BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini (early initation breastfreeding) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dilahirkan. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti bayi mamalia lainnya yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya sendiri, setidaknya selama satu jam segera setelah bayi lahir. Cara melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara ( Roesli, 2008, p. 3). Inisiasi menyusu dini juga berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), khususnya pada tujuan keempat, yakni membantu mengurangi angka kematian bayi (Roesli, 2008, p. 20). Menurut target MDGs, Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35/1.000 kelahiran hidup, itu artinya setiap hari bayi meninggal dan sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini. Kematian bayi baru lahir dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tercantum dalam SK Menkes No 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yang menyatakan bahwa bayi harus
2 mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, Akan tetapi pemberian ASI (Air Susu Ibu) dari umur 0 bulan di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 hanya 34,3% (Survey demogravi kesehatan indonesia, 2009). Upaya untuk penurunan angka kematian bayi terutama pada pelayanan kesehatan dasar telah banyak diupayakan diprovinsi jawa tengah hingga dapat menekan AKB di provinsi jawa tengah tahun 2009 mencapai angka 10,25/10.000 KH dan tahun 2010 AKB meningkat sebesar 10,62/10.000 KH (Profil kesehatan provinsi jawa tengah 2010). Praktik IMD juga sangat bermanfaat bagi ibu nifas karena karena pada waktu bayi mengisap puting susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkann oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi rangsangan pada otot polos rahim sehingga terjadi percepatan involusi uterus (Yetty, 2010, p. 12). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mampu mengembangkan insting dan reflek bayi pada satu jam setelah kelahiran. Adanya skin-to-skin contact antara ibu dan bayi mampu menstabilkan suhu badan bayi sehingga dapat terhindar dari hipotermi. Sentuhan kulit dengan kulit memberikan efek psikologis yang kuat antara ibu dan bayi. Selain itu pada satu jam pertama insting dan rangsang bayi sangat kuat untuk menyusu kemudian menurun dan menguat lagi setelah 40 jam. Menyusu dan bukan menyusui bayi memberikan gambaran bahwa IMD bukan metode ibu menyusui bayinya tetapi bayi yang
3 harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Metode ini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang baru melahirkan (Roesli, 2008, p. 7). Keberhasilan atau kegagalan dalam IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah ibu bersalin menghadapi banyak hambatan untuk melakukan IMD terhadap bayi yang diperoleh di tempat persalinan, kurangnya dukungan yang diberikan keluarga, serta banyaknya ibu yang belum dibekali pengetahuan yang cukup tentang manfaat dari IMD. Selain itu keberhasilan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga sangat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan motivasi bidan/dokter penolong persalinan itu sendiri (Roesli, 2008, p. 5). Kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun keengganan untuk melakukannya membuat Inisiasi Menyusu Dini masih jarang dipraktikkan. Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya seorang bayi yang baru lahir dapat mencari sendiri susu ibunya. Ataupun rasa malu untuk meminta dokter yang membantu persalinan untuk melakukannya (Roesli, 2008, p. 6). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Endang Murniati dilakukan wawancara terhadap 12 orang ibu bersalin tentang IMD didapatkan data sebanyak 9 orang memiliki pengetahuan yang kurang tentang IMD dan 3 memiliki pengetahuan yang cukup. Hasil tersebut tidak dapat dijadikan gambaran secara keseluruhan tentang pengetahuan ibu-ibu yang melahirkan di BPM Endang Murniati tentang Program IMD.
4 Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan IMD dengan kepatuhan praktik IMD pada ibu bersalin di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan IMD dengan kepatuhan praktik IMD pada ibu bersalin di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pengetahuan IMD dan kepatuhan praktik IMD pada ibu bersalin di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012 b. Mengetahui kepatuhan praktik IMD di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012 c. Menganalisis hubungan pengetahuan IMD dengan kepatuhan praktik IMD pada ibu bersalin di Bidan Praktik Mandiri Endang Murniati Bulustalan Kota Semarang Tahun 2012
5 D. Manfaat penelitian Manfaat yang di dapat dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Manfaat Praktis a. Bidan Praktik Mandiri (BPM) Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan ibu bersalin dengan memberikan informasi tentang pentingnya program IMD melalui penyuluhan atau leaflet sehingga dapat menerapkan program IMD di BPM setelah ibu melahirkan. b. Praktisi kesehatan Memberikan informasi tentang pengetahuan dan IMD, kemudian menginformasikan pada masyarakat luas khususnya pada ibu-ibu bersalin dan mempraktikkannya saat menolong persalinan. 2. Manfaat Teoritis a. Pendidikan Memberikan informasi atau sebagai bahan bacaan perpustakaan akademik untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa terutama tentang IMD. b. Bagi Ibu Hamil Memperluas wawasan pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan dapat mempraktikkannya saat melahirkan, keluarga juga lebih paham tentang manfaat IMD sehingga dapat membantu meluruskan mitos-mitos yang salah dan mendukung terlaksananya program tersebut.
6 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, nama, tahun 1 Hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang IMD dengan sikap terhadap IMD di RB Bhakti ibu Semarang Sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimeseter III Variabel Metode yang diteliti Variabel Jenis penelitian independen: analitik dengan pengetahuan pendekatan cross tentang IMD sectional variabel dependen : sikap terhadap IMD Hasil Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil TM III dengan sikap terhadap IMD Siti choirul 2011 2 Hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu nifas dengan IMD di RB CI Semarang Kitri rahayu 2011 3 Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Tentang Inisiasi Menyusui Dini Dengan Praktek Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalika, Agnesa (2010) Sasaran dalam penelitian ini adalah semua pasien post partum spontan Semua ibu postpartum Variabel independen : pengetahuan dan pendidikan Variable dependen: IMD Pengetahaun, praktek IMD, dan praktek pemberian ASI Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional Penelitian deskriptif Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu nifas dengan IMD Pengetahuan ibu tentang IMD sebagian besar kurang baik sebanyak 89%, praktek IMD sebagian besar tidak melakukan IMD sebanyak 78% dan praktek pemberian ASI sebagian besar tidak eksklusif sebanyak 84%.
7 Perbedaan dengan penelitian diatas terletak pada populasi, sampel, waktu, variabel yang diteliti dan. Populasi dan sampel penelitian adalah semua pasien bersalin di BPM Endang Murniati. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2012. Variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dan kepatuhan praktik IMD dengan menggunakan uji statistik chi-square.