I. PENDAHULUAN. Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km 2 dengan garis pantai

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

rovinsi alam ngka 2011

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2014 TENTANG

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPPS) ildalah Badan Usaha. Milik Negara (BUMN), didirikan berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dm

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2012, No

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

Katalog BPS:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya terutama sumberdaya perikanan laut yang cukup besar. Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional yang mempunyai tujuan antar lain untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Menurut catatan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia yang mencapai 6,7 juta ton/tahun tersebar di wilayah perairan teritorial Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan sudah dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton pada tahun 2004 atau 91,8 persen dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Potensi perikanan laut Indonesia berasal dari sumberdaya ikan Tuna, ikan Cakalang/Tongkol, udang laut, dan perikanan laut lainnya. Jumlah produksi perikanan laut Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Potensi perikanan Indonesia yang besar merupakan asset potensial dalam memberikan kontribusi yang signifikan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut. Peningkatan produksi perikanan Indonesia tentunya sangat berpengaruh sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk di dunia. Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti dengan perubahan pola masing-masing masyarakat. Peningkatan kualitas hidup

menyebabkan bergesernya komposisi jenis makanan ke makanan sehat yang dicirikan dari rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya kandungan protein sebagaimana terdapat pada ikan. Tabel 1. Produksi Perikanan Laut Indonesia, Periode Tahun 1999-2003 PROVINSI 1999 2000 2001 2002 2003 Satuan : Ton Rata-rata kenaikan (%) JUMLAH 3 682 444 3 807 191 3 966 480 4 073 506 4 383 103 4.47 SUMATERA 1 113 099 1 180 667 1 242 628 1 240 034 1 319 712 4.38 Nanggroe Aceh Darussalam 111 690 90 348 102 824 92 236 134 077 7.44 Sumatera Utara 314 359 338 215 341 325 345 193 341 183 2.12 Sumatera Barat 92 126 95 508 100 880 85 745 98 431 2.27 R I a u 263 424 286 290 301 519 308 595 313 473 4.48 J a m b i 37 387 41 106 44 935 45 262 48 826 6.97 Sumatera Selatan 146 937 157 530 46 192 49 724 61 368-8.10 Bangka Belitung - - 127 866 136 526 143 897 6.09 Bengkulu 24 759 24 169 25 602 25 903 27 211 2.44 Lampung 122 417 147 501 151 485 150 850 151 246 5.76 J A W A 828 309 820 774 929 072 999 139 975 519 4.37 Banten - - 108 109 64 966 52 871-29.26 DKI Jakarta 94 723 105 179 107 136 106 668 120 827 6.43 Jawa Barat 177 183 169 585 141 261 150 010 149 158-3.84 Jawa Tengah 262 172 246 514 274 809 281 268 236 235-2.04 D.I. Yogyakarta 1 248 1 428 1 339 1 641 1 775 9.73 Jawa Timur 292 983 298 068 296 418 394 586 414 653 9.85 BALI - NUSATENGGARA 208 709 223 057 229 691 246 841 264 138 6.08 B a l i 50 660 55 910 59 103 81 650 95 223 17.71 Nusa Tenggara Barat 78 446 85 709 86 597 79 727 81 092 1.02 Nusa Tenggara Timur 79 603 81 438 83 991 85 464 87 823 2.49 KALIMANTAN 287 252 284 344 302 632 311 126 307 695 1.78 Kalimantan Barat 61 667 61 503 64 616 64 896 63 618 0.81 Kalimantan Tengah 51 785 53 018 55 911 56 071 45 176-2.83 Kalimantan Selatan 96 597 97 886 99 390 106 070 111 098 3.58 Kalimantan Timur 77 203 71 937 82 715 84 089 87 803 3.56 SULAWESI 704 854 734 269 751 902 798 609 820 977 3.90 Sulawesi Utara 181 891 187 770 183 862 196 239 182 321 0.20 Gorontalo - - 22 413 32 171 33 168 23.32 Sulawesi Tengah 87 552 92 350 79 639 65 771 65 569-6.50 Sulawesi Selatan 278 397 309 890 306 115 337 042 354 399 6.34 Sulawesi Tenggara 157 014 144 259 159 873 167 386 185 520 4.56 MALUKU - IRIAN JAYA 540 221 564 080 510 555 477 757 695 062 8.50 Maluku 361 111 361 112 217 642 171 536 373 771 14.25 Maluku Utara - - 83 783 91 342 77 832-2.88 Papua 179 110 202 968 209 130 214 879 243 459 8.10 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004 Menurut catatan Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), secara umum perdagangan hasil perikanan dunia terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,50 persen per tahun sepanjang tahun 1990-an dengan nilai US$ 10,37 2

miliar. Laju pertumbuhan produksi ikan dunia masih didominasi oleh perikanan tangkap sekitar 80 persen dengan laju pertumbuhan 1,7 persen per tahun. Berdasarkan data dari Badan Pangan Dunia (FAO, 1997), konsumsi ikan dunia telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1973 dan negara-negara berkembang mengambil peran penting dalam masalah ini. Republik Rakyat China dengan dominasi dalam faktor pendapatan dan kependudukan, telah mendominasi konsumsi ikan dunia dan menggeser posisi Jepang, dimana konsumsi ikannya sebanyak 36 persen pada tahun 1997 artinya telah terjadi peningkatan konsumsi bila dibandingkan dengan tahun 1973 hanya sebesar 11 persen. Jepang pada tahun yang sama menurun dari 24 pada tahun 1973 menjadi 11 persen pada tahun 1997. Untuk menggali potensi perikanan tersebut, sekaligus memenuhi permintaan ikan dunia, maka perlu ditumbuh-kembangkan usaha di bidang perikanan dengan menciptakan suatu kondisi yang kondusif dalam rangka pengembangan usaha perikanan dan menunjang investasi. Pelabuhan perikanan dibangun untuk mendukung pembangunan perikanan. Pelabuhan perikanan merupakan sentra perikanan laut yang sangat penting peranannya di dalam rantai sistem perikanan laut. Pelabuhan perikanan merupakan tempat berlindung atau berlabuh bagi kapal-kapal perikanan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti mengisi bahan perbekalan, mendaratkan ikan hasil tangkapan, perawatan dan perbaikan alat tangkap dan kapal. Salah satu masalah pokok yang penting diperhatikan dalam penyediaan pelabuhan perikanan adalah pengelolaannya. Kegiatan pengelolaan pada pelabuhan perikanan meliputi kegiatan antara lain kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, rehabilitasi dan yang utama berupa pelayanan pengusahaan pelabuhan perikanan. Jika pengelolaan pelabuhan perikanan tidak terlaksana 3

dengan baik, maka hal ini dapat mengganggu perwujudan fungsi dan peranan pelabuhan perikanan dalam mendukung atau menunjang pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Menurut data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2004) terdapat lima Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), sebelas Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), empat puluh Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang terdiri dari tiga PPP yang dikelola oleh Departemen Kelautan dan Perikanan dan tiga puluh tujuh PPP yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.26I/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, dan dalam rangka menunjang peningkatan produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya ikan yang bertanggung jawab, pelabuhan perikanan dikelompokkan menjadi pelabuhan perikanan yang belum diusahakan dan pelabuhan perikanan yang diusahakan. Maksud pelabuhan perikanan yang belum diusahakan adalah bahwa seluruh kegiatan pengelolaan di pelabuhan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan, sedangkan yang dimaksud dengan pelabuhan perikanan yang diusahakan adalah sebagian sarananya dikelola secara produktif dan ekonomis oleh Perusahaan Umum (Perum) yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan sarana yang bersifat untuk pelayanan umum atau tidak bersifat ekonomis dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan. Berkaitan dengan hal tersebut, pelabuhan perikanan samudera yang belum diusahakan terdiri dari Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, 4

sedangkan Pelabuhan Perikanan Samudera yang diusahakan meliputi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta yang kemudian menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan tipenya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan pelabuhan perikanan tipe A atau kelas I yang sekaligus menjadi pelabuhan perikanan yang terbesar dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan rata-rata pelabuhan perikanan lainnya di Indonesia. Tujuan utama distribusi dan pemasaran ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah ekspor ke manca negara. Dalam upaya menjamin kelancaran produksi hingga sampai ke konsumen maka dalam pengelolaannya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dilengkapi dengan berbagai sarana/fasilitas yang berfungsi menunjang kelancaran kegiatan perikanannya. Fasilitas-fasilitas yang telah dibangun di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman terdiri dari fasilitas pokok (kolam pelabuhan, pemecah gelombang, dermaga, jalan kawasan pelabuhan, tanah), fasilitas fungsional (tempat pelelangan ikan, tempat pemasaran ikan, tempat pengolahan ikan, gudang perbekalan ikan, pabrik es, ruang pendingin, tempat perawatan kapal, unit pengolahan limbah, dan lain-lain), dan fasilitas penunjang (gedung pertemuan nelayan, perkantoran, fasilitas sosial dan umum, pertokoan). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.10/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan, pasal 18 butir (3) menyebutkan pengusahaan pelabuhan perikanan terdiri atas dua bagian yaitu : (1) Penyewaan fasilitas yang bersifat tetap dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan yang antara 5

lain : penyewaan lahan, penyewaan bangunan, penyewaan cold storage, penyewaan peralatan; (2) pelayanan jasa yang antara lain : jasa pelayanan kapal, barang dan alat, pemenuhan perbekalan kapal perikanan, pelelangan ikan, pas masuk dan parkir, pengujian mutu dan jasa lainnya. Direktorat Jenderal Perikanan (1999) menyatakan bahwa pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta mulai dilakukan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1986. Sampai dengan tahun 2006, jumlah usaha yang melakukan aktivitas di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebesar 796 unit yang terdiri dari usaha perikanan skala besar 46 unit, usaha perikanan skala menengah 39 unit, usaha perikanan skala kecil 83 unit, pedagang eceran 521 unit dan pedagang kaki lima 107 unit (Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, 2006). Perkembangan tersebut mengisyaratkan beberapa hal yaitu (1) tingginya animo pengusaha perikanan, khususnya usaha penangkapan dan pengolahan, (2) tingginya lapangan kerja yang tersedia, (3) semakin beratnya daya dukung lingkungan, dan (4) dalam jangka panjang dikhawatirkan nilai guna lahan dan fasilitas yang tersedia menjadi menurun. Selama 20 tahun, seluruh fasilitas yang telah dibangun dioperasikan sesuai dengan manfaatnya dalam memberikan pelayanan bagi yang membutuhkan walaupun secara faktual ternyata masih belum mampu memberikan pelayanan maksimal dan mendorong secara optimal berkembangnya industri perikanan. Belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat dimungkinkan karena keterbatasan kapasitas fasilitas, mutu yang dihasilkan, jenis fasilitas yang dibangun dengan semakin meningkatnya jumlah armada perikanan; penyusutan nilai manfaat fasilitas dikarenakan usia pemakaiannya dan minimalnya 6

pemeliharaan dan tidak terlepas dari kondisi ekonomi nasional maupun internasional yang kurang kondusif, misalnya naiknya harga Bahan Bakar Minyak Solar Industri yang langsung berdampak pada kapal perikanan. Mencermati kondisi di atas maka diperlukan suatu kajian pengelolaan pelabuhan perikanan samudera dalam mendukung pembangunan perikanan yang tepat khususnya pada Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pamudera Nizam Zahman Jakarta dalam mendukung pembangunan perikanan Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta saat ini. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dalam mendukung pembangunan perikanan. 3. Bagaimana sasaran kegiatan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta 4. Alternatif strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk pengelolaan pelabuhan perikanan samudera dalam mendukung pembangunan perikanan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta saat ini. 7

2. Mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 3. Merumuskan sasaran kegiatan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 4. Merekomendasikan alternatif strategi pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dalam mendukung pembangunan perikanan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan solusi alternatif strategi pengelolaan pelabuhan kepada pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perikanan guna mendukung pembangunan perikanan dan kelautan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kajian dibatasi pada tahap pemberian solusi alternatif strategi pengelolaan pelabuhan perikanan. 8