BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB 2 DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori komponen-komponen pendukung.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada pesawat telepon

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

BAB 2 LANDASAN TEORI PEMANCAR GELOMBANG INFRAMERAH. 2.1 Diagram Blok Pemancar Gelombang Inframerah

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

I/O dan Struktur Memori

BAB II TEORI Telepon Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) sebagai DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).

BAB 2 DASAR TEORI. sistem atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya. Sensor air sederhana

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Perangkat Keras Prinsip Kerja Pembuka/Penutup Pintu

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 M

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2. cara merancang alat yang akan di buat sesuai dasar teori. Sebelum merancang suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

MIKROKONTROLER AT89S52

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

Pencipta bahasa C adalah Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie pada. sekitar tahun C adalah bahasa pemrograman terstruktur, yang membagi

BAB II LANDASAN TEORI. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer,

BAB 2 LANDASAN TEORI

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

BAB 2 LANDASAN TEORI PEMBUKA/PENUTUP PINTU JARAK JAUH. sistem atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya.

ROBOT PENGHINDAR DINDING DENGAN NAVIGASI INFRAMERAH TUGAS AKHIR. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Mikroprosesor Z80 Suryanto Sutikno

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II LANDASAN TEORI. berukuran kecil (mikro). Sebelum mikrokontroller ada, terlebih dahulu muncul yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT TUGAS AKHIR

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana

SISTEM KENDALI JARAK JAUH UNTUK KONTROL BUKA DAN TUTUP PINTU DENGAN MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051

Sistem Mikroprosessor

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang

PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada subbab ini akan dibahas perangkat perangkat keras yang digunakan pada

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN ALAT PENGIRIM DAN PENERIMA DATA TEMPERATUR DENGAN MENGGUNAKAN SINAR INFRA MERAH BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 UNTUK SISTEM PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN PEMANAS RUANGAN TUGAS AKHIR ALEX P PASARIBU

BAB II LANDASAN TEORI

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN PHOTO DIODA DAN INFRA RED PADA PERANCANGAN LIFT UNTUK 3 LANTAI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 LAPORAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT KEAMANAN KENDARAAN TERKONEKSI HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR DWI NATA SYAHPUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat keras merupakan bentuk fisik dari sensor PIR (Passive Infrared) yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

PERANCANGAN PALANG KERETA API OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR INFRAMERAH SEBAGAI SENSOR HALANGAN TUGAS AKHIR

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM 35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR MANGASI SIRAIT ( )

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL LAMPU OTOMATIS BERBASIS WEB

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

Transkripsi:

6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah yang banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebetuhan pasar, mikrokontelor hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih. Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan jika dikumpulkan dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah. Sistem tiket ini ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan computer PC yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang bersangkutan.

7 Selain system tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan system telemetri. Misalnya : Pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman jika dipasang suatu system pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu system akuisisi data sekaligus system pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan. Tidak seperti system komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada system computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan perangkat kerasnya disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

8 2.1.2 Kontruksi AT89S51 Mikrokontrol AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam. Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data. Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

9 Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah. Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer. Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup. Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan berpariasi. AT89S51 mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7). Gambar 2.1.2 IC Mikrokontroler AT89S51

10 Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 : VCC (Pin 40) Supply tegangan GND (Pin 20) Ground Port 0 (Pin 39-Pin 32) Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program. Port 2 (Pin 21 pin 28) Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

11 Port 3 (Pin 10 pin 17) Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut : Nama pin Fungsi P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1) P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori) RST (pin 9) Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. ALE/PROG (pin 30) Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash. PSEN (pin 29) Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

12 EA (pin 31) Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt. XTAL1 (pin 19) Input untuk clock internal. XTAL2 (pin 18) Output dari osilator. 2.2 PERANGKAT LUNAK 2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi instruksi tersebut antara lain :

13 1. Instruksi MOV Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung. Contoh pengisian nilai secara langsung MOV R0,#20h Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung MOV 20h,#80h...... MOV R0,20h Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat. 2. Instruksi DJNZ Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh, MOV R0,#80h Loop:...... DJNZ R0,Loop...

14 R0-1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya. 3. Instruksi ACALL Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :... ACALL TUNDA... TUNDA:... 4. Instruksi RET Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh, ACALL TUNDA... TUNDA:... RET 5. Instruksi JMP (Jump) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh, Loop:...... JMP Loop

15 6. Instruksi JB (Jump if bit) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh, Loop: JB P1.0,Loop... 7. Instruksi JNB (Jump if Not bit) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh, Loop: JNB P1.0,Loop... 8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal) Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh, Loop:... CJNE R0,#20h,Loop... Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

16 9. Instruksi DEC (Decreament) Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh, MOV R0,#20h R0 = 20h... DEC R0 R0 = R0 1... 10. Instruksi INC (Increament) Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh, MOV R0,#20h R0 = 20h... INC R0 R0 = R0 + 1... 11. Dan lain sebagainya

17 2.2.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di bawah ini. Gambar 2.2.2 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-assemble (dicompile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi. Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.

18 2.2.3 Software Downloader Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar di bawah ini Gambar 2.2.3 ISP- Flash Programmer 3.a Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroller.