BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING. Etik

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Teoretis

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sains merupakan suatu proses yang didalamnya terkandung sikap ilmiah, hal

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II Landasan Teori

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang, Pembelajaran IPA, Hasil Belajar, dan Model Discovery. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Trianto (2010:53), Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya. Menurut Hamalik (dalam Hosnan, 2014:18), menambahkan bahwa, Pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Hosnan, 2014:18), mengemuka tentang pengertian pembelajaran bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan segaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Menurut Hosnan (2014:18), pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik atau tidak. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan kolaborasi yang dilakukan guru dan peserta didik serta untuk menyampaikan pesan 6

7 (pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan) dengan menggunakan berbagai model pembelajaran supaya tercipta lingkungan yang kodusif sehingga tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai. Pembelajaran yang ada di sekolah dasar, yang berkaitan dengan lingkungan adalah pembelajaran IPA. Menurut Fowler (dalam Trianto, 2010:136) berpendapat bahwa, IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan menurut Trianto (2010;136) berpendapat bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris Science. Kata Science terdiri dari sosial Sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan Natural Sciences (ilmu pengetahuan alam). Namun Science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa alam yang ada di Bumi dan gejala-gejalanya melalui proses ilmiah dibangun dengan sikap ilmiah sehingga menghasilkan produk ilmiah (fakta, konsep, dan prinsip). Pembelajaran IPA pada tingkat manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia. Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan karena ciri-ciri tersebut membedakan dengan pembelajaran lainnya (Trianto, 2012142). Nilai-nilai IPA yang ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut Laksmi (dalam Trianto, 2012:142) antara lain sebagai berikut: 1. Kecakapan bekerja, berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

8 2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Laksmi (dalam Trianto, 2012:142) mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu : 1. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap. 2. Menanamkan sikap hidup ilmiah. 3. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan. 4. Mendidik peserta didik untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya. 5. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah pembelajaran IPA adalah bagaimana peserta didik dapat mengerti mengenai konsep yang ada di dalam IPA melalui apa yang mereke dengar dan mereka lihat. 2.1.2 Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan- Nya. 2. Mengembang pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dalam penelitian ini tujuan dari pelajaran IPA adalah untuk melatih peserta didik dalam memahami konsep IPA melalui aktivitas belajar yang mereka lakukan sendiri, dimana peserta didik akan menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan sikap ilmiah sehingga mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui pembelajaran Discovery. 2.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar peserta didik berkaitan dengan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar (Priansa, 2014:123). Tujuan belajar meliputi bertambahnya pengetahuan dan keterampilan sehingga pencapaian tujuan belajar adalah memperoleh hasil belajar yang baik (Tampubolon, 2013:140). Sedangkan menurut Hamalik (2006:155) mengemukakan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilan. Menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam Tampubolon (2013:3), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukan dengan tes yang diberikan guru.

10 Berdasarkan beberapa teori hasil belajar diatas peneliti dapat simpulkan bahwa semua hasil belajar mengarahkan pada perubahan perilaku peserta didik saat melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajar, pengukuran hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan tes sebagai alat ukurnya. 2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Pengertian Discovery Learning menurut Jerome Bruner adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Hal yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di keas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya Discovery Learning, yaitu urid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. (Hosnan, 2014:281). Menurut Hamalik dalam (Takdir, 2012:29-30), menyatakan bahwa Discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektual merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan mereka dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar yang membuat mereka sering kehilangan semangat dan gairah ketika mengikuti materi pelajaran. Penemuan (Discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model pembelajaran ini menekakkan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (Hosnan, 2014:280-281). Menurut Mulyasa, (dalam Ilahi,

11 2012:32) menyatakan bahwa, Discovery Strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Sedangkan menurut Hosnan, (2014:282) pembelajaran Discover Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba dan memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Berdasarkan pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menggunakan kemampuannya dalam mecari jawaban atas suatu masalah atau pertanyaan. Dengan demikian peserta didik mampu menemukan konsep dan prinsip secara mandiri, bukan dijejali oleh pengetahuan. Proses pembelajaran Discovery Learning menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Dengan ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri informasi secara tradisional yang biasa dilakukan. 2.1.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Menurut Ilahi, (2012:82-86), langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut: 1. Adanya masalah yang akan dipecahkan (Problem Solving). 2. Sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif anak didik. 3. Konsep atau prinsip yang ditemukan harus ditulis secara jelas. 4. Harus tersedia alat atau bahan yang diperlukan. 5. Suasana kelas harus diatur sedemikian rupa.

12 6. Guru memberikan kesempatan anak didik untuk mengumpulkan data. 7. Harus dapat memberikan jawaban secara tepat sesuai dengan data yang diperlukan anak didik. Sedangkan menurut Hosnan (2014:289) langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). 3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari. 4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. 6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Discovery Learning menurut para ahli, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang di uraikan menggunakan model Discovery Learning dalam pokok bahasan energi panas dan energi bunyi dapat mengikuti langkah-langkah pembelajaran seperti, (Stimuli, Identifikasi masalah, Pengumpulan data, Pengolahan data, Pembuktian, dan Menarik kesimpulan). Pelaksanaan strategi Discovery Learning di kelas, Menurut Syah (dalam Hosnan, 2014:289-291),ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: a. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan)

13 Pada tahap ini pertama-tama peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. b. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahapan ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. d. Data Processing (Pengolahan Data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada,

14 pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f. Generalization (Menarik Kesimpulan/ Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. 2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Di dalam pemanfaatan dan penggunaan model Discovery juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ilahi (2012:68-73), ada 5 kelebihan dan 4 kelemahan model Discovery sebagai berikut, yaitu : a) Kelebihan Model Discovery dibandingkan dengan model lain yaitu : 1. Dalam penyampaian bahan Discovery Strategy digunakan kegiatan dan pengalaman langsung.kegiatan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna. 2. Discovery Strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak didik dapat bekerja langsung menerapkan berbagai bahan ujicoba yang diberikan guru, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan kemampuan intelektual yang dimiliki. 3. Discovery Strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini, mereka memiliki peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari. 4. Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan Discovery Strategy akan lebih mudah diserap oleh anak didik

15 dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran. 5. Discovery Strategy banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri. b) Kelemahan Model Discovery dibandingkan dengan model lain yaitu : 1. Berkenaan dengan waktu. Belajar mengajar menggunakan Discovery Strategy membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. 2. Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. Dalam belajar Discovery, sering mereka menggunakan empirisnya yang sangat subjektif untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. 3. Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas ini menimbulkan kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan pengajaran Discovery Strategy. 4. Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar Discovery Strategy menuntut kemandirian, kepercayaan pada diri sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subjek. Tuntutan terhadap pembelajaran Discovery Strategy, sesungguhnya membutuhkan kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik. Tuntutantuntutan tersebut, setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kelebihan dan keterbatasan Discovery Strategy tersebut, tentunya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Discovery Strategy yang melibatkan para anak didik secara langsung dalam proses pembelajaran, tidak selamanya mempermudah pembelajaran. Keterbatasan metode Discovery

16 Strategy menjadi sebuah permasalahan tersendiri dalam pembelajaran.oleh katena itu, kelebihan dan keterbatan Discovery Strategy membutuhkan sebuah komunikasi yang saling berkesinambungan dan sejalan dengan minat dan kebutuhan mereka dalam memahami Discovery Strategy sebagai strategi pembelajaran. 2.2. Penelitian yang Relevan Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini adalah hasil penelitian yang berjudul peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan metode Guided Inquiri-Discovery pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar kecamatan Karanganyar Kabupaten Karananyar tahun pelajaran 2011/2012 (Rahmawati:2012) berdasarkan hasil analisis data menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPA dengan rata-rata pada pra tindakan 65,28 dengan ketuntasan 52,38 %, pada siklus I meningkat menjadi 72,90 dengan ketuntasan 71,42 %, dan siklus II terjadi peningkatan secara signifikan yaitu 79,57 dengan ketuntasan 90,46 % sehingga berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis F. Khamdani (2011) dengan judul Upaya meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan metode pembelajaran penemuan (Discovery) pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngabeyan Kartasura tahun 2010/2011, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa sebelum tindakan kelas memperoleh daya serap 46,43 %. Sedangkan di akhir hasil belajar siswa mencapai daya serap 100 %. Berdasarkan beberapa penelitian tentang penggunaan model Discovery dalam pembelajaran dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian, penelitian tersebut mendukung penelitian yang akan dilakukan peneliti yang menekankan penggunaan model Discovery untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar. Namun, penelitian yang dilakukan memiliki persamaan yaitu sama-sama mengukur hasil belajar dan instrumen yang digunakan

17 menggunakan teknik tes. Sedangkan perbedaan yaitu terletak pada masalah yang ditelit, subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, tujuan penelitian, dan variabel penelitian. 2.3. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang telah berlangsung di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dan kurang melibatkan peserta didik. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran perlu dilakukan. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah melalui mendesain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model Discovery. Model Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Berdasarkan pada teori tersebut, penulis memilih model Discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA. Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir PEMBELAJARAN Guru menyampaikan materi dengan ceramah Guru menciptakan pembelajaran aktif dan inovatif Pembelajaran kurang efektif Model pembelajaran Discovery Peserta didik memecahkan masalahnya sendiri Peserta didik kurang aktif, hanya sebagai pendengar Tingkat pemahaman peserta didik kurang, memperoleh hasil belajar < 75 Tingkat pemahaman peserta didik naik, hasil belajar meningkat >75

18 Berdasarkan gambar 2.1 peta konsep kerangka berpikir memiliki tiga sub yaitu kondisi awal, tindakan dankondisi akhir. Pada kondisi awal guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran kurang efektif, peserta didik kurang aktif, hanya sebagai pendengar dan tingkat pemahaman peserta didik kurang berdampak pada hasil belajar peserta didik 75. Berdasarkan kondisi kelas tersebut peneliti melakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Discovery yaitu guru menciptakan pembelajaran aktif dan inovatif sehingga peserta didik dapat memecahkan masalahnya sendiri menggunakan model Discovery dan pada kondisi akhir tingkat pemahaman peserta didik akan meningkat, hasil belajar peserta didik diatas >75. 2.4. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikembangkan, maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran Discovery dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan proses pembelajaran, hasil pembelajaran meliputi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik pada siswa kelas IV semester II SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, Tahun Ajaran 2015/2016 secara signifikan minimal 10%. Dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran model Discovery yaitu, Stimulation (stimulus/ pemberian ragsangan), Data Collection (pengumpulan data), Data Processing (pengolahan data), Verification (pembuktian), dan Generalization (menarik kesimpulan). 2. Penerapan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester II SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, Tahun Ajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar IPA serta meningkatkan peran aktif peserta melalui aktivitas guru dan aktivitas peserta didik.