BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan terkait lingkup pertanyaan penelitian yang menjadi acuan dalam proses analisis dan pembahasan, berikut kesimpulan kajian tingkat walkability pada kawasan Kampung Sosrowijayan. 6.1.1. Kondisi Walkability Kawasan Kampung Sosrowijayan Kondisi walkability kawasan Kampung Sosrowijayan sebagian besar area walkable dengan tingkat walkability tinggi. Dilihat dari hasil pengukuran area Sosrowijayan Wetan memiliki tingkat walkability lebih tinggi dibandingkan area Sosrowijayan Kulon yang hanya berada pada kisaran indeks nilai sedang. Dalam studi kasus yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada 2 (dua) jenis jalur pedestrian di dalam kawasan, yaitu Jalur Pedestrian Primer dan Sekunder. Jalur pedestrian primer adalah jalur utama atau gang utama dalam kawasan, dimana merupakan jalur penghubung dengan jalan raya (batasan kawasan) serta penghubung antara gang - gang utama lainnya yang langsung menuju ke luar kawasan dengan lebar pedestrian (lebih dari atau sama dengan) 1.5 meter dan durasi aktivitas yang tinggi. Sedangkan Jalur Pedestrian Sekunder adalah jalur alternatif, dimana merupakan jalur pintas penghubung antara gang utama dengan gang utama lainnya di dalam kawasan dengan lebar pedestrian berkisar 1 1.5 meter dan durasi aktivitas yang tidak terlalu tinggi (sedang). Untuk lebih jelasnya, hasil temuan kondisi walkability kawasan Kampung Sosrowijayan pada studi kasus diklasifikasikan berdasarkan 2 (dua) area dengan jenis jalur pedestriannya masing-masing, yaitu: A. Sosrowijayan Wetan 1. Jalur Pedestrian Primer dengan indeks nilai tingkat walkability tinggi pada Jalur Pedestrian Primer 2 (JP.2), Jalur Pedestrian Primer 3 (JP.3),
dan Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.4). Sedangkan indeks nilai sedang pada Jalur Pedestrian Primer 1 (JP.1). 2. Jalur Pedestiran Sekunder dengan indeks nilai walkability tinggi pada Jalur Pedestrian Sekunder 1 (JS.1, indeks nilai tertinggi pada studi kasus), Jalur Pedestrian Sekunder 3 (JS.3), Jalur Pedestrian Sekunder 4 (JS.4), dan Jalur Pedestrian Sekunder 6 (JS 6). Sedangkan indeks nilai sedang pada Jalur Pedestrian Sekunder 2 (JS.2) dan Jalur Pedestrian Sekunder 5 (JS.5). Jalur Pedestrian Primer maupun Sekunder tidak memiliki perbedaan signifikan pada indeks nilai hasil pengukuran. Hanya pada parameter keterhubungan jalur pedestrian yang memiliki perbedaan nilai, dimana Jalur Pedestrian Primer memiliki nilai lebih tinggi dikarenakan jalurnya relatif lebih lurus dan terhubung dengan baik dibandingkan Jalur pedestrian Sekunder. B. Sosrowijayan Kulon 1. Jalur Pedestrian Primer dengan indeks nilai tingkat walkability sedang pada seluruh jalur pedestrian, yaitu : Jalur Pedestrian Primer 1 (JP.1), Jalur Pedestrian Primer 2 (JP.2, indeks nilai terendah pada studi kasus), Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.3), dan Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.4). 2. Jalur Pedestiran Sekunder dengan indeks nilai walkability sedang pada seluruh jalur, yaitu : Jalur Pedestrian Sekunder 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (JS.1, JS.2, JS.3, JS.4, JS.5, dan JS.6). Jalur Pedestrian Primer maupun Sekunder tidak memiliki perbedaan signifikan pada indeks nilai hasil pengukuran. Hanya pada parameter ketersediaan jalur pedestrian yang memiliki perbedaan nilai, dimana Jalur Pedestrian Sekunder memiliki nilai lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik jalurnya lebih baik dibandingkan Jalur Pedestrian Primer. Dalam arahan desain, tiap jalur yang memilki indeks sedang (terlebih yang sudah mendekati indeks nilai rendah) serta aspek - aspek dari tiap parameter yang masih kurang baik akan menjadi prioritas.
6.1.2. Komponen - Komponen yang Berkonstribusi pada Tingkat Walkability di Kawasan Kampung Sosrowijayan A. Sosrowijayan Wetan Karakteristik utama dari area Sosrowijayan Wetan sebagai area dengan tingkat walkability yang tinggi adalah memiliki tingkat Shaped dan Connected yang tinggi, dimana karakteristik jalur pedestrian yang terdefinisi dengan baik (kondisi fisik jalur dan pelingkupnya), jalur relatif lurus dan sebagian besar accessible bagi pejalan kaki normal maupun berkebutuhan khusus (difable) tanpa mengalami gangguan yang membahayakan baik dari PKL, penghalang permanen maupun temporer dan pengguna jalur lainnya. Diikuti dengan karakteristik lainnya seperti : ketersediaan penerangan yang memadai, tidak banyak konflik dengan moda lain, ketersediaan teduhan, ketersediaan signage dan amenities, serta kemenarikan aktivitas dan pembentuk ruang. Untuk lebih jauh mengetahui kontribusi tiap komponen dalam membentuk walkability di area Sosrowijayan Wetan, berikut akan dijabarkan kesimpulan hasil pengukuran tingkat walkability berdasarkan komponen dan parameter yang digunakan. 1. Shaped Ketersediaan Jalur Pedestrian Jalur pedestrian baik dan dapat dikatakan layak di sebagian area, baik dari elemen floor (material penutup jalur dan saluran drainasi) maupun elemen walls (pelingkup ruang). 2. Connected Keterhubungan Jalur Pedestrian Keterhubungan dan kejelasan cenderung tinggi karena jalur pedestrian yang ada relatif lurus, sehingga tidak membingungkan bagi pejalan kaki dalam mencapai tujuan.
3. Comfortable Ketersediaan Teduhan Ketersediaan vegetasi peneduh cenderung minim, kebanyakan hanya bantuan dari tritisan bangunan sekitar sehingga kurang efektif di saat hujan. Dimensi Jalur dan Aksesibilitas Aksesibiltas jalur pedestrian yang ada meliputi kondisi material penutup dan lebar efektif, cukup baik di sebagian besar area. Namun belum ditemukan elemen aksesibilitas khusus bagi kaum difable. Ketersediaan Signage dan Amenities Signage dan amenities cukup memadai, namun untuk signage yang menginformasikan dan mengarahkan pejalan kaki ke tujuan mereka cenderung kurang serta amenities yang ada cenderung rusak, karena hanya disediakan sendiri oleh warga sekitar. 4. Safety Konflik dengan Moda Lain Sebagian besar jalur pedestrian yang ada, konflik dengan pengguna jalur lainnya, keberadaan parkir motor, gerobak PKL, dan bangku temporer maupun permanen masih minim. 5. Security Ketersediaan Penerangan Jalur Ketersediaan penerangan cukup, karena termasuk area dengan durasi aktivitas yang tinggi, penerangan terhadap penjaminan rasa amanpun semakin efektif apalagi ditambah penerangan dari bangunan sekitar jalur. Durasi Aktivitas Durasi aktivitas cukup tinggi karena merupakan area kampung wisata dengan ragam fungsi komersial dan mixed use sehingga hampir setiap waktu ada aktivitas. Orientasi Streetwall Sebagian besar atau 75% orientasi bangunan menghadap dan dekat dengan jalur pedestrian. Sebagian kecil atau 25% membelakangi jalur pedestrian,
namun dengan jarak setback bangunan masih tergolong dekat. Dimana 25% tersebut adalah area-area yang dekat dengan jalan raya. 6. Interesting Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk Ruang Memiliki kemenarikan aktivitas dan pembentuk ruang yang tinggi karena merupakan area kampung wisata yang dipenuhi aktivitas wisatawan (lokal dan luar) dan juga terkait dengan variasi tata guna lahan komersial dan mixed usenya. B. Sosrowijayan Kulon Karakteristik utama dari area Sosrowijayan Kulon sebagai area dengan tingkat walkability yang rendah adalah memiliki tingkat Comfortable dan Interesting yang rendah, dimana karakteristik jalur pedestriannya kondisi jalur pedestrian sebagian besar dalam keadaan buruk dan sulit untuk diakses (rusak, kurang lebar, beda level, banyak saluran drainasi yang terbuka, banyak polisi tidur dan halangan lainnya) serta ketersediaan Signage dan Amenities yang kurang memadai. Diikuti dengan karakteristik lainnya seperti : sering terjadi konflik sebagian besar area karena jalur bertambah sempit dengan keberadaan motor yang terparkir, gerobak PKL, dan bangku temporer maupun permanen. Semua faktor inilah yang membuat area ini kurang menarik dan terkesan kumuh. Untuk lebih jauh mengetahui kontribusi tiap komponen dalam membentuk walkability di area Sosrowijayan Kulon, berikut akan dijabarkan kesimpulan hasil pengukuran tingkat walkability berdasarkan komponen dan parameter yang digunakan. 1. Shaped Ketersediaan Jalur Pedestrian Jalur pedestrian kurang baik dan dapat dikatakan kurang layak di sebagian besar area, baik dari elemen floor (material penutup jalur banyak yang rusak serta saluran drainasi banyak yang tidak tertutup dan kurang terawat) maupun elemen walls (pelingkup ruang yang kotor).
2. Connected Keterhubungan Jalur Pedestrian Sebagian area tidak terdefinisi (keterhubungan dan kejelasan yang kurang), dimana banyak belokan pada jalur pedestrian sehingga membingungkan bagi pejalan kaki dalam mencapai tujuan. 3. Comfortable Ketersediaan Teduhan Ketersediaan vegetasi peneduh cenderung minim, memang banyak aplikasi arcade (gang beratap) namun kurang tingkat sensitivitas desain karena dibuat seadanya oleh warga sekitar. Selain itu, efektifitas keterlindungan vegetasi, arcade, dan awning lebih efektif pada hari yang cerah, namun kurang efektif di saat hujan. Dimensi Jalur dan Aksesibilitas Aksesibiltas jalur pedestrian di sebagian besar area meliputi kondisi material penutup, lebar efektif, dan kesediaan elemen aksesibilitas cenderung rendah dalam tingkat sensitivitas desain dan standar. Selain itu, belum ditemukan elemen aksesibilitas khusus bagi kaum difable. Ketersediaan Signage dan Amenities Signage dan amenities kurang memadai, terutama signage yang menginformasikan dan mengarahkan pejalan kaki ke tujuan mereka dan amenities yang ada cenderung rusak, karena hanya disediakan sendiri oleh warga sekitar. 4. Safety Konflik dengan Moda Lain Sebagian besar jalur pedestrian yang ada terjadi konflik dengan pengguna jalur lainnya, keberadaan parkir motor, gerobak PKL, dan bangku temporer maupun permanen.
5. Security Ketersediaan Penerangan Jalur Penerangan cenderung rendah dalam tingkat sensitivitas desain dan standar. Ditambah kondisi penerangan kebanyakan tidak terlalu terang atau lampunya dalam keadaan redup dan ada beberapa yang dalam keadaan padam. Durasi Aktivitas Durasi aktivitas cukup rendah, dimana tidak di setiap ada aktivitas lebih banyak di malam hari dikarenakan fungsi - fungsi bangunan sebagian besar berupa bangunan fungsi mixed use yang mulai beroperasi pada malam hari. Orientasi Streetwall Sebagian (50%) orientasi bangunan menghadap dan dekat dengan jalur pedestrian. Sebagian (50%) lagi membelakangi jalur pedestrian, namun dengan jarak setback bangunan masih tergolong dekat, dimana area tersebut adalah area-area yang dekat dengan jalan raya. 6. Interesting Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk Ruang Aktivitas dan pembentuk ruang belum cukup menarik di sebagian besar area, kondisi bangunan sekitar jalur serta lingkungannya yang cenderung kotor dan kurang tertata, sehingga menjadi kurang menarik bahkan terkesan kumuh. 6.2. Rekomendasi Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitan mengenai kondisi dan komponen-komponen yang berkonstribusi pada tingkat walkability kawasan Kampung Sosrowijayan, maka diputuskan bahwa fokus rekomendasi pada strategi dalam peningkatan walkability kawasan Kampung Sosrowijayan adalah tiap parameter parameter dari tiap komponen yang berkonstribusi didorong agar mencapai nilai yang maksimal. Berikut penjabaran arahan rekomendasinya :
Tabel 6. 1. Rekomendasi Peningkatan Walkability Kawasan Kampung Sosrowijayan KOMPONEN PARAMETER SOSROWIJAYAN WETAN REKOMENDASI SOSROWIJAYAN KULON Shaped Connected Comfortable Ketersediaan Jalur Keterhubungan Jalur Ketersediaan Teduhan Dimensi Jalur & Aksesibilitas Memperjelas keberadaan floor (material penutup jalur) dan batas - batas walls Meningkatkan kualitas desain jalur pedestrian terutama pada area-area jalur yang rusak. (pelingkup ruang) dengan pembedaan Memperjelas keberadaan floor (material material penutup jalur dan pembedaan penutup jalur) dan batas - batas walls ketinggian antara jalur dan area bangunan. (pelingkup ruang) dengan pembedaan material penutup jalur dan pembedaan ketinggian antara jalur dan area bangunan. Memperjelas keterhubungan jalur pedestrian dengan penambahan signage penunjuk arah. Mengoptimalkan keterlindungan pada jalur pedestrian dengan aplikasi teduhan kanopi dan vegetasi pada area kosong di tepian jalur. Meningkatkan kualitas jalur pedestrian, dengan lebar jalur 1.5 m untuk jalur primer dan 1 m untuk jalur sekunder, menghilangkan penghalang yang mengurangi lebar pedestrian dan memperbaiki material penutup pedestrian. Pemasangan elemen aksesibilitas berupa guidingblock pada jalur-jalur pedestrian utama (primer).
Perlu pengaturan signage yang kurang tertata peletakannya (membuat contoh arahan desain signage yang lebih efektif dan tidak memakan banyak ruang) Signage & Amenities Peletakan signage informasi dan petunjuk arah pada area publik, persimpangan dan ujung jalurjalur pedestrian utama (primer). Perlu pengaturan amenities yang kurang tertata dan melengkapi jalur dengan amenites yang sesuai standar desain dan jarak (lampu jalan, tempat parkir sepeda, tempat sampah, bangku, dan signage penanda fungsi bangunan) Safety Security Konflik dengan Moda Lain Keberadaan Penerangan Menghilangkan penghalang berupa gerobak PKL dan bangku - bangku permanen maupun temporer yang memakan jalur pedestrian. Perlu arahan khusus bagi pengguna jalur (*), yakni : 1. Bagi yang memiliki motor diharapkan menyediakan lahan parkir sendiri pada area bangunannya. 2. Membagi zona waktu bagi pejalan kaki dan pengendara motor. Dimana pengendara motor hanya bisa lewat pada pukul 00.00-08.00 pada hari Senin Jumat dan pukul 00.00-06.00 pada hari Sabtu Minggu. (*) Sudah ada signage peringatan bagi pengendara motor namun hanya untuk mematikan mesin tetapi belum memenuhi standar, sehingga perlu arahan khusus Perlu penataan dan pengadaan penerangan Perlu penataan dan pengadaan penerangan yang sesuai standar desain (terletak setiap 10 yang sesuai standar terutama pengaplikasian
Interesting Jalur Durasi Aktivitas Orientasi Streetwall Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk Ruang meter dengan tinggi maksimal 4 meter, dan lampu jalan yang lebih terang, guna mencegah bahan yang digunakan adalah bahan dengan kerawanan terhadap tindak kriminal. durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak)(*). (*) Sudah memadai tetapi belum sesuai standar desain (Berhubungan dengan ketersediaan penerangan dan kemenarikan pembentuk ruang, sehingga bila keduanya sudah ditingkatkan bisa meningkatkan aktivitas pada jalur) (Tidak menjadi masalah, sebagian besar bangunan berdekatan dengan jalur hanya perlu elemen pembenda antara area jalur dan area bangunan) Menghilangkan penghalang - penghalang yang Menghilangkan penghalang - penghalang yang mengotori jalur (bangku permanen yang mengotori jalur (bangku permanen, barangbarang dan sampah rumah tangga) dibuat warga) Penataan dinding kosong bangunan yang menjadi pelingkup jalur dengan dengan tanamantanaman hias maupun kreasi mural, dimana selain meningkatkan kemenarikan juga merupakan suatu hal yang positif untuk anak-anak muda Sosrowijayan menyalurkan hobi mereka. Sumber : Analisis Pribadi, Maret 2016 Untuk lebih jelas, di halaman berikut akan dipaparkan ilustrasi arahan desain sesuai rekomendasi :
6.3. Saran Dari kesimpulan yang diperoleh serta arahan rekomendasi sebelumnya, berikut ini beberapa saran yang dapat ditunjukan kepada beberapa pihak yang terkait dengan peningkatan walkability di kawasan Sosrowijayan : A. Bagi Pemerintah daerah : 1. Perlu ditindak lanjuti tentang aksesibiltas jalur pedestrian termasuk terhadap kaum difable (penderita cacat). 2. Perlu ditindak lanjuti terhadap Peraturan mengenai ijin pembangunan bangunan komersial baru untuk menyediakan fasilitas parkir pada masing-masing bangunan. 3. Adanya koordinasi dengan warga, pemilik bangunan terhadap pemanfaatan setback bangunan sebagai area semi publik menjadi publik untuk penataan PKL agar tidak lagi memanfaatkan jalur pedestrian. B. Bagi Arsitek : 1. Dalam perencanaan jalur pedestrian harus memperhatikan kebutuhan manusia sebagai pengguna. 2. Mempertimbangkan penambahan elemen - elemen fisik berdasarkan skala manusia sehingga memberi kenyamanan dan keamanan pada jalur pedestrian. 3. Bagi pengembangan bangunan baik bangunan perumahan, pendidikan, fasilitas umum, maupun komersial agar mengoptimalkan vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh pada jalur pedestrian. C. Bagi Peneliti : Dengan adanya penelitian tingkat walkability berbasis penilaian kondisi fisik ruang terbangun berupa jalur pedestrian ini, diharapkan dapat menjadi penggerak dalam penelitian lanjutan mengenai penilaian tingkat walkability berdasarkan presepsi pengguna jalur pedestrian dilihat dari hubungannya dengan keberadaan kawasan tarikan dan bangkitan serta pengaruh aspek orientation dan destination.