PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM 35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR MANGASI SIRAIT ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM 35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR MANGASI SIRAIT ( )"

Transkripsi

1 PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM 35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya MANGASI SIRAIT ( ) PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PERSETUJUAN Judul : PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM 35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Kategori : TUGAS AKHIR Nama : MANGASI SIRAIT Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI Departemen Fakultas : FISIKA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Juni 2009 Diketahui Departemen Fisika FMIPA USU Ketua Program Studi, Pembimbing, Drs.Syahrul Humaidy Msc NIP Dr.Marhaposan Situmorang NIP

3 PERNYATAAN PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2009 MANGASI SIRAIT

4 PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,dengan limpahan karunianya penyelesaian Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang di tetapkan. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan perancangan alat yang penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program Diploma (D3) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Departemen Fisika Jurusan Fisika Instrumentasi,Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini,penulis banyak mengucap terima kasih kepada Bapak Dr.Marhaposan Situmorang,selaku dosen pembimbing pada penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan bimbingan dan kepercayaan penuh pada saya untuk menyempurnakan tugas akhir ini.ucapan terima kasih juga diajukan kepada Bapak Dr.Eddy Marlianto,M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),Universitas Sumatera Utara.Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi,Bapak Syahrul Humaidy dan sekeretaris Departemen Fisika Ibu Yustinon,Msi dan seluruh pegawai di Departemen Fisika FMIPA USU. Ucapan terimakasih saya yang sepesial buat Ayahanda tercinta P.Sirait dan Ibunda tersayang S.Saragih Sumbayak yang selalu sedia memberikan bantuan dan dukungan matei,dorongan dan doa.tidak terlupakan juga saya ucapkan buat kakak saya tercinta Rayani Sirait,Kakak Rosenni Sirait, dan Kakak Rotua Sirait.Buat kedua adikku tersayang Togar Sirait dan Indra Gunawan Sirait,terimakasih buat doa dan dukungannya. Terimakasih saya ucapkan buat teman-teman di Fisika Instrumentasi stambuk 2006 yang mau membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir ini.buat teman-teman saya Ampara 409 dan Raya City,serta semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis banyak menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

5 ABSTRAK Pengaturan temperatur ruangan merupakan suatu alat yang bekerja secara otomatis sesuai dengan nilai yang diberikan sensor melalui rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) yang merupakan rangkaian pengubah data anaolog menjadi digital.data digital kemudian dikirim ke mikrokontroler AT89S51 yang memproses data suhu yang nantinya ditampilkan menjadi karakter atau kata.tampilan yang digunakan adalah Liquid Cristal Display (LCD) dengan ukuran 2 x 16 yang dapat menampilkan karakter berupa angka maupun huruf.

6 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ii iii iv v vi viii ix x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah Sistematika Penulisan Metodologi Penulisan 5 BAB 2 KOMPONEN KOMPONEN DASAR 2.1 Diagram Blok Pengaturan Temperatur Ruangan Sensor Suhu LM Mikrokontroler AT89S Konstruksi Mikrokontroler AT89S Pin Pin Mikrokontroler AT89S Instruksi Dasar Assembler Kode Instruksi Mikrokontroler AT89S Instruksi Pemindahan Data 17

7 Instruksi Aritmatika Instruksi Logika dan Manipulasi Bit Instruksi Percabangan Instruksi Stack, I/O dan Kontrol Bahasa Assembly MCS Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) Software Downloader Analog to Digital Converter (ADC) Model Operasi ADC Mode Operasi Kontinyu Mode Operasi Hand-Shaking Fungsi Pin Pin Pada ADC LCD (Liquid Crystal Display) 32 BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Rancangan Sistem Rangkaian Power Supply (PSA) Rangkaian Mikrontroler AT89S Rangkaian Sensor Temperatur Rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) Rangkaian Relay Rangkaian Driver LCD (Liquid Crystal Display) 43 BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN 4.1 Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroler AT89S Pengujian Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display) Pengujian Rangkaian Relay Diagram Alir (Flowchart) Pengujian Rangkaian Keseluruhan 53

8 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran 57 Daftar Pustaka

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kapasitas Memory Mikrokontroler seri AT89X 12 Tabel 2.2. Fungsi pengganti dari port 3 14

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Blok Diagram Pengaturan Temperatur Ruangan Secara Umum 7 Gambar 2.2 Sensor Temperatur LM35 9 Gambar 2.3 IC Mikrokontroler AT89S51 13 Gambar 2.4 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 25 Gambar 2.5 ISP-Flash Programmer 3.0a 26 Gambar 2.6 Diagram Blok ADC 28 Gambar 2.7 Konvigurasi pin- pin pada ADC Gambar 2.8 Liquid Cristal Display (LCD) 2 x Gambar 3.1 Diagram Blok Pengaturan Temperatur Ruangan 36 Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply (PSA) 37 Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 38 Gambar 3.4 Rangkaian ADC 41 Gambar 3.5 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 43 Gambar 3.6 Rangkaian Driver LCD 44 Gambar.4.1 Rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian relay 50 Gambar 4.2 Diagram Alir (Flowchart) Rangkaian Temperatur Ruangan 53

11 LAMPIRAN 1. Program Lengkap 2. Skema Rangkaian Pengaturan Temperatur Ruangan 3a. Gambar Pengaturan Temperatur Ruangan Tampak Atas 3b. Gambar Pengaturan Temperatur Ruangan Tampak Depan 3c. Gambar Pengaturan Temperatur Ruangan Tampak Samping 4. Data Sheet AT89S51 5. Data Sheet LM Data Sheet ADC 0804

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran, pemantauan dan tampilan nilai suhu adalah bagian sistem yang seringkali dibutuhkan di lingkungan, dalam suatu sistem elektronika, maupun dalam industri. Namun pembuatan alat ini dilatar belakangi karena sensor temperatur merupakan salah satu sistem yang penting untuk membangun sebuah Weather controliling system, yang akan memantau dan mengendalikan suhu pada suatu ruangan tertentu serta memberikan informasi kepada pemakainya. Temperatur merupakan informasi yang sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca pada sebuah daerah. Banyak hal yang bergantung pada kondisi temperatur atau cuaca pada daerah tersebut. Makhluk hidup pun sangat bergantung pada kondisi temperatur daerah yang ditempatinya. Temperatur juga merupakan salah satu kunci penting dalam dunia pertanian atau perkebunan, industri makanan, industri elektronika dan lain-lain Namun permasalahannya bagaimana kita bisa membuat alat ukur temperatur dengan lebih mudah, dengan waktu yang lebih singkat, namun dengan data yang lebih

13 akurat dan mudah dikalibrasi. Pengukuran suhu secara konvensional dapat dilakukan dengan termometer standar, akan tetapi hal ini sangat merepotkan terutama apabila suhu harus dipantau terus menerus. Mikrokontroler kini semakin berkembang pesat dan semakin banyak diminati dalam aplikasi sistem kendali. Salah satu jenis mikrokontroler yang sekarang banyak beredar adalah mikrokontroler jenis AT89S51 dari atmel. Sehubungan hal di atas penulis berkeinginan untuk mencoba mengembangkan sebuah sistem menggunakan mikrokontroler AT89S51 dengan pemrograman bahasa assembler. Dalam mengantisipasi penggunaan yang lebih luas maka pengukur temperatur yang dipantau dengan mikrokontroler ini didisain agar dapat beroperasi secara stand alone (berdiri sendiri). 1.2 Tujuan Adapun tujuan pelaksanaan tugas akhir ini adalah: 1. Mengimplementasikan fungsi masukan analog pada mikrokontroler AT89S51 yang mendapat masukan dari LM35 sebagai sensor temperatur yang dikonversi menggunakan ADC.

14 2. Menggunakan pemrograman bahasa assembler untuk mengembangkan sebuah sistem pengukur temperatur menggunakan mikrokontroler AT89S51 yang hasil datanya ditamplikan pada display LCD. 1.3 Batasan Masalah Pada tugas akhir ini, penulis akan merancang alat sistim kendali temperatur ruangan dengan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S Mengunakan sensor suhu LM Menggunakan pemrograman bahasa assembler. 4. Display untuk menampilkan temperatur digunakan LCD. 5. Meemanfaatkan hairdrier untuk menaikkan suhu. 6. Memanfaatkan cooling fan sebagai pendingin atau juga pembuang panas. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja alat sistim kendali temperatur dengan menggunakan display LCD berbasis mikrokontroler AT89S51, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:

15 BAB 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51, bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung. BAB 3. PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram blok dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51. BAB 4. PEGUJIAN SISTIM DAN PROGRAM Pada bab ini akan dibahas pengujian alat dan program dari rangkaian dan sistem kerja alat dan flowchar dari program. BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

16 Bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama. 1.5 Metodologi Penulisan Adapun metode penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Identifikasi masalah dengan penelusuran referensi baik dari buku maupun dari hasil browsing di situs-situs internet. 2. Perancangan dan pengujian alat.

17 BAB 2 KOMPONEN KOMPONEN DASAR 2.1 Blok Diagram Pengaturan Temperatur Ruangan Temperatur merupakan salah satu informasi yang sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca pada sebuah daerah. Temperatur juga merupakan salah satu kunci penting dalam dunia pertanian atau perkebunan, industri makanan, industri elektronika dan lainlain. Pengukuran temperatur secara manual dapat dilakukan dengan termometer standar, namun tidak ada alat yang dapat mengatur agar temperatur tetap dalam kondisi stabil, apalagi temperatur harus dipantau terus menerus. Sehingga dibutuhkan alat pengukur temperatur yang disertai dengan sistem kontrolnya. Yang artinya, temperatur

18 dalam sebuah ruangan dapat diukur secara otomatis, dan dapat dijaga secara otomatis pula, serta hasil data temperatur dapat ditampilkan pada display. Berikut adalah gambaran umum sistem kendali temperatur ruangan. Gambar 2.1 Blok Diagram Pengaturan Temperatur Ruangan Secara Umum Dari gambar 2.1 dapat kita ketahui bahwa salah satu komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem kendali temperatur ruangan adalah sensor temperatur. Sensor temperatur berfungsi sebagai pendeteksi temperatur pada sebuah ruangan, yang kemudian akan menjadi nilai masukan bagi pengolah sinyal.

19 Kemudian sinyal keluaran dari sensor temperatur tersebut akan diolah sehingga dapat ditampilkan pada display, sehingga dibutuhkan sebuah pengolah sinyal. Salah satu jenis pengolah sinyal yang dapat digunakan adalah mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam level chip atau biasa disebut single chip mikrokomputer. Pada mikrokontroler telah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut adalah RAM, ROM, timer, komponen I/O paralel dan serial, dan interupsi kontroler. Setelah sinyal keluaran dari sensor temperatur tersebut diolah oleh mikrokontroler, kemudian akan ditampilkan pada sarana penampil. Baik melaui seven segment,display matrix, LCD (Liquid Crystal Display), maupun PC. Pada pengerjaan tugas akhir ini penulis akan menggunakan tampilan pada LCD. 2.2 Sensor Suhu LM 35 Sensor adalah piranti yang menghasilkan sinyal keluaran yang sebanding dengan parameter yang diindera (sensing). Pengukuran temperatur merupakan hal yang penting. Pendeteksian temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan sensor temperatur. Ada beberapa jenis sensor temperatur yang dapat digunakan dalam pengukuran temperatur,

20 yakni: termokopel,termistor.sensor temperatur yang sering di gunakan adalah sensor temperatur LM35 karena keakuratannya di bandingkan dengan sensor lain. LM35 adalah sensor temperatur semiconductor-junction yang tegangan out putnya sebanding dengan temperatur dalam derajat Celcius ( 0 C). LM35 memiliki kelebihan dibandingkan sensor suhu berpresisi Kelvin, dimana pemakai tidak perlu mengambil nilai tegangan konstan yang besar untuk mendapatkan skala celcius yang tepat. LM35 memiliki keadaaan default yaitu akurasi ±¼ 0 C pada temperatur ruang dan ± 3 / 0 4 C pada range maksimum 55 sampai C. LM35 memiliki faktor skala linier mv/ 0 C, ini berarti untuk tiap kenaikan satu derajat celcius pada suhu sekitar tegangan output akan naik 10 mv. Tegangan kerja dari LM35 adalah 4 sampai 30 Volt dengan kuat arus sebesar 60 µa. Gambar 2.2 Sensor Temperatur LM35 Adapun beberapa kelebihan dari LM35 dari sensor temperatur lain adalah:

21 1. Hasil pengukuran lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan thermistor. 2. Rangkain sensor tertutup dan tidak bergantung (tidak terpengaruh) pada oksidasi. 3. LM35 menghasilkan tegangan keluaran lebih besar dibandingkan dengan thermocouple dan tegangan keluaran tidak perlu diperbesar. 2.3 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam level chip atau biasa disebut single chip mikrokomputer. Pada mikrokontroler telah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut adalah RAM, ROM, timer, komponen I/O paralel dan serial, dan interupsi kontroler. Adapun keunggulan dari mikrokontroler adalah adanya sistem interupsi. Sebagai perangkat kontrol penyesuaian, mikrokontroler sering disebut juga untuk menaikkan respon semangat eksternal (interupsi) di waktu yang nyata. Perangkata tersebut harus melakukan hubungan switching cepat, menunda satu proses ketika adanya respon eksekusi yang lain.

22 Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata,pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer RAM dan ROM-nya besar. Sedangkan pada mikrokontroler ROM dan RAM-nya terbatas Konstruksi Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program. Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

23 Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku dan diproduksi secara masal, program diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah. Jenis memori yang dipakai untuk memori Program AT89S51 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer. Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup. Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S51 memunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).

24 AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakan berhimpitan dengan P3.0 dan P3.1 di kaki nomor 10 dan 11, sehingga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel kalau T0 dan T1 dipakai. Tabel 2.1. Kapasitas Memory Mikrokontroler seri AT89X AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini TIPE RAM FLASH MEMORY EEPROM AT89C51/AT89S51 8 x 128 Byte 4 Kbyte No AT89C52/AT89S52 8 x 256 Byte 8 Kbyte No AT89C55 8 x 256 Byte 20 Kbyte No AT89S53 8 x 256 Byte 12 Kbyte No AT89S x 256 Byte 8 Kbyte 2 Kbyte

25 berhimpitan dengan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur input/output parelel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi. Port1 dan 2, UART, Timer 0,Timer 1 dan sarana lainnya merupakan register yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Functoin Regeister (SFR) Pin - Pin Mikrokontroler AT89S51 IC mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada gambar 2.3 Gambar 2.3 IC Mikrokontroler AT89S51 Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 : Pin 1 sampai 8

26 Ini adalah port 1 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah. Dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada port ini juga digunakan sebagai saluran alamat pada saat pemrograman dan verfikasi. Pin 9 Merupakan masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler ini. Pin 10 sampai 17 Ini adalah port 3 merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-up yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai, maka ini dapat digunakan sebagai port parallel 8 bit serbaguna. Selain itu sebagian dari port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal control pada saat proses pemrograman dan verifikasi. Adapun fungsi penggantinya seperti pada tabel 2.2. BIT NAMA FUNGSI ALTERNATIF

27 P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 RXD TXD INTO INT1 TO T1 WR RD Untuk menerima data port serial Untuk mengirim data port serial Interupsi eksternal 0 Interupsi eksternal 1 Input eksternal waktu/pencacah 0 Input eksternal waktu/pencacah 1 Jalur menulis memori data eksternal Jalur membaca memori data eksternal Tabel 2.2. Fungsi pengganti dari port 3 Pin 18 dan 19 Ini merupakan masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pada mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada serpih yang sama (on chip) kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuansi osilatir. Karenanya pin 18 dan 19 sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL 1 dapat juga sebagai input untuk inverting oscillator amplifier dan input ke rangkaian internal clock sedangkan XTAL 2 merupakan output dari inverting oscillator amplifier. Pin 20

28 Merupakan ground sumber tegangan yang diberi symbol GND. Pin 21 sampai 28 Ini adalah port 2 yang merupakan saluran/bus I/O 8 biit dua arah dengan internal pull-up. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit, port 2 berfungsi sebagai saluran/bus alamat tinggi (A8 A15). Sedangkan pada saat mengakses ke data memori eksternal yang menggunakan alamat bit 8 bit, port 2 mengeluarkan isi dari P2 pada Special Function Register. Pin 29 Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching). Pin 30 Address Latch Enable (ALE)/ PROG merupakan penahan alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pena ini juga sebagai pulsa/ sinyal input pemrograman (PROG)selama proses pemrograman. Pin 31

29 External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan apabila diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan instruksi dari memori program internal ketika isi program counter kurang dari ini juga berfungsi sebagai tegangan pemrograman (Vpp = +12 V) selama proses pemrograman. Pin 32 sampai 39 Ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada saat proses pemrograman dan verifikasi, port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. Eksternal pull-ups diperlukan selama proses verifikasi. 2.4 Instruksi Dasar Assembler Kode Instruksi Mikrokontriler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 256 kode instruksi. Seluruh instruksi dapat dikelompokkan dalam 4 bagian yang meliputi instruksi 1 byte sampai 4 byte. Semua instruksi tersebut dapat dibagi menjadi lima kelompok menurut fungsinya, yaitu: 1. Instruksi Pemindah Data

30 2. Instruksi Aritmatika 3. Instruksi Logika dan Manipulasi Bit 4. Instruksi Percabangan 5. Instruksi Stack, I/O, dan Kontrol Instruksi Pemindahan Data Bagian instruksi ini hanya menyalin data suatu lokasi memori (sumber) ke lokasi tertentu (tujuan), tanpa terjadi perubahan isi data dari sumber. Selain lokasi memori, data juga dapat dipindahkan dari suatu register ke register lain, pemindahan (penyalinan) antar muka-register dan antar muka-memori Instruksi Aritmatika Instruksi ini melaksanakan operasi aritmatika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, penambahan satu (increment), pengurangan satu(decrement), perkalian dan pembagian Instruksi Logika dan Manipulasi Bit Instruksi ini berhubungan dengan operasi-operasi logika pada accumulator dan manipulasi bit. Macam dan instruksi ini adalah AND, OR, XOR, perbandingan, pergeseran dan komplemen data.

31 Instruksi Percabangan Instruksi ini mengubah urutan normal pelaksanaan suatu program. Dengan instruksi ini program yang sedang dilaksanakan akan mencabang ke suatu alamat tertentu. Instruksi ini dibedakan atas percabangan bersyarat (misalnya CJNE) dan percabangan tanpa syarat (misalnya ACALL) Instruksi Stack, I/O, dan Kontrol Instruksi ini mengatur penggunaan stack, membaca/menulis port I/O, serta pengontrolanpengontrolan Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk mengisi program ke IC mikrikontroler AT89S51 adalah bahasa assembly MCS-51. Jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan hanya 10 instruksi. Instruksi-instruksi tersebut antara lain : 1. Instruksi MOV Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung. Contoh pengisian nilai secara langsung

32 MOV R0,#20h Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung MOV 20h,#80h MOV R0,20h Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat. 2. Instruksi DJNZ Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh,

33 MOV R0,#80h Loop: DJNZ R0,Loop... R0-1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya. 3. Instruksi ACALL Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :... ACALL TUNDA... TUNDA:

34 Instruksi RET Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh, ACALL TUNDA... TUNDA:... RET 5. Instruksi JMP (Jump) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh, Loop:

35 JMP Loop 6. Instruksi JB (Jump if bit) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh, Loop: JB P1.0,Loop Instruksi JNB (Jump if Not bit) Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh, Loop: JNB P1.0,Loop

36 Instruksi CJNE (Compare Jump If Not Equal) Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh, Loop:... CJNE R0,#20h,Loop... Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya. 9. Instruksi DEC (Decreament) Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1.

37 Contoh, MOV R0,#20h R0 = 20h... DEC R0 R0 = R Instruksi INC (Increament) Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh, MOV R0,#20h R0 = 20h... INC R0 R0 = R Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) Instruksi-instruksi yang berupa bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Kemudian instruksi-instruksi (program-

38 program) tersebut akan di-save dan kemudian di-assemble (di-compile). Pada saat di- Assemble maka akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada peringatan tersebut, itu berarti masih ada kesalahan dalam penulisan instruksi atau ada nama subrutin yang sama. Dengan demikian kesalahan-kesalahan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu. Tampilannya dapat kita lihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, dimana proses perubahan ini terjadi pada saat kita meng- Assemble program tersebut. Bilangan heksadesimal hasil proses inilah yang dikirim ke mikrokontroler.

39 Software Downloader Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal tersebut ke mikrokontroler digunakan software ISP Flash Programmer 3.0a sehingga mikrokontroler dapat menyimpan data. ISP-Flash Programmmer 3.0a dapat diperoleh dengan mendowmload dari internet. Tampilannya dapat kita lihat gambar 2.5 : Gambar 2.5 ISP-Flash Programmer 3.0a Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian meng-klik Write untuk mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroler.

40 2.5 Analog to Digital Converter (ADC) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya. Beberapa karakteristik penting ADC : 1. Waktu konversi 2. Resolusi 3. Ketidaklinieran 4. Akurasi Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis successive approximation convertion atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada

41 nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Dalam Gambar 2.6, memperlihatkan diagram blok ADC tersebut. Gambar 2.6 Diagram Blok ADC Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran digital akan tetap tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi yang baru.

42 IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-), sehingga dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+) Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-) digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan dengan menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK OUT dan CLK IN serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital.untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke pin CLK IN. ADC 0804 memilik 8 keluaran digital sehingga dapat langsung dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Masukan (chip select, aktif rendah) digunakan untuk mengaktifkan ADC Jika berlogika tinggi, ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua keluaran berada dalam keadaan impedansi tinggi. Masukan (write atau start convertion) digunakan untuk memulai proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan keluaran (interrupt atau end of convertion) menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika Mode Operasi ADC Mode Operasi Kontinyu

43 Agar ADC0804 dapat dioperasikan pada mode operasi kontinyu (proses membaca terus menerus dan tanpa proses operasi jabat tangan), maka penyemat CS dan RD ditanahkan, sedangkan penyemat WR dan INTR tidak dihubungkan kemanapun. Prinsip kerja operasi kontinyu ini yaitu ADC akan memulai konversi ketika INTR kembali tidak aktif (logika 1 ). Setelah proses konversi selesai, INTR akan aktif (logika 0 ). Untuk memulai konversi pertama kali WR harus ditanahkan terlebih dahulu, hal ini digunakan untuk mereset SAR. Namun pada konversi berikutnya untuk mereset SAR dapat menggunakan sinyal INTR saat aktif (logika 0 ) dan mulai konversi saat tidak aktif (logika 1 ). Ketika selesai konversi data hasil konversi akan dikeluarkan secara langsung dari buffer untuk dibaca karena RD ditanahkan. Saat sinyal INTR aktif, sinyal ini digunakan untuk me-reset SAR. Saat INTR kembali tidak aktif (logika 1 ) proses konversi dimulai kembali Mode Operasi Hand-Shaking ADC0804 dioperasikan pada mode hand shaking. Agar ADC dapat bekerja, CS harus berlogika 0. Ketika WR berlogika 0, register SAR akan direset, sedangkan ketika sinyal WR kembali 1, maka proses konversi segera dimulai. Selama konversi sedang berlangsung, sinyal INTR akan tidak aktif (berlogika 1 ), sedangkan saat konversi selesai ditandai dengan aktifnya sinyal INTR (logika 0 ).

44 Setelah proses konversi selesai data hasil konversi tetap tertahan pada buffer ADC. Data hasil konversi tersebut akan dikeluarkan dengan mengirim sinyal RD berlogika 0. Setelah adanya sinyal sinyal RD ini, maka sinyal INTR kembali tidak aktif Fungsi Pin-Pin pada ADC 0804 Gambar 2.7 Konvigurasi pin-pin pada ADC 0804 Terdapat 20 buah pin pada ADC 0804,adapun fungsi dari ke 20 buah pin tersebut adalah: 1. Pin 1-3(CS,RD,WR) Merupakan masukan control digital dengan level tegangan logika TTL.Pin CS dan RD jika tidak aktif maka keluaran digital akan berada pada keadaan impedansi tinggi.pin WR bila dibuat aktif bersamaan dengan CS akan memulai dengan konversi. 2. Pin 4 dan pin 19(clock IN dan clock R)

45 Merupakan pin masukan dari schmitrigger.pin ini digunakan sebagai clock internal dengan menambah rangkaian RC. 3. Pin 5(INTR) Merupakan pin keluaran yang digunakana dalam system mikroprosesor.pin ini menunjukkan bahwa konversi telah selesai.pin ini akan mengeluarkan logika tinggi bila konversi dimulai dan akan mengeluarkan logika rendah bila konversi selesai. 4. Pin 6(Vin+) dan Vin 7(Vin -) Merupakan pin masukan untuk tegangan analog.vin + dan Vin adalah sinyal masukan diferensi.vin dihubungkan dengan masukan negative jika Vin + dihubungkan dengan ground dan Vin + akan dihubungkan ke masukan positif jika Vin dihubungkan dengan ground. 5. Pin 8 (AGND) dan pin 10 (DGND) Pin ini dihubungkan dengan ground. 6. Pin 9(Vref/2) Merupakan pin masukan tegangan referensi,yang digunakan sebagai referensi untuk teganganv masukan dari pin 6 dan Pin 11-18(Bus data 8 bit ) Merupakan jalur keluaran data 8 bit.pin merupakan data MSB dan pena 18 merupakan data LSB. 8. Pin 20 (V+)

46 Pin ini dihubungkan ke VCC 5 Volt. 2.6 LCD (Liquid Crystal Display) Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem dengan menggunakan mikrokontroler. LCD(Liquid Crystal Display) dapat berfungsi untuk menampilkan suatu nilai hasil sensor,menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler.pada praktek proyek ini,lcd yang digunakan adalah LCD 16 x 2 yang artinya lebar display 2 baris 16 kolom dengan 16 Pin konektor. Adapun konfigurasi dan deskripsi dari pin-pin LCD antara lain: VCC ( pin 1) Merupakan sumber tegangan +5V GND 0V ( pin 2) Merupakan sambungan ground VEE (pin 3) Merupakan input tegangan Kontras LCD RS Register Select (pin 4) Merupakan register pilihan 0 = Register Perintah, 1 = Register Data

47 R/W (pin 5) Merupakan read select, 1 = Read, 0 = Write Enable Clock LCD (pin 6) Merupakan masukan logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan data D0 D7 ( pin 7 pin 14) Merupakan Data Bus 1 7 ke port Anoda (pin 15) Merupakan masukan Tegangan positif backlight Katoda (pin 16) Merupakan masukantegangan negatif backlight Gambar LCD dapat di tunjukkan pada gambar 2.8

48 Gambar 2.8 LCD 2 X16 Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW: Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa sebuah data sedang dikirimkan. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low 0 dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika 1 dan tunggu dan berikutnya di set EN ke logika low 0 lagi. Jalur R/W adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika R/W berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika R/W berlogika high 1, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin R/W selalu diberi logika low 0

49 BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Rancangan Sistem Pada sistem kendali temperatur ruangan ini, penulis membuat range suhu antara 29 C sampai 50 C, dimana suhu normal yang ditetapkan adalah 37 C, 38 C dan 39 C, sehinga dibutuhkan sensor temperatur yang mampu mendeteksi temperatur dalam range tersebut. Dengan alasan tersebut, penulis menggunakan LM35 sebagai sensor temperatur pada sistem ini. Sebab LM35 mampu mendeteksi temperatur dari 0 0 C hingga C.

50 Kemudian agar sistem dapat menghasilkan data yang akurat, mudah dikalibrasi, dan dapat ditampilkan pada display sehingga temperatur dapat dengan mudah dipantau secara terus-menerus, dibutuhkan sebuah pengkondisi sinyal serta sarana penampil hasil olahan data. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sebuah sistem kendali temperatur ruangan berbasis mikrokontroler AT89S51 buatan Atmel. Berikut adalah gambar diagram blok fungsional sistem kendali temperatur ruangan. SENSOR SUHU LCD DRIVER LCD ADC MIKROKONTROLER RELAY PEMANAS RELAY PENDINGIN Gambar 3.1 Diagram Blok Pengaturan Temperatur Ruangan

51 Secara garis besar perancangan pengaturan temperatur ruangan terdiri dari beberapa blok rangkaian utama. Sensor suhu digunakan untuk menginputkan perubahan tegangan ke sistem ADC. Perubahan tegangan yang diterima oleh ADC masih dalam bentuk data analog. Sistem ADC akan mengubah data analog menjadi data digital agar dapat diterima oleh mikrokontroler, karena mikrokontroler hanya dapat menerima data digital. Pada sistem kendali temperatur ruangan ini, mikrokontroler yang digunakan adalah AT89S51. Di dalam AT89S51 inilah diisikan program suhu yang akan ditampilkan dan program untuk mengontrol suhu ruangan,diantaranya untuk menyalakan pemanas dan juga pendingin. Data masukan (input) pada mikrokontroler adalah data yang diterima dari ADC, sedangkan keluaran (output)-nya ada tiga. Yang pertama adalah driver LCD yaitu sebuah rangkaian yang menghubungkan antara mikrokontroler dengan LCD. Yang kedua adalah relay untuk pengaturan pemanas, dan yang ketiga adalah relay untuk pengaturan pendingin. 3.2 Rangkaian Power Supply ( PSA ) Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini : TIP32C LM7805CT 12 Volt Vreg 220V 50Hz 0Deg 1N5392GP 1N5392GP 100ohm 2200uF 1uF IN OUT 5 Volt 330ohm

52 Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply (PSA) Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 μf. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah. 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

53 Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pf. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada port 0 ini masing-masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0 berfungsi sebagai pull up( penaik tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 39 yang merupakan

54 P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supply. 3.4 Rangkaian Sensor Temperatur Sensor temperatur yang digunakan pada sistem pemantau ini adalah LM35. Sensor LM35 adalah sebuah piranti yang didisain untuk dapat memberikan tegangan keluaran (output) yang berubah-ubah secara linier seiring dengan perubahan suhu yang juga terjadi secara linier. LM35 bekerja dengan menggunakan tegangan sumber sebesar 4 volt hingga 30 volt DC. Pada aplikasi ini penulis menggunakan tegangan masukan 12 volt untuk rangkaian sensor temperatur. LM35 mempunyai jangkauan temperatur antara derajat Celcius dengan kenaikan 10mV untuk setiap derajat Celcius. Dengan karakteristik LM35 tersebut, maka diperlukan sinkronisasi antara LM35 dengan ADC eksternal yang digunakan.

55 ADC eksternal diberikan tegangan referensi 5V, dengan lebar data yang digunakan adalah 10 bit data. Sehingga besar tegangan setiap kenaikan satu bit adalah: Resolusi = 5V = 4,88mV 1024 = 5mV Resolusi 5 mv pada ADC, sedangkan kenaikan pada LM35 adalah 10 mv untuk setiap derajat Celcius yang akan menjadi masukkan pada ADC. Dengan keadaan tersebut, maka setiap kenaikan 1 derajat Celcius suhu yang dideteksi LM35, diterjemahkan dalam 2 bit data oleh ADC. Sehingga pada rangkain sensor temperatur tidak perlu ditambahkan rangkaian penguat pada keluarannya. 3.5 Rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) Input ADC dihubungkan ke sensor suhu LM35, sehingga setiap perubahan tegangan pada LM35 akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.

56 Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt. Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh mikrokonto Gambar 3.4 Rangkaian ADC 3.6 Rangkaian Relay Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.

57 Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian. Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi : a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus b. Normaly Close (OFF), saklar akan terbuka bila dialiri arus c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B. Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor. Jika transistor pada basis tidak

58 ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat. Simbol relay yang digunakan dan bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut ini: Vcc Dioda V B Tr a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver Gambar 3.5 Simbol Relay dan Rangkaian Driver Relay yang digunakan pada tugas akhir ini digunakan untuk mengaktifkan pada pemanas dan pendingin.untuk mengaktifkan pemanas dan pendingin ini maka dibutuhkan sebuah relay.relay aktif jika diberi logika high (5 volt) dan tidak aktif jika mendapat logika low (0 Volt). 3.7 Rangkaian Driver LCD (Liquid Crystal Display) Pada rangkaian ini hanya terdapat dua komponen yang berfungsi sebagai pelengkap, yaitu sebuah potensiometer dan sebuah dioda. Potensiometer berfungsi untuk penyesuaian layar

59 pada LCD (Liquid Crystal Display) dan dioda berfungsi sebagai penyearah arus yang masuk ke LCD. Gambar 3.6 Rangkaian Driver LCD M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk mengendalikan LCD.Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi sebagai pengendali LCD ini mempunyai CGROM (Character Generator Read

60 Only Memory), CGRAM (Character Generator Random Access Memory) dan DDRAM (Display Data Random Access Memory). DDRAM adalah merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada. Contoh, untuk karakter A atau 41H yang ditulis pada alamat 00, maka karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40, maka karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD. CGRAM adalah merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Namun memori ini akan hilang saat power supply tidak aktif, sehingga pola karakter akan hilang. CGROM adalah merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter di mana pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Namun karena ROM bersifat permanen, maka pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power supply tidak aktif tampak terlihat pola-pola karakter yang tersimpan dalam lokasi-lokasi tertentu dalam CGROM. Pada saat HD44780 akan menampilkan data 41H yang tersimpan pada DDRAM, maka HD44780 akan mengambil data di alamat 41H ( ) yang ada pada CGROM yaitu pola karakter A.

61 BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN 4.1 Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51 Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut: Loop: Setb P2.7 Acall tunda Clr P2.7 Acall tunda Sjmp Loop Tunda: Mov r7,#0ffh Tnd: Mov r6,#0ffh Djnz r6,$

62 Djnz r7,tnd Ret Program tersebut bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P2.7 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb P2.0 akan menjadikan P2.7 berlogika high yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED hidup. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P2.7 akan menjadikan P2.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut berkedip. Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan 12 waktu = 1 12 MHz = mikrodetik. Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan normal. 4.2 Pengujian Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display) Setelah rangkaian LCD diberikan tegangan sebesar 5V, maka LCD dapat menyala. Namun belum tentu LCD dapat bekerja dengan baik. Untuk mengetahui apakah

63 rangkaian LCD dapat menampilkan data yang diberikan, maka penulis membuat program sebagai berikut: rs equ p3.7 rw equ p3.6 en equ p3.5 pesan: 2 call clear_screen call data_penampil2 mov b,#'s' mov b,#'u' mov b,#'h'

64 mov b,#'u' mov b,#' ' mov b,#'r' mov b,#'u' mov b,#'a' mov b,#'n' mov b,#'g'

65 mov b,#'a' mov b,#'n' dari program yang telah diberikan, maka pada layar LCD muncul huruf yang tersusun sesuai perintah program di atas, yaitu: S-u-h-u R-u-a-n-g-a-n. 4.3 Pengujian Rangkaian Relay Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan heater dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close (NO), dengan demikian jika relay aktif maka hubungan heater ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika relay tidak aktif, maka hubungan heater ke sumber tegangan akan terputus.

66 Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktif dan heater hidup, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P2.0. Adapun rangkaian mikrokontroler dengan relay pada gambar 4.1 berikut: Gambar.4.1 Rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian relay Kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut: hairdrier bit P2.0 Setb hairdrier End

67 Perintah di atas akan memberikan logika high pada P2.0, sehingga P2.0 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan hairdrier menyala. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut: hairdrier bit P2.0 Clr hairdrier end Perintah di atas akan memberikan logika low pada P2.0, sehingga P2.0 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan hairdrier tidak menyala. 4.4 Diagram Alir (Flowchart) Diagram diawali dengan start yang artinya rangkaian dihidupkan,kemudian status suhu di cek sesuai dengan program yang telah di tentukan, suhu terendah yaitu 29 C dan suhu tertinggi yaitu 50 C.Untuk suhu normalnya yaitu 37 C, 38 C,dan 39 C.Jika suhu sudah suhu normal maka kipas non aktif dan hairdrier non aktif dan suhu

68 yang dihasilkan di tampilkan.sebaliknya jika suhu lebih kecil dari suhu normal,maka hairdrier aktif dan jika suhu diatas suhu normal,kipas aktif.setiap perubahan suhu ditampilkan di display. Adapun diagram alir (flowchart) dari rangkaian temperatur ruangan di tunjukkkan pada gambar 4.2 berikut:

69 4.5 Pengujian Rangkaian Keseluruhan

70 Setelah dilakukan pengujian secara keseluruhan pada alat tersebut yang merupakan gabungan dari beberapa jenis rangkaian dengan fungsi dan karakteristik yang berbedabeda yang tersusun menjadi satu kesatuan.walaupun tiap rangkaian memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda,tetapi dalam mekanisme kerja semua rangkaian rangkaian tersebut saling melakukan kerja yang terintegrasi.sehingga kerja yang dihasilkan juga sesuai dengan yang diharapkan.rangkaian-rangkaian tersebut selanjutnya dihubungkan sedemikian rupa antara satu dengan lainnya sesuai dengan mekanisme kerja yang diharapkan.adapun rangkaian yang diuji adalah rangkaian PSA,rangkaian ADC 0804,rangkaian relay,rangkaian mikrokontroler. Setelah keseluruhan dibuat dan diuji serta program lengkap dimasukkan ke mikrokontroller AT89S51, maka berikut ini adalah rangkaian kerja dari pengaturan temperatur ruangan yang dibuat : 1. Pada saat PSA dihidupkan, program pada mikrokontroller akan berjalan dan akan memberikan perintah pada tiap-tiap rangkaian.lm 35 akan mendeteksi suhu dan mikrokontroller akan menampilkannya ke display LCD. 2. Sesuai dengan masukan dari perubahan suhu yang terjadi,maka data masukan ke ADC berupa data analog dan diubah ke data digital oleh ADC.Kemudian perubahan data yang telah menjadi data digital dikirim ke mikrokontroller,mikrokontroller akan memberikan logika high atau logika low. Jika logika high maka relay akan aktif / high menyebabkan tegangan 12 Volt mengalir sehingga relay hidup dan mengaktifkan kipas/hairdrier. Jika

71 tidak terjadi hal demikian maka perlu dianalisa kerusakannya apakah rangkaian relay dari mikrokontroller yang rusak. 3. Jika perubahan suhu dibawah suhu normal maka heater akan aktif dan sebaliknya jika suhu diatas suhu normal maka kipas akan aktif. 4. Jika rangkaian tidak ada yang terhubung singkat atau bocor atau jika ada komponen yang rusak maka rangkaian akan berjalan sesuai yang diinginkan. 5. Jika ada kerusakan pada rangkaian maka diperiksa tiap sambungan ataupun tiap jalur menggunakan multimeter. Dengan demikian maka rangkaian dapat berjalan dengan baik apabila telah sesuai pada ketentuan diatas.

72 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil prototype aplikasi alat yang dapat mengatur temperatur ruangan, serta dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengolahan data dengan menggunakan ADC 0804 sangat mempermudah pemrosesan data pada mikrokontroler AT89S Dengan pemrograman bahasa assembler, perancangan Sistem Pengaturan Tempertatur menjadi lebih mudah dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. 3. Dengan menggunakan Pengaturan Temperatur ini, mempermudah pemantauan temperatur yang dilakukan secara terus-menerus melaui display LCD.

73 4. Pengaturan Temperatur Ruangan yang telah dibuat dapat bekerja dengan baik, dan menjaga kondisi suhu dalam suatu ruangan yang sebenarnya dan dapat di tampilkan di display LCD. 5.1 Saran Setelah melakukan penulisan ini di peroleh beberapa hal yang dapat di jadikan sebagai saran untuk dapat dilakukan perancangan alat ini menjadi lebih baik lagi,yaitu: 1. Agar diperoleh suatu suhu yang sangat stabil dalam suatu ruangan maka diperluka pengaturan temperatur ruangan untuk tetap menjaga suhu didalam ruangan itu agar stabil. 2. Untuk pemantauan temperatur dalam ruangan sebaiknya pembaca dapat mengaplikasikannya bukan hanya dengan LCD tapi mampu dengan menampilkan di running teks agar dapat melihat dengan lebih jelas dan dapat diletakkan di tempat yang jauh. 3. Agar pengukuran pengaturan temperatur ruangan lebih akurat sebaiknya pembaca mampu membuat program perubahan suhu setiap perubahan 0,1 C.

74 DAFTAR PUSTAKA Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Anonim, LM35 PrecisionCentigradeTemperature Sensors, November Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, Team Batara, Pelatihan Dasar Mikrokontroler AT89X, Batara Elektrindo.

75 LAMPIRAN PROGRAM LENGKAP rs equ p3.7 rw equ p3.6 pengalamatan LCD en equ p3.5 Kipas Bit P2.1 Pengelamatan kipas Heater Bit P2.0 Pengelamatan hairdrier Intrupt Bit P2.2 Pengalamatan Trigger Clr Kipas Clr Pemanas pesan: 2 call clear_screen call data_penampil2 mov b,#'s' mov b,#'u' mov b,#'h' mov b,#'u' mov b,#' '

76 mov b,#'r' mov b,#'u' mov b,#'a' mov b,#'n' mov b,#'g' mov b,#'a' mov b,#'n' utama: acall tadc mov a,p0 cjne a,#50,cek49 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'5' mov b,#'0' mov b,#'"' mov b,#'c'

77 mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek49: mov a,62h cjne a,#49,cek48 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'9' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek48: mov a,62h cjne a,#48,cek47 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4'

78 mov b,#'8' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek47: mov a,62h cjne a,#47,cek46 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'7' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama

79 cek46: mov a,62h cjne a,#46,cek45 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'6' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek45: mov a,62h cjne a,#45,cek44 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'5' mov b,#'"'

80 mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek44: mov a,62h cjne a,#44,cek43 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'4' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek43: mov a,62h cjne a,#43,cek42 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'('

81 mov b,#'4' mov b,#'3' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek42: mov a,62h cjne a,#42,cek41 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'2' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas

82 clr Pemanas ljmp utama cek41: mov a,62h cjne a,#41,cek40 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'1' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek40: mov a,62h cjne a,#40,cek39 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'4' mov b,#'0'

83 mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' Setb kipas clr Pemanas ljmp utama cek39: mov a,62h cjne a,#39,cek38 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'9' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas clr Pemanas ljmp utama cek38: mov a,62h cjne a,#38,cek37 call data_penampil3

84 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'8' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas clr Pemanas ljmp utama cek37: mov a,62h cjne a,#37,cek36 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'7' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')'

85 clr kipas clr Pemanas ljmp utama cek36: mov a,62h cjne a,#36,cek35 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'6' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek35: mov a,62h cjne a,#35,cek34 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3'

86 mov b,#'5' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek34: mov a,62h cjne a,#34,cek33 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'4' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek33:

87 mov a,62h cjne a,#33,cek32 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'3' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek32: mov a,62h cjne a,#32,cek31 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'2' mov b,#'"'

88 mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek31: mov a,62h cjne a,#31,cek30 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'3' mov b,#'1' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek30: mov a,62h cjne a,#30,cek29 call data_penampil3 call data_scan mov b,#'('

89 mov b,#'3' mov b,#'0' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')' clr kipas setb Pemanas ljmp utama cek29: mov a,62h cjne a,#29,balik_utama call data_penampil3 call data_scan mov b,#'(' mov b,#'2' mov b,#'9' mov b,#'"' mov b,#'c' mov b,#')'

90 clr kipas setb Pemanas ljmp utama balik_utama: ljmp utama data_penampil2: mov b,#0ch call data_scan mov b,#06h call data_scan mov b,#80h call data_scan ret data_penampil3: mov b,#0ch call data_scan mov b,#06h call data_scan mov b,#0c0h call data_scan ret ;tulisan tampil atau tidak ;geser kanan / kiri / tetap ;posisi awal karakter ;tulisan tampil atau tidak ;geser kanan / kiri / tetap ;posisi awal karakter clear_screen: mov b,#01h call data_scan ret data_scan: mov p1,b clr rs clr rw setb en clr en ret kirim_data: mov p1,b setb rs clr rw setb en clr en

91 ret delay: mov r7,#100 dly: mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,dly ret delay2: mov r7,#100 dly2: mov r6,#70 dl2: mov r5,#60 djnz r5,$ djnz r6,dl2 djnz r7,dly2 ret tadc: mov r7,#80h adc: mov r6,#50h djnz r6,$ djnz r7,adc ret end

92 LAMPIRAN 1 SKEMA RANGKAIAN PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN

93 LAMPIRAN 2a GAMBAR PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN TAMPAK ATAS

94 LAMPIRAN 2b GAMBAR PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN TAMPAK DEPAN

95 LAMPIRAN 3c GAMBAR PENGATURAN TEMPERATUR RUANGAN TAMPAK SAMPING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perangkat Keras 2.1.1. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan daya rendah, kemampuan tinggi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Hardware 2.1.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERANGKAT KERAS 2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras (Hardware) 2.1.1. Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroller dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras 2.1.1. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat keras Mikrokontroler AT89S51 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash,

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash, BAB 2 LANDASAN TEORI Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Programer Atmel seri S merupakan programer yang serbaguna, karena programer ini bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1 Konveyor Konveyor hanya bergerak ke satu arah saja, konveyor digerakkan dengan motor stepper 12V type. Sinyal keluaran dari motor stepper untuk menggerakkan konveyor dirangkaikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pertanian atau perkebunan, industri makanan, industri elektronika dan lain-lain.

BAB II LANDASAN TEORI. pertanian atau perkebunan, industri makanan, industri elektronika dan lain-lain. BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan salah satu informasi yang sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca pada sebuah daerah. Temperatur juga merupakan salah satu kunci penting dalam dunia pertanian

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Converter) ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada pesawat telepon

BAB II DASAR TEORI. disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada pesawat telepon BAB II DASAR TEORI 2.1. Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF) Dewasa ini hampir semua telepon yang ada sudah menggunakan tombol tekan yang disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB 2 DASAR TEORI

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. BAB 2 DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF) Dewasa ini hampir semua telepon yang ada sudah menggunakan tombol tekan yang disebut pesawat Telepon Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Pada

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Gas LPG TGS2610 2.1.1 Gambaran Umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori komponen-komponen pendukung.

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori komponen-komponen pendukung. 13 Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon

BAB 2 LANDASAN TEORI. dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 2.1.1.1 Pengenalan Mikrokontroler AT89S52 Perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dalam perkembangan dunia elektronika, khususnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

ALAT UKUR TEMPERATUR LINGKUNGAN MELALUI DISPLAY BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 LAPORAN TUGAS AKHIR DWI AGUNG SETIONO

ALAT UKUR TEMPERATUR LINGKUNGAN MELALUI DISPLAY BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 LAPORAN TUGAS AKHIR DWI AGUNG SETIONO ALAT UKUR TEMPERATUR LINGKUNGAN MELALUI DISPLAY BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya DWI AGUNG SETIONO 052408006

Lebih terperinci

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR LINIK ATUSANTI WARUWU 072408003 PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI xx BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler AT89S52 2.1.1 Gambaran umum Mikrokontroler AT89S52 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit yang memiliki 8 KB Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor BAB II TEORI DASAR 2. 1 Sistem Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroller adalah suatu perangkat keras yang memiliki memori dan peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Sistem pendeteksi intensitas cahaya yang akan dirancang pada tugas akhir ini adalah sebuah sistem yang menggunakan sebuah mikrokontroler, dimana sistem ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared).

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). 30 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). Buzzer PIR (Passive Infra Red) Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT 3.1 Perancangan Alat 3.1.1 Blok Diagram Perancangan Alat Rancangan dan cara kerja alat secara blok diagram yaitu untuk mempermudah dalam menganalisa rangkaian secara

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

CABLE LAN TESTER DENGAN TAMPILAN LCD TUGAS AKHIR DEMI SYAPUTRI

CABLE LAN TESTER DENGAN TAMPILAN LCD TUGAS AKHIR DEMI SYAPUTRI CABLE LAN TESTER DENGAN TAMPILAN LCD TUGAS AKHIR DEMI SYAPUTRI 052408082 PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil

BAB 2 LANDASAN TEORI. (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 M

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 M BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 M ikrokontroller AT89S51 Mikroprosesor ialah suatu chip (rangkaian terintegrasi yang sangat komplek) yang berfungsi sebagai pemroses data dari input yang diterima pada suatu sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROL SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 TUGAS AKHIR HILARIA JULYANA

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROL SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 TUGAS AKHIR HILARIA JULYANA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROL SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 TUGAS AKHIR HILARIA JULYANA 072408025 PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai system kerja yang sama. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Mikrokontroler AT89S52 2.1.1. Gambaran Umum Mikrokontroler,

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana BAGIAN 1 Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa trampil memprogram Port sebagai Input dan Output sederhana menggunakan bahasa pemrograman assembly Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Mahasiswa memahami Konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51 TAKARIR Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51 Assembly Listing Hasil dari proses assembly dalam rupa campuran dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Component Tester Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang dirancang khusus dengan menggunakan microcontroller AT89S52 sebagai pusat kendali

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. sistem atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya. Sensor air sederhana

BAB 2 DASAR TEORI. sistem atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya. Sensor air sederhana BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Prinsip Kerja Pembuka/Penutup Pintu Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu di perhatikan yaitu bagaimana cara merancang alat yang akan di buat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89S51 Didalam pembuatan alat ini peran penting mikrokontroller sangat berpengaruh dalam menentukan hasil akhir /output dari fungsi alat ini, yang mana hasil akhir/ouput

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, perancangan pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor ultrasonik ini terdiri dari Bar Display, Mikrokontroler ATMega8535, Relay,

Lebih terperinci

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632)

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) Deskripsi: M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN PENGOSONGAN TANGKI TUGAS AKHIR HENDRA BANJARNAHOR

IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN PENGOSONGAN TANGKI TUGAS AKHIR HENDRA BANJARNAHOR IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN PENGOSONGAN TANGKI TUGAS AKHIR HENDRA BANJARNAHOR 042408043 PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys Mengakses eksternal memori dan data memori pada DT-51 Minimum sistem. Membuat program untuk penulisan atau pembacaan data pada memori eksternal DT-51 MinSys. Memori

Lebih terperinci

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ADC0809 ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8 kanal input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan proses konversi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan

BAB II LANDASAN TEORI. keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT 35 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, rangkaian display papan skor LED dapat dibagi menjadi 6 blok utama, yaitu blok power supply, mikrokontroler, driver board, seven segmen,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram blok sistem secara umum Pada sub bab ini dibahas tentang uraian keseluruhan dari diagram blok sistem. Diagram blok sistem ini diperlihatkan pada gambar 3.1. Sensor

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SUHU RUANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SISTEM KENDALI SUHU RUANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 YOGYAKARTA, 8 NOVEMBER 00 ISSN 978-076 SISTEM KENDALI SUHU RUANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S5 Masruchin, Widayanti, Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Jl Marsda Adisucipto,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENGUJI KOMPONEN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DAN APLIKASINYA TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR, IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY

PERANCANGAN ALAT PENGUJI KOMPONEN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DAN APLIKASINYA TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR, IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY PERANCANGAN ALAT PENGUJI KOMPONEN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DAN APLIKASINYA TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR, IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY TUGAS AKHIR PILIYANTI 052408096 PROGRAM STUDI D3 FISIKA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Inframerah Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Perangkat Keras Prinsip Kerja Pembuka/Penutup Pintu

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Perangkat Keras Prinsip Kerja Pembuka/Penutup Pintu BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Prinsip Kerja Pembuka/Penutup Pintu Pintu air sebagai sistem kontrol, yang akan digerakkan oleh motor. Mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat proses untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN. 3.1 Diagram Blok dan Rangkaian Sensor Ketinggian Air

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN. 3.1 Diagram Blok dan Rangkaian Sensor Ketinggian Air BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN 3.1 Diagram Blok dan Rangkaian Sensor Ketinggian Air Sensor 1 Sensor 2 Sensor 6 Diplay 7 segment Dislay LED Penguat sinyal Penguat sinyal Penguat sinyal Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci