BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Penelitian. Peningkatan populasi lanjut usia yang lebih banyak akan terjadi di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang kesehatan sehinggga kualitas kesehatan penduduk serta usia harapan hidup juga meningkat. Akibatnya jumlah penduduk usia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Pada tahun 2005-2010 jumlah usia lanjut akan sama dengan anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa atau ±9% dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025 diperkirakan Indonesia akan menduduki peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan usia harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14% diantaranya berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling tinggi lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah 11,16%, Jawa Timur 11,14%, Bali 11,02% (Soelistiono, 2009). Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi besar dengan jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2000 mencapai 9,6 persen. Angka tersebut jauh di atas jumlah lansia Nasional yang hanya 7,6 persen pada tahun 2000. Usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun, dimana penduduk lansia wanita ratarata 67,2 tahun dan pria 63,8 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut berdampak pada berbagai persoalan yang akan dihadapi seperti masalah sandang, pangan, papan, kesehatan, ekonomi dan lainnya (Depkes, 2003). Di dalam GBHN 1993 disebutkan dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat

2 yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Di dalam Pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif (Maryam dkk., 2008). Meningkatnya jumlah lanjut usia maka membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial, dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2008). Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya. Kecemasan juga dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh (Siburian, 2008). Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

3 antara lain frustasi, konflik, ancaman, harga diri, lingkungan yang berupa dukungan sosial, lingkungan, pendidikan, usia dan jenis kelamin (Stuart, 2007). Kecemasan yang tidak dapat teratasi dapat memperberat timbulnya penyakit fisik dan gangguan akibat stress. Kecemasan kronis menimbulkan potensi depresi serta penyalahgunaan zat dan meningkatkan resiko bunuh diri (Doenges dkk., 2007). Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi atau koping yang digunakan. Darmojo dkk (1999) dalam Norkasiani dan Tamher (2009), mengatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada laki-laki yang cenderung lebih emosional. Selain itu, dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, tentunya akan memupuk rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi ( Norkasiani dan Tamher, 2009). Seperti halnya dukungan dari keluarga, dukungan dari lingkungan sosial juga sangatlah penting. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di cintai (Kuntjoro, 2002). Kecemasan tidak mengenal usia, akan tetapi semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menghadapi keadaan atau suatu masalah di dalam diri individu tersebut. Kedewasaan dan pengalaman dapat memperkaya hidup dan meningkatkan kebahagian seseorang, walaupun saat

4 menghadapi masalah kesehatan atau hubungan sekalipun (Norkasiani dan Tamher, 2009). Pentingnya untuk mengetahui usia, jenis kelamin, dukungan keluarga dan dukungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan dibanding faktor-faktor yang lain (tingkat pendidikan, motivasi, kondisi fisik) sebab merupakan faktor utama yang tidak bisa untuk dihindari. Bertambahnya usia serta adanya jenis kelamin manusia merupakan hal yang bersifat kodrati yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Siapapun pasti dilahirkan dalam sebuah keluarga dan sebagai makhluk sosial manusia pasti akan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui peran dari faktor usia, jenis kelamin, dukungan keluarga dan dukungan sosial terhadap terjadinya kecemasan. Kecemasan pada lanjut usia umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapatkan dukungan dari keluarga atau dari orang yang berada di sekitarnya, namun ada juga yang terus menerus cemas meskipun orang-orang disekitarnya telah memberikan dukungan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan dukungan sosial dapat diperlukan bila keadaannya sesuai, untuk mencegah hal-hal yang bertentangan seperti rasa takut, tertekan, cemas, depresi, stres, dan sebagainya. Dukungan sosial dan dukungan keluarga bermanfaat untuk perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan (Kuntjoro, 2002). Peran perawat sangat penting dalam upaya penanggulangan kecemasan dan berupaya agar pasien tidak merasa cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif secara biopsikososialspiritual. Penanganan kecemasan selain dilakukan oleh perawat juga dilakukan oleh dokter dengan farmakoterapi seperti pemberian obat Diazepam 5 mg dapat diberikan sampai tiga kali sehari. Pemberian asuhan keperawatan dan terapi saja ternyata tidak cukup, tetapi peran keluarga untuk memberikan dukungan merupakan kunci utama. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar panti wredha dalam mengatasi masalah kesehatan lanjut usia terutama masalah kecemasan. Kuntjoro (2002) memberi contoh nyata

5 yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat dirumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Hasil dari penelitian Yulianingsih (2006) yang berjudul analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan gangguan tidur pada lansia di Panti Whreda Wening Wardoyo Ungaran menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan tidur adalah depresi. Prevalensi terjadinya depresi pada lansia di panti tersebut yang termasuk didalamnya gangguan cemas adalah dari 70 responden, diantaranya 18 orang laki-laki dan 52 orang perempuan terdapat 32,9% (23 orang) yang menderita depresi ringan, 52,9% (37 orang) yang menderita depresi sedang, dan 14,3% (10 orang) yang menderita depresi berat. Menurut Roy & Jean (2007), sekitar 58% dari orang-orang yang menderita depresi juga menunjukkan gangguan kecemasan. Karena kemiripan gejala, seringkali ahli setuju bahwa depresi dan kecemasan berat terjadi pada saat yang sama. Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran merupakan salah satu tempat untuk merawat lansia di Karisidenan Semarang, dengan jumlah tempat hunian sebanyak 15 wisma. Rata-rata Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran merawat dan menampung sekitar 100 lansia. Kegiatan-kegiatan setiap harinya untuk lansia diatur sesuai jadwal kegiatan dan dilakukan secara rutinitas setiap harinya. Hasil survey pendahuluan yang peneliti laksanakan di panti Sosial Wredha Wening Wardoyo Ungaran, staf pegawai panti menjelaskan jumlah lansia terdiri dari laki-laki 33 orang dan perempuan 67 orang yang tinggal di panti tersebut. Beberapa disebabkan karena tidak mempunyai keluarga atau sengaja dititipkan oleh anggota keluarganya. Hasil wawancara dengan beberapa lansia mengatakan bahwa mereka sebenarnya lebih senang bersama-sama dengan anggota keluarga, tapi karena tidak ingin membebani anggota keluarganya mereka akhirnya bersedia tinggal di panti tersebut. Walaupun setiap harinya mereka berada di panti dan dapat

6 mengikuti setiap kegiatan yang dijadwalkan tapi mereka masih selalu memikirkan keluarga yang berada di rumah. Sehingga membuat mereka merasa cemas, kurang tidur, dan kadang bermimpi buruk tentang keadaan keluarga yang dirumah. Beberapa diantara lansia yang Wening Wardoyo Ungaran juga ada yang mengalami depresi karena kurang bisa menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada di Wening Wardoyo Hal-hal tersebut merupakan beberapa gejala awal kecemasan lansia. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha Wening Wardoyo B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan suatu masalah sebagai berikut: Hubungan karakteristik dukungan keluarga dan dukungan sosial dengan terjadinya kecemasan pada lanjut usia (lansia) di Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan usia atau umur, jenis kelamin, dukungan keluarga dan dukungan sosial pada lanjut usia (lansia) di Panti Wredha Wening Wardoyo b. Mengidentifikasi hubungan usia atau umur dengan terjadinya

7 c. Mengidentifikasi hubungan jenis kelamin dengan terjadinya d. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan terjadinya e. Mengidentifikasi hubungan dukungan sosial dengan terjadinya D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut: 1. Manfaat Instansi Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran Sebagai bahan masukan bagi Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran dalam memberikan pelayanan yang tepat pada lanjut usia. 2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Untuk penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam penatalaksanaan lanjut usia. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lansia, sehingga membantu dalam pembelajaran terhadap kecemasan lansia. 3. Manfaat Bagi Perawat Memberikan informasi tentang faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada lanjut usia sehingga akan berpengaruh terhadap strategi koping yang digunakan perawat untuk membantu mengatasi masalah tersebut. 3. Manfaat Bagi Peneliti Untuk menambah pemahaman dan pendalaman peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lanjut usia di Panti Wredha Wening Wardoyo

8 E. Bidang Ilmu Bidang keperawatan gerontik khususnya yang berhubungan dengan kecemasan pada lanjut usia (lansia).