, 2010; Saputra L, 2014).

16 6) Imunisasi Tifoid Imunisasi tifoid adalah imunisasi yang diberikan dengan tujuan untuk memberikan kekebalan terhadap anak. Penyakit tifoid adalah penyakitt yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Diberikan kepada anak yang berusia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun secara oral atau parenteral (Saputra L, 2014; IDAI 2014). 7) Hepatitis A Imunisasi hepatitis A adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A yang mudah menular melalu ludah, batuk dan bersin. Diberikan 3 kali, pada usia 0 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan secara intramuscular (Saputra L, 2014; IDAI, 2014). 3. Faktor-faktor yang ada hubungan dengan cakupan imunisasi a. Tingkat pendidikan ibu Pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku manusia dalam masyarakat. Peranan pendidikan bagi wanita penting di dalam rumah tangga. Mereka yang akan menanamkan kebiasaan baik dan dapat dijadikan panutan bagi generasi yang akan datang. Seorang ibu dapat memelihara dan mendidik anaknya dengan baik apabila ia sendiri mempunyai pendidikan yang baik (Notoatmodjo, 2012; Soetjiningsih, 2012; Soetjiningsih, 2017). Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

17 Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan mengikuti perubahn itu (Notoatmodjo, 2012; soetjiningsih, 2012). Disamping itu, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas pengetahuan sehingga akan semakin termotivasi menerima perubahan baru. Adanya perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan terhadap suatu masalah. Selain itu, akan berbeda pula tingkat pemahaman terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal imunisasi. Demikian pula halnya makin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin mudah menerima segala informasi dari luar terutama imunisasi (Notoatmodjo, 2012; Soetjiningsih, 2012). Pendidikan seseorang dapat dinilai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki, sehingga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (tingkat SD dan SLTP) dan pendidikan tinggi (tingkat SMA ke atas). Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2012) b. Tingkat pengetahuan ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal itu terjadi ketika seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melelui pancaindra yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (200, perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasarkan oleh pengetahuan, dan urutan proses dalam diri seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru adalah sebagai berikut :

18 (a) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) telebih dahulu. Contohnya apabila seseorang yang sebelumnya tidak mengetahui pentingnya imunisasi dasar pada balita, kemudian menjadi tahu pentingnya imunisasi setelah diberi tahu oleh petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012). (b) Interest, subjek mulai tertarik pada stimulus. Setelah ia mengetahui tentang pentingnya imunisasi dasar pada balita, maka ia akan tertarik dan ingin memberikan imunisasi kepada anaknya (Notoatmodjo, 2012). (c) Evaluation, yaitu mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Setelah orang itu tertarik dan ingin memberikan imunisasi pada anaknya, orang tersebut akan memikirkan keuntungan dan kerugian jika anaknya tidak diberi imunisasi (Notoatmodjo, 2012). (d) Trial, subjek mulai mencoba perilaku tersebut. Setelah orang tersebut menimbang dari keuntungan dan kerugian jika tidak memberikan imunisasi, orang tersebut mulai memberikan imunisasi dasar kepada anaknya (Notoatmodjo, 2012). (e) Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Contohnya subjek mulai mengetahui tentang imunisasi dasar pada balita hingga dia benarbenar menerapkan cara pemberian imunisasi kepada anaknya hingga lengkap usia 9 bulan (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2000), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a) Tahu, diartikan sebagai mengingat sesuatu sebelumnya (recall), sesuatu yang spesifik yang telah dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contohnya seseorang yang tahu berapa lama imunisasi dasar lengkap diberikan (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). b) Memahami (comprehention), sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

19 menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Contohnya setelah orang itu mengetahui berapa lama pemberian imunisasi dasar lengkap, orang tersebut menyimpulkan dan memikirkan dampak selanjutnya jika tidak memberikan imunisasi dasar lengkap (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). c) Aplikasi (aplication), sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yan telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Contohnya setelah orang itu mengetahui, orang tersebut mulai melakukan pemberian imunisasi dasar dengan menggunakan bukubuku panduan mengenai imunisasi dasar lengkap (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). d) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya setelah subjek menerapkan aplikasi dari apa yang dia ketahui tentang imunisasi, kemudian dia bisa mengelompokkan manfaat-manfaat yang bisa diperoleh oleh bayi dan dirinya (Notoatmojo,2010; Notoatmodjo, 2012). e) Sintesis, suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contohnya apabila subjek telah mengetahui manfaat dari imunisasi dasar, dia akan mulai dan merencanakan pemberian imunisasi hingga 9 bulan sesuai denga teori dan pengetahuan yang dia dapatkan (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). f) Evaluasi (evaluation), kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Contohnya jika seseorang sudah bisa menerapkan pemberian imunisasi dasar berdasarkan materi yang dia pelajari, dia akan bisa membedakan antara petumbuhan bayi yang diberi imunisasi dasar lengkap dan bayi yang tidak diberi imunisasi dasar lengkap (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012).

20 c. Pendapatan keluarga Pendapatan adalah hasil perolehan usaha baik berupa barang maupun uang. Tingkat penghasilan orang tua yang diperoleh dari pekerjaan pokok akan menunjang tumbuh kembang anak. Orang tua dapat menyediakan kebutuhan anak baik primer maupun sekunder jika pendapatan keluarga cukup untuk keluarganya. Pendapatan keluarga yang memadai aka menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Notoatmodjo, 2012; Soetjiningsih, 2012; Soetjiningsih, 2014). d. Jumlah anak Jumlah anak adalah salah satu aspek demografi yang berpengaruh pada partisipasi masyarakat. Jika seorang ibu mempunyai anak lebih dari satu biasanya ibu sering memperoleh informasi tentang imunisasi dan anaknya mendapatkan imunisasi. Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi (Notoatmodjo, 2012; Soetjiningsih, 2012). e. Dukungan keluarga Ajakan untuk membuka diri merupakan bentuk dukungan sosial. Untuk mewujudkan sikap diperlukan faktor pendukung antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif pada imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suami sehingga ibu tersebut dapat mengimmunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2012; Soetjiningsih 2017).

21 f. Ketersediaan sarana dan prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat termasuk fasilitas pelayanan kesehatan seperti posyandu akan mendukung terwujudnya prilaku kesehatan yang baik (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). g. Penyimpanan dan transportasi vaksin Obat dari bahan biologik harus dilindungi dari sinar matahari, panas, suhu beku, termasuk juga vaksin. Sarana vaksin dibuat khusus untuk menjaga potensi vaksin, sehingga dibutuhakn lemari es pada setiap puskesmas, Vaccine Carrrier (termos) yang digunakan untuk membawa atau mengirim vaksin dari puskesmas ke posyandu, Cold Box untuk penyimpanan vaksin sementara, Freeze Tag digunakan untuk memantau suhu vaksin dari kabupaten ke puskesmas (Ranuh IGNG, 2011; Notoatmodjo, 2012). h. Keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan Faktor yang mempengaruhi pencapaian derajat kesehatan adalah keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan akan memberi kontribusi bagi prilaku masyarakat terhadap kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan tempat pelayanan kesehatan maka waktu yang diperlukan semakin sedikit pula sehingga pelayanan kesehatan akan meningkat dan sebaliknya (Notoatmodjo, 2012; Retnaningsih E, 2013). i. Petugas kesehatan/petugas imunisasi Petugas kesehatan untuk imunisasi biasanya dikirim dari pihak puskesmas. Masyarakat menilai mutu pelayanan kesehatan yang baik apabila pelayanan kesehatan memberikan empati, respek, dan tanggap terhadap kebutuhan serta memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Prilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, pendidikan, sikap dan kepercayaan. Pendidikan akan

22 mempengaruhi tingkat intelektualitas seseorang dan kemudahan untuk memahami informasi, menelaah dan melakukan suatu tindakan. Dengan demikian, para petugas kesehatan juga akan mendukung terbentuknya prilaku kesehatan (Arfiyanti, 2010; Ranuh IGNG, 2011). j. Peran serta masyarakat Keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan, seperti kader kesehatan merupakan perwujudan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat baik secara individu maupun kolektif perlu dilibatkan (partisipasi), karena partisipasi ini memang merupakan hak dan kewajiban masyarakat, sehingga dapat mendukung pelayanan kesehatan yang baik (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo, 2012). k. Motivasi Motivasi adalah suatu kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaran yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Dengan demikian motivasi sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan `serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2010; Arfiyanti, 2010).

23 4. Jadwal pemberian imunisasi Gambar 3. Jadwal Pemberian Imunisasi (IDAI, 2017)

24 A. Kerangka Teori Gambar 4. Kerangka Teori Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dijelaskan bahwa cakupan imunisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi adalah faktor pendidikan ibu dimana jika pendidikan ibu tinggi, maka pekerjaannya cukup baik, begitupun sebaliknya sehingga mempengaruhi status ekonomi. Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya rendah akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Faktor yang lainnya adalah faktor pengetahuan ibu tentang imunisasi, adanya pengetahuan tentang imunisasi dapat berpengaruh langsung terhadap cakupan imunisasi. Pengetahuan ibu tentang imunisasi juga bisa mendapatkan motivasi dari suami dan keluarga berupa dukungan, maka ibu tersebut akan patuh dengan adanya program imunisasi. Peran masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasaranan berupa Posyandu dapat mempengaruhi cakupan imunisasi.

25 B. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Status Ekonomi CAKUPAN IMUNISASI Jumlah Anak Dukungan Keluarga Gambar 5. Kerangka Konsep

26 C. Definisi Operasional 1. Tingkat pendidikan ibu Pendidikan ibu yang dimaksud pada penelitian ini adalah pendidikan formal terakhir yang sudah dilewati atau yang pernah dicapai oleh subyek. Data diperoleh dari wawancara kemudian di isi dalam lembaran kuesioner dengan kriteria objektif: menurut UU Pendidikan No 20 Tahun 2003 a) Tingkat pendidikan rendah (SD-SMP/MTs) b) Tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK) c) Tingkat pendidikan tinggi (D3/S1) 2. Tingkat pengetahuan ibu Pengetahuan yang dimaksud pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi berupa apa yang ibu ketahui tentang imunisasi, manfaat imunisasi, imunisasi yang diwajibkan, tempat mendapatkan imunisasi, kapan imunisasi harus di tunda, efek samping yang terjadi setelah imunisasi. Data diperoleh dengan cara memberi pertanyaan berdasarkan daftar check list pengetahuan tentang imunisasi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan teori tentang imunisasi, sebanyak 8 pertanyaan, kemudian jawaban dari ibu akan dinilai dengan cara dijumlahkan dengan menggunakan skor berdasarkan kriteria objektif: a) Dikatakan baik bila skor = 80%-100% b) Dikatakan cukup bila skor = 60%-70% c) Dikatakan kurang bila skor = 0%-59% 3. Status ekonomi keluarga Status ekonomi yang dimaksud pada penelitian ini adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh keluarga subyek. Data diperoleh dari wawancara kemudian di isi dalam lembaran kuesioner dengan kriteria objektif: menurut UMR (Upah Minimum Regional) a) Rendah Rp. 1.675.000/bulan

27 b) Tinggi Rp. 1.675.000/bulan 4. Jumlah anak Jumlah anak yang dimaksud pada penelitian ini adalah jumlah seluruh anak kandung yang berada dalam tanggung jawab keluarga. Data diperoleh dari wawancara kemudian di isi dalam lembaran kuesioner dengan kriteria objektif: menurut BKKBN a) Berisiko >4 anak b) Tidak berisiko <4 anak 5. Dukungan keluarga Dukungan keluarga yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa dukungan dari keluarga yang sering mengingatkan jadwal imunisasi. Data diperoleh dari wawancara kemudian di isi dalam lembaran kuesioner: a) Mendapat dukungan b) Tidak mendapat dukungan

28 Daftar Pustaka 1. Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors. In: Pedoman Imunisasi di Indonesia 4 th Ed. Jakarta: IDAI 2011; p. 134-137 2. Satgas Imunisasi PP IDAI. Jenis-jenis Vaksin. In: Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Buku Kompas 2014; p. 69-73. 3. Saputra L. Susanti EM, editor. Imunisasi pada Neonatus Bayi, dan Balita. In: Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang: Binapura Aksara Publisher 2014; p. 108-121. 4. Saputra L. Suryandari AE, editor. Imunisasi pada Neonatus Bayi, dan Balita. In: Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang: Binapura Aksara Publisher 2014; p. 173-176. 5. Cvetnic WG, editor. Immunizations. In: Step 2 CK Lecture Notes 2017 Pediatrics. New York: Kaplan Medical 2016; p. 52-53. 6. Budijanto D, Yudianto, Hardhana B, Soenardi TA, editors. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. In: Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan 2015; p. 181-182. 7. Kemenkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. 2013; p. 17-21 8. Widyaiswara. Pentingnya Vaksinasi Tahun 2015. In: Pengaruh Vaksinasi Terhadap Kekebalan Tubuh Bayi 2015; p.6. 9. WHO. Global Immunization Data. 2015. 10. Infodatin. Situasi dan Analisis Imunisasi. In: Kemenkes RI 2014: p. 1-3. 11. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunisasi. In: Imunologi Dasar 11 th Ed. Jakarta: FKUI 2014; p. 479-483. 12. Proverawati A, Andhini CSD. Imunisasi. In: Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika 2010; p. 7-11.

29 13. Shelov SP. Kunjungan Supervisi Kesehatan. Kusuma R, Dinata F, Sekartiwi A, Astrid EY, editors. In: Pediatrics for Medical Students 3 rd Ed. Jakarta: EGC 2017; p. 31-33. 14. Mulyanti Y. Faktor-faktor Internal yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat Tahun 2013. In: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014; p. 30-35. 15. USAID. Types of Vaccine. In: Immunization Essential Practical Field Guide. 2003; p 16-17. 16. Hadinegoro SR, Pusponegoro HD, Soedjatmiko, Oswari H, editors. Penyaki-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. In: Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: IDAI 2011; p. 47-56. 17. Hartomo. Imunisasi. In: Deteksi Penyakit Anak dan Pengobatannya. Jakarta: Platinum 2013; p. 151-155. 18. NIAID. Understanding Vaccines. In: National Institutes of Health 2008; p. 5. 19. Hadianti DN, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H, Sumastri H, et al. Jenis Imunisasi. Mulati E, Isfan R, Royati OF, Widyaningsih Y, editors. In: Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan 2015; p. 19-24. 20. Pambudy IM, Sekartini R. Imunisasi. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. In: Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 4 th Ed. Jakarta: Media Aesculapius 2014; p.131. 21. Marimbi H. Jenis-jenis Imunisasi yang Wajib. Kristiyanasari W, editor. In: Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika 2010; p. 135. 22. Mahayu P. Imunisasi. Hira, editor. In: Imunisasi dan Nutrisi. Jakarta: Bukubiru 2014; p. 85-90. 23. Triana V. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tahun 2015. In: Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 2016; 10(2): p. 123.

30 24. Soetjiningsih. Ranuh IGNG, editor. Tumbuh-Kembang Anak. In: Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC 2012; p. 10-11. 25. Soetjiningsih. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Soetjiningsih, Ranuh IGNG, Suyono YK, editors. In: Tumbuh Kembang Anak. 2 nd Ed. Jakarta: EGC 2017; p. 66-67. 26. Notoatmodjo S. Konsep Promosi Kesehatan. In: Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 2012; p. 18-20. 27. Notoatmodjo S. Konsep Perilaku Kesehatan. In: Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta 2010; p. 50-52. 28. Retnaningsih E, editor. Layanan Kesehatan. In: Akses Layanan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers 2013; p. 7.

31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan case control. Kelompok kasus adalah ibu yang mempunyai anak balita dengan imunisasi tidak lengkap dan kontrol adalah ibu yang mempunyai anak balita dengan imunisasi lengkap. Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Status Ekonomi Jumlah Anak Dukungan Keluarga Balita dengan Imunisasi tidak lengkap CASE Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Status Ekonomi Jumlah Anak Dukungan Keluarga Balita dengan Imunisasi lengkap CONTROL Gambar 6. Desain Penelitian

32 B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu : penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi etik 2. Tempat : Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tipo C. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian Semua ibu yang mempunyai anak balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tipo. 2. Subyek Penelitian Semua ibu yang mempunyai anak balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tipo dan memenuhi kriteria penelitian. D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi a. Kriteria inklusi Case 1) Ibu yang mempunyai balita dengan imunisasi tidak lengkap 2) Bersedia mengikuti penelitian 3) Dapat berkomunikasi dengan baik b. Kriteria inklusi Control 1) Ibu yang mempunyai balita dengan imunisasi lengkap 2) Bersedia mengikuti penelitian 3) Dapat berkomunikasi dengan baik 2. Kriteria Eksklusi 1) Tidak dapat berkomunikasi

33 E. Besar Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini di tentukan dengan rumus Analitik kategotik tidak berpasangan. Dengan demikian rumus besar sampel yang digunakan ialah sebagai berikut: ( ) Keterangan: N = Besar sampel Zα = Deviat baku alfa (1,64) Zβ = Deviat baku beta (0,84) P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,05) Q2 = 1 - P2 = 1-0,05 = 0,95 P1 = P2 + 0,2 = 0,05 + 0,2 = 0,25 Q1 = 1- P1 = 1-0,25 = 0,75 P1 - P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,2) P = Proporsi total = (P1+P2)/2 = 0,15 Q = 1 P = 1-0,15 = 0,85 Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh: ( ) ( ) ( ) (dibulatkan menjadi 38)

34 F. Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini, menggunakan tehnik consecutive sampling, yaitu dengan cara mengambil semua balita di wilayah kerja Puskesmas Tipo. G. Alur Penelitian Populasi Control Case Memenuhi kriteria penelitian Informed Consent Subyek penelitian Wawancara di tulis dalam kuesioner Pengambilan data Mengisi checklist pengetahuan tentang imunisasi Pengumpulan data Analisis data Penulisan hasil SPSS 17.0 Seminar hasil Gambar 7. Alur penelitian

35 H. Prosedur Penelitian 1. Peneliti mengambil semua Ibu yang mempunyai balita yang termasuk populasi penelitian diberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, cara, dan manfaat penelitian, serta hak dan kewajiban subjek penelitian, terutama hak untuk menolak ikut tanpa konsekuensi dan jaminan serta keamanan data dan penyediaan data yang anonym. 2. Setelah ibu diberi penjelasan tentang penelitian ini dimintakan persetujuan untuk ikut penelitian. 3. Dari populasi penelitian diambil semua data ibu yang memenuhi kriteria penelitian diambil sebagai subyek penelitian 4. Pada semua subjek penelitian akan dilakukan wawancara untuk pengisian kuesioner. 5. Setelah itu dilakukan pengumpulan data dari semua sampel penelitian 6. Kemudian analisa data yang telah terkumpul akan dilakukan pengolahan dengan mengunakan program SPSS 17.0 7. Melakukan penulisan hasil sebagai laporan tertulis dalam bentuk skripsi 8. Hasil penelitian dilakukan penyajian dalam seminar/ujian skripsi I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data penelitian ini akan diolah menggunakan perangkat lunak komputer program SPSS 17.0 2. Analisis Data Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan Chi Square

36 Tabel 1. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi Balita Total Variabel (tingkat pendidikan ibu) Imunisasi lengkap Imunisasi tidak lengkap p OR n % n % Tingkat pendidikan rendah (SD-SMP/MTs) Tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK) Tingkat pendidikan tinggi (D3/S1) Total N = Tabel 2. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan imunisasi Balita Total Variabel (tingkat pengetahuan ibu) Imunisasi lengkap Imunisasi tidak lengkap p OR n % n % Pengetahuan rendah jika 60% Pengetahuan tinggi jika 60% Total N =

37 Tabel 3. Hubungan status ekonomi dengan cakupan imunisasi Balita Total Variabel (status ekonomi) Imunisasi lengkap Imunisasi tidak lengkap p OR n % n % Rendah Rp. 1.675.000/bulan Tinggi Rp. 1.675.000/bulan Total N = Tabel 4. Hubungan jumlah anak dengan cakupan imunisasi Balita Total Variabel (jumlah anak) Imunisasi lengkap Imunisasi tidak lengkap p OR n % n % Berisiko >4 anak Tidak berisiko <4 anak Total N =

38 Tabel 5. Hubungan dukungan keluarga dengan cakupan imunisasi Balita Total Variabel (dukungan keluarga) Imunisasi lengkap Imunisasi tidak lengkap p OR n % n % Mendapat dukungan Tidak mendapat dukungan Total N = J. Aspek Etika Penelitian yang saya lakukan tidak mempunyai masalah yang dapat melanggar etik penelitian, karena: 1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan secara lengkap tentang tujuan, cara penelitian yang akan dilakukan dan dimintakan persetujuan dari setiap subyek. 2. Subjek yang akan diteliti setuju dan mempunyai hak untuk bertanya dan ikut ataupun menolak untuk mengikuti penelitian ini, tanpa ada paksaan dan rasa takut untuk mengikuti penelitian. 3. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian dan bahaya karena hanya menggunakan metode kuesioner. 4. Peneliti tidak akan mencantumkan nama penderita pada lembar pengumpulan data (checklist) yang akan diisi oleh peneliti dan semua data disimpan dengan aman dan disajikan secara lisan maupun tulisan secara anonym. 5. Semua pemeriksaan yang dilakukan pada subyek tidak akan dipunguti biaya.

39 BAB IV Lampiran A. LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian TIME TABLE PENELITIAN NO Kegiatan 2015 2016 2017 I Persiapan 1 Pembuatan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Pengurusan Izin 4 Pengurusan Rekomendasi Etik 5 Persiapan Alat 6 Perbaikan II Pelaksanaan 1 Pengambilan Data 2 Pemasukan Data 3 Analisis Data 4 Penulisan Laporan III Pelaporan 1 Progres Report 2 Seminar Hasil 3 Perbaikan Laporan 4 Ujian Skripsi 2018 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

40 B. LAMPIRAN 2. Informed Consent a. Naskah Penjelasan untuk Subyek Naskah Penjelasan Subyek No. Kode Subyek Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan selamat pagi/siang ibu. Maaf mengganggu waktunya ibu. Saya Imelda Pakaya, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Al-Khairaat Palu angkatan 2014, yang sedang melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang ada Hubungan dengan Cakupan Imunisasi pada Anak Balita. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. Manfaat imunisasi adalah untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan cacat atau kematian. Imunisasi yang diwajibkan adalah BCG, DPT, hepatitis B, polio, dan campak. Imunisasi harus diberikan sesuai dengan jadwal anjuran, apabila imunisasi terlambat atau tidak diberikan dapat menyebabkan anak balita lebih mudah terserang suatu penyakit. Oleh karena itu, hasil peneltian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan program imunisasi untuk meningkatkan angka cakupan imunisasi pada anak balita dengan mengetahui faktor-faktor yang ada hubungan dengan cakupan imunisasi. Semua ibu (calon subyek), saya harapkan ikut pada penelitian ini. Memang tak ada keuntungan langsung bagi ibu, tetapi ibu dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu Puskesmas kedepannya. Jika ibu setuju untuk ikut, saya akan melakukan penelitian ini dengan cara menanyakan beberapa hal, antara lain hasil yang diperoleh dari data pribadi ibu dan menanyakan tentang pendidikan terakhir ibu, apa yang ibu

41 ketahui tentang imunisasi, pendapatan keluarga, jumlah anak dan dukungan keluarga terhadap imunisasi. Semua yang akan saya lakukan, tidak akan menggangu kesehataan maupun perasaan ibu. Dalam penelitian ini, tidak dikenakan biaya apapun. Semua biaya yang ada hubungannya dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti. Kami akan sangat menghargai keikutsertaan dan kepedulian ibu, terhadap pengembangan ilmu kedokteran. Sekali lagi perlu ibu ketahui, keikutsertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga ibu mempunyai hak untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Penolakan ibu tersebut tidak mempengaruhi pelayanan kesehatan yang seharusnya ibu dapatkan. Bila ibu merasa masih ada hal yang belum jelas atau belum dimengerti dengan baik, maka ibu dapat menanyakan atau minta penjelasan pada saya: Imelda Pakaya (082188505909). Identitas Peneliti Nama : Imelda Pakaya Alamat : Jln. Lombok, Kota Palu Sulawesi Tengah Telepon : 082188505909 DISETUJUI OLEH KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT Tgl.